Kudus (ANTARA) -
"Kedua alat tersebut bisa menjadi salah satu solusi penanganan sampah yang selama ini masih memunculkan permasalahan," kata pencipta alat pengolah sampah menjadi minyak yang juga ketua tim dalam perlombaan Wintex 2021 Dimas Apriadi di Kudus, Rabu.
Untuk alat pengolah sampah plastik membutuhkan tiga tabung untuk memprosesnya, masing-masing tabung memiliki fungsi berbeda-beda.
Tabung pertama untuk pembakaran plastik, kemudian ada tambung kondensor atau penampung gas hasil pembakaran serta ada yang digunakan untuk mempercepat perubahan gas menjadi cair.
Ia mengakui alat tersebut memang masih perlu disempurnakan lagi, agar gas yang masuk tabung penampung bisa diminimalkan sehingga hasil minyaknya bisa lebih banyak, sedangkan untuk sisa pembakaran plastik, bisa diolah menjadi batako atau paving.
Untuk alat pengolah sampah organik menjadi briket, ada empat alat terpisah, berupa penampung sampah, tempat pembakaran, tempat pres hasil pembakaran dan pencetak briket atau arang.
Ia berharap, nantinya semua desa bisa memiliki alat tersebut. Penanganan sampah bisa dilakukan di setiap desa sehingga bisa mengurangi limbah sampah.
Ratri Rahmawati mengakui alat tersebut memang masih perlu penyempurnaan. Ke depannya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar bisa optimal hasilnya.
Proyek tersebut ternyata juga dilirik oleh Kroasia, sehingga diharapkan nantinya ada jalinan kerja sama dengan pihak negara tersebut.
Tiga mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK), Jawa Tengah, meraih medali emas pada ajang World Invention and Technology Expo (Wintex) 2021 dengan karya alat pengolah sampah plastik menjadi minyak dan sampah organik menjadi briket.
"Kedua alat tersebut bisa menjadi salah satu solusi penanganan sampah yang selama ini masih memunculkan permasalahan," kata pencipta alat pengolah sampah menjadi minyak yang juga ketua tim dalam perlombaan Wintex 2021 Dimas Apriadi di Kudus, Rabu.
Dalam mengikuti perlombaan yang berlangsung pada 17 November 2021 tersebut, dia didampingi dua teman lainnya yang juga mahasiswa UMK, M. Habib Syafa’arif dan M. Rizal Ainul Ubab, serta Ratri Rahmawati, dosen teknik mesin yang menjadi pembimbing.
Ia mengungkapkan secara teori, plastik merupakan bahan turunan paling bawah dari minyak bumi sehingga bisa diolah menjadi minyak, tergantung alat dan cara pengolahannya.
Untuk alat pengolah sampah plastik membutuhkan tiga tabung untuk memprosesnya, masing-masing tabung memiliki fungsi berbeda-beda.
Tabung pertama untuk pembakaran plastik, kemudian ada tambung kondensor atau penampung gas hasil pembakaran serta ada yang digunakan untuk mempercepat perubahan gas menjadi cair.
Ia mengakui alat tersebut memang masih perlu disempurnakan lagi, agar gas yang masuk tabung penampung bisa diminimalkan sehingga hasil minyaknya bisa lebih banyak, sedangkan untuk sisa pembakaran plastik, bisa diolah menjadi batako atau paving.
Untuk alat pengolah sampah organik menjadi briket, ada empat alat terpisah, berupa penampung sampah, tempat pembakaran, tempat pres hasil pembakaran dan pencetak briket atau arang.
"Dengan hasil briket, nantinya bisa digunakan untuk memasak atau lainnya, sampah pun tidak dibuang begitu saja, lingkungan bisa lebih bersih," katanya.
Ia berharap, nantinya semua desa bisa memiliki alat tersebut. Penanganan sampah bisa dilakukan di setiap desa sehingga bisa mengurangi limbah sampah.
Ratri Rahmawati mengakui alat tersebut memang masih perlu penyempurnaan. Ke depannya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar bisa optimal hasilnya.
Proyek tersebut ternyata juga dilirik oleh Kroasia, sehingga diharapkan nantinya ada jalinan kerja sama dengan pihak negara tersebut.