Purwokerto (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Purwokerto dr. Andreas, Sp.PD mengingatkan bahwa rutin berolahraga bisa membantu menurunkan risiko diabetes melitus.
"Olahraga dan aktivitas fisik secara rutin dapat membantu menurunkan risiko diabetes melitus, guna menyeimbangkan kalori yang masuk dengan yang digunakan," katanya melalui wawancara virtual bersama ANTARA di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.
Dia juga menambahkan bahwa selain olahraga dan aktivitas fisik upaya lain yang perlu dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes adalah konsisten menjaga pola makan, mengendalikan pikiran agar tidak stres dan mengatur pola tidur.
Baca juga: Mencegah amputasi kaki akibat komplikasi diabetes
"Yang perlu diperhatikan adalah mengatur pola makan agar tidak berlebihan, seimbang antara kalori yang masuk dengan yang digunakan untuk beraktivitas fisik, serta menerapkan pola hidup sehat lainnya," katanya.
Dia menambahkan bahwa seseorang juga perlu melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin setidaknya satu tahun sekali.
"Melaksanakan 'medical check up' atau pemeriksaan kadar gula darah perlu dilakukan, memang semakin rutin semakin baik, namun jika tidak bisa rutin, setidaknya bisa dilakukan satu tahun sekali, misalkan saat berulang tahun agar lebih mudah mengingat tanggal pemeriksaan rutinnya," katanya.
Sementara itu dia juga menambahkan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang secara sederhana didefinisikan dengan peningkatan kadar gula dalam darah.
"Misalkan kadar gula sewaktu lebih dari 200 dan kadar gula puasa lebih dari 125," katanya.
Pada umumnya, kata dia, ada gejala klasik yang menyertai diabetes, misalkan penderita menjadi sering buang air kecil, mudah haus dan selalu ingin minum atau bahkan bisa juga menjadi sering lapar.
"Gejala yang paling umum juga terjadinya penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita diabetes, selain memahami gejala-gejalanya, juga perlu mengecek kadar gula darah secara rutin," katanya.
Jika dalam pemeriksaan kadar gula dalam darah ternyata mengalami peningkatan maka perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab peningkatan gula darah tersebut.
Dia menambahkan bahwa faktor risiko diabetes di antaranya adalah karena riwayat keluarga atau keturunan, usia, obesitas, serta riwayat darah tinggi.
Sementara itu terkait dengan Hari Diabetes Sedunia tanggal 14 November, kata dia, dapat menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan sosialisasi dan kampanye di tengah masyarakat terkait dengan bahaya penyakit diabetes.
Baca juga: Kebutaan akibat diabetes bisa dicegah
Baca juga: Minyak jagung dan bunga matahari ternyata tingkatkan risiko diabetes
"Olahraga dan aktivitas fisik secara rutin dapat membantu menurunkan risiko diabetes melitus, guna menyeimbangkan kalori yang masuk dengan yang digunakan," katanya melalui wawancara virtual bersama ANTARA di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.
Dia juga menambahkan bahwa selain olahraga dan aktivitas fisik upaya lain yang perlu dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes adalah konsisten menjaga pola makan, mengendalikan pikiran agar tidak stres dan mengatur pola tidur.
Baca juga: Mencegah amputasi kaki akibat komplikasi diabetes
"Yang perlu diperhatikan adalah mengatur pola makan agar tidak berlebihan, seimbang antara kalori yang masuk dengan yang digunakan untuk beraktivitas fisik, serta menerapkan pola hidup sehat lainnya," katanya.
Dia menambahkan bahwa seseorang juga perlu melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin setidaknya satu tahun sekali.
"Melaksanakan 'medical check up' atau pemeriksaan kadar gula darah perlu dilakukan, memang semakin rutin semakin baik, namun jika tidak bisa rutin, setidaknya bisa dilakukan satu tahun sekali, misalkan saat berulang tahun agar lebih mudah mengingat tanggal pemeriksaan rutinnya," katanya.
Sementara itu dia juga menambahkan bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang secara sederhana didefinisikan dengan peningkatan kadar gula dalam darah.
"Misalkan kadar gula sewaktu lebih dari 200 dan kadar gula puasa lebih dari 125," katanya.
Pada umumnya, kata dia, ada gejala klasik yang menyertai diabetes, misalkan penderita menjadi sering buang air kecil, mudah haus dan selalu ingin minum atau bahkan bisa juga menjadi sering lapar.
"Gejala yang paling umum juga terjadinya penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita diabetes, selain memahami gejala-gejalanya, juga perlu mengecek kadar gula darah secara rutin," katanya.
Jika dalam pemeriksaan kadar gula dalam darah ternyata mengalami peningkatan maka perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab peningkatan gula darah tersebut.
Dia menambahkan bahwa faktor risiko diabetes di antaranya adalah karena riwayat keluarga atau keturunan, usia, obesitas, serta riwayat darah tinggi.
Sementara itu terkait dengan Hari Diabetes Sedunia tanggal 14 November, kata dia, dapat menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan sosialisasi dan kampanye di tengah masyarakat terkait dengan bahaya penyakit diabetes.
Baca juga: Kebutaan akibat diabetes bisa dicegah
Baca juga: Minyak jagung dan bunga matahari ternyata tingkatkan risiko diabetes