Cilacap (ANTARA) - Dusun Bondan merupakan salah satu daerah terpencil di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang letaknya cukup jauh dari pusat keramaian, bahkan tidak satu pun kendaraan roda empat yang bisa menjangkau wilayah itu.
Satu-satunya alat transportasi andalan warga Dusun Bondan yang masuk ke dalam wilayah Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, hanyalah perahu karena daerah tersebut berada di kawasan Laguna Segara Anakan.
Sebagian besar warga Dusun Bondan merupakan pendatang dan mayoritas berasal dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Mereka datang sekitar tahun 1997 karena tertarik untuk mengikuti jejak pendahulunya yang sukses merintis bisnis tambak bandeng dan udang windu pada tanah-tanah timbul di Laguna Segara Anakan.
Saat itu, kondisi Dusun Bondan masih sangat memprihatinkan karena belum tersedianya aliran listrik sehingga suasana pada malam hari gelap gulita dan warga setempat hanya mengandalkan lampu minyak sebagai penerangan.
Seiring berjalannya waktu, Dusun Bondan dapat menikmati cahaya lampu listrik berkat bantuan program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) dari PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap (saat itu dikenal dengan sebutan Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, red.) pada tahun 2017.
Baca juga: Kapasitas terpasang PLTS atap Jateng 36,74 MWp
Bantuan program CSR tersebut berupa prototipe Hybrid Energy One Pole (HEOP) yang mengonversikan energi surya dan angin menjadi listrik. Prototipe HEOP yang saat itu hanya mampu menghasilkan arus listrik searah atau direct current (DC) untuk 14 titik sambungan.
Selain itu, Pertamina juga memberikan bantuan berupa panel surya untuk 14 titik yang letaknya jauh dari lokasi prototipe HEOP.
Kendati arus listrik yang dihasilkan dari HEOP belum bisa dimanfaatkan untuk perangkat elektronik yang membutuhkan arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC) bertegangan 220 volt, paling tidak Dusun Bondan tidak lagi gelap gulita pada malam hari karena warganya mendapatkan penerangan dari lampu LED yang menggunakan arus DC.
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/9/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Kolaborasi
Upaya Pertamina untuk memberikan penerangan bagi warga Dusun Bondan tidak berhenti sampai di situ, namun terus berkelanjutkan. Pertamina pun berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC) untuk mengembangkan energi listrik di Dusun Bondan dengan daya 6.000 Watt Peak (WP) pada tahun 2018.
Selanjutnya pada tahun 2019, pembangkit listrik tenaga hibrida (PLTH) yang dibangun Pertamina bersama PNC dengan kapasitas 12.000 WP diresmikan pengoperasiannya dan pada akhir tahun 2020, PLTH yang dilengkapi dengan lima kincir angin dan 24 panel surya itu ditingkatkan kapasitasnya menjadi 16.200 WP.
"Alhamdulillah berkat pembinaan dari Pertamina yang bekerja sama dengan pihak terkait lainnya, ada sebuah terobosan berupa PLTH ini. Dari awal sebenarnya bukan berarti tidak memungkinkan karena memang kami tidak memiliki akses jalan, namun inilah yang tepat diterapkan di Dusun Bondan untuk sistem energi listriknya, pemasangan listrik PLN susah, tidak ada akses jalan," kata Juru Bicara Pengurus PLTH Dusun Bondan Muhammad Jamaludin di Dusun Bondan, Rabu (6/10).
Ia mengakui sejak adanya PLTH itu, Dusun Bondan mengalami banyak perubahan dari sisi ekonomi dan sebagainya termasuk memaksimalkan kegiatan belajar anak-anak di rumah pada malam hari.
"Dulu ketika saya (masih sekolah) belum seperti itu, belajar sekadarnya saja karena gelap sekali. Alhamdulillah adik-adik saya, anak-anak di Dusun Bondan sekarang bisa belajar maksimal ketika malam hari," kata dia yang juga Ketua Koperasi Bondan Sukses Sejahtera.
Hingga saat ini, kata dia, aliran listrik dari PLTH mampu menerangi sekitar 40 rumah warga dengan daya sebesar 500 watt per rumah sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan perangkat listrik seperti televisi dan penanak nasi.
Warga yang memanfaatkan aliran listrik dari PLTH tersebut hanya dibebani biaya perawatan yang relatif murah, yakni sebesar Rp25.000 per bulan.
Kendati demikian, dia mengatakan jika terjadi kendala dalam aliran listrik, pihaknya memberikan kompensasi berupa pengurangan iuran warga pada bulan berikutnya.
Selain untuk penerangan dan kebutuhan perangkat elektronik warga, listrik yang dihasilkan PLTH juga dimanfaatkan untuk kebutuhan kegiatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta fasilitas Sidesimas (Sistem Desalinasi Berbasis Masyarakat) bantuan Pertamina dan PNC yang ditujukan untuk mengolah air payau menjadi layak konsumsi.
Baca juga: Energi terbarukan bisa jadi kunci pemulihan ekonomi nasional
Jamal mengatakan kehadiran Sidesimas yang diresmikan pada tahun 2020 juga sangat membantu warga Dusun Bondan yang selama ini memenuhi kebutuhan air layak konsumsi pada musim kemarau dengan cara membeli atau mencarinya di Pulau Nusakambangan yang perjalanannya membutuhkan waktu lebih kurang tiga jam menggunakan perahu.
Menurut dia, warga yang memanfaatkan air dari fasilitas Sidesimas hanya dibebani iuran sebesar Rp1.500 per jeriken isi 30 liter sebagai biaya perawatan. Biaya tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan membeli atau mencari sendiri ke Pulau Nusakambangan.
Jika membeli, warga harus mengeluarkan uang sekitar Rp3.000-Rp5.000 per jeriken, sedangkan kalau mencari sendiri ke Pulau Nusakambangan sedikitnya butuh biaya Rp200.000 untuk operasional perahu dan belum tentu mendapatkan air karena mengantre.
"Kalau saya dulu, air satu perahu biasanya untuk kebutuhan selama satu minggu," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Sidesimas Muhammad Saepulah mengatakan air payau dari tambak yang akan diolah di fasilitas Sidesimas terlebih dahulu diendapkan dalam tandon selama satu malam agar kotorannya tidak mengganggu sistem penyaringan dan membran.
Menurut dia, fasilitas pengolahan air berkapasitas 240 liter per jam itu hanya dioperasikan dua kali dalam sehari, masing-masing selama delapan jam untuk menjaga keandalan mesin.
"Rata-rata dalam sehari menghasilkan 2.000 air tawar yang layak konsumsi. Air yang terserap oleh warga berkisar 1.000-1.500 liter per hari," katanya.
Kepala Dusun Bondan Irawan mengatakan Dusun Bondan dihuni 74 keluarga yang terdiri atas 202 jiwa. Dari 74 keluarga tersebut, baru 40 keluarga atau rumah yang teraliri listrik dari PLTH dan sisanya menggunakan panel surya karena jaraknya terlalu jauh.
"Kehadiran PLTH sangat membantu warga Dusun Bondan sehingga mereka bisa menggunakan perangkat elektronik seperti televisi dan lain-lain," katanya.
Salah seorang ibu rumah tangga, Susi Susanti mengatakan kehadiran PLTH di Dusun Bondan sangat bermanfaat bagi warga setempat. Dia mengaku sempat merasakan gelapnya Dusun Bondan pada malam hari sebelum adanya aliran listrik.
Saat itu, kata dia, penerangan pada malam hari hanya menggunakan lampu minyak yang satu liternya hanya untuk tiga hari.
"Saya baru tujuh tahun di sini karena suami saya orang sini. Dulu, saya sempat ingin pulang karena enggak betah namun sekarang tidak lagi karena sudah ada listrik," kata dia yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat.
Ekonomi tumbuh
Terkait dengan program PLTH, Pejabat Sementara Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap Ibnu Adiwena mengatakan hal itu merupakan bagian dari program pertanggungjawaban sosial perusahaan dari Pertamina untuk membangun daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
Dalam hal, Dusun Bondan merupakan salah satu wilayah terpencil di Kabupaten Cilacap yang sulit mendapatkan aliran listrik. Oleh karena itu, pihaknya mengadaptasi satu permodelan yang dilakukan di Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Awalnya di Pantai Pandansimo belum ada listrik dan ekonomi tidak tumbuh, tapi terus diinisiasi permodelan menggunakan PLTH, kombinasi kincir angin dan panel surya. Akhirnya ekonomi tumbuh sebesar 60 persen," katanya.
Baca juga: Pemprov Jateng jajaki kerja sama energi terbarukan dengan Inggris
Harapannya dengan meniru permodelan tersebut, kata dia, perekonomian masyarakat Dusun Bondan bisa tumbuh dan akses pendidikan bagi anak-anak bisa menjadi lebih baik.
Hal itu juga sesuai dengan moto Pertamina, yakni Energizing You (memberi energi pada anda, red.) yang diberi makna Pertamina selalu berusaha untuk melayani masyarakat dan memberikan energinya untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Selain itu, dia mengharapkan kehadiran PLTH di Dusun Bondan juga dapat mendukung target Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin kesatu, yakni mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun.
Menurut dia, pihaknya juga memberikan bantuan berupa fasilitas Sidesimas berupa sistem pengolahan air payau menjadi air layak konsumsi bagi warga Dusun Bondan.
"Insya Allah kami juga akan dukung dengan program koperasi karena setelah energi listriknya sudah ada, akses air bersihnya sudah ada, yang dibutuhkan adalah mengompakkan komunitas ini supaya mandiri. Dengan demikian, ketika kami keluar, exit program, mereka betul-betul bisa mandiri, tidak selamanya kami support," katanya.
Ketika Dusun Bondan telah mandiri, kata dia, pihaknya menilai pengembangan koperasi menjadi wadah yang paling baik dalam mengembangkan perekonomian warga.
Upaya yang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian warga Dusun Bondan pun tidak sebatas melalui pembangunan PLTH dan fasilitas Sidesimas.
Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi itu juga memberikan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UMKM, antara lain peningkatan omzet kelompok UMKM menjadi Rp7.500.000 per bulan dan peningkatan hasil tambak kelompok menjadi 1,5 ton per hektare.
Khusus untuk pemanfaatan fasilitas Sidesimas dari sisi ekonomi terjadi penghematan rata-rata pengeluaran pembelian air bersih per keluarga sebesar 76 persen dari Rp743.590 per bulan menjadi Rp185.897 per bulan.
Pemanfaatan energi terbarukan melalui PLTH maupun penyediaan air layak konsumsi melalui fasilitas Sidesimas itu memberikan energi positif bagi warga Dusun Bondan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Baca juga: Pertamina Cilacap raih penghargaan bidang energi baru terbarukan
Baca juga: Peneliti mengingatkan pentingnya akselerasi peningkatan kapasitas PLT EBT
Satu-satunya alat transportasi andalan warga Dusun Bondan yang masuk ke dalam wilayah Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, hanyalah perahu karena daerah tersebut berada di kawasan Laguna Segara Anakan.
Sebagian besar warga Dusun Bondan merupakan pendatang dan mayoritas berasal dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Mereka datang sekitar tahun 1997 karena tertarik untuk mengikuti jejak pendahulunya yang sukses merintis bisnis tambak bandeng dan udang windu pada tanah-tanah timbul di Laguna Segara Anakan.
Saat itu, kondisi Dusun Bondan masih sangat memprihatinkan karena belum tersedianya aliran listrik sehingga suasana pada malam hari gelap gulita dan warga setempat hanya mengandalkan lampu minyak sebagai penerangan.
Seiring berjalannya waktu, Dusun Bondan dapat menikmati cahaya lampu listrik berkat bantuan program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) dari PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap (saat itu dikenal dengan sebutan Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, red.) pada tahun 2017.
Baca juga: Kapasitas terpasang PLTS atap Jateng 36,74 MWp
Bantuan program CSR tersebut berupa prototipe Hybrid Energy One Pole (HEOP) yang mengonversikan energi surya dan angin menjadi listrik. Prototipe HEOP yang saat itu hanya mampu menghasilkan arus listrik searah atau direct current (DC) untuk 14 titik sambungan.
Selain itu, Pertamina juga memberikan bantuan berupa panel surya untuk 14 titik yang letaknya jauh dari lokasi prototipe HEOP.
Kendati arus listrik yang dihasilkan dari HEOP belum bisa dimanfaatkan untuk perangkat elektronik yang membutuhkan arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC) bertegangan 220 volt, paling tidak Dusun Bondan tidak lagi gelap gulita pada malam hari karena warganya mendapatkan penerangan dari lampu LED yang menggunakan arus DC.
Kolaborasi
Upaya Pertamina untuk memberikan penerangan bagi warga Dusun Bondan tidak berhenti sampai di situ, namun terus berkelanjutkan. Pertamina pun berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC) untuk mengembangkan energi listrik di Dusun Bondan dengan daya 6.000 Watt Peak (WP) pada tahun 2018.
Selanjutnya pada tahun 2019, pembangkit listrik tenaga hibrida (PLTH) yang dibangun Pertamina bersama PNC dengan kapasitas 12.000 WP diresmikan pengoperasiannya dan pada akhir tahun 2020, PLTH yang dilengkapi dengan lima kincir angin dan 24 panel surya itu ditingkatkan kapasitasnya menjadi 16.200 WP.
"Alhamdulillah berkat pembinaan dari Pertamina yang bekerja sama dengan pihak terkait lainnya, ada sebuah terobosan berupa PLTH ini. Dari awal sebenarnya bukan berarti tidak memungkinkan karena memang kami tidak memiliki akses jalan, namun inilah yang tepat diterapkan di Dusun Bondan untuk sistem energi listriknya, pemasangan listrik PLN susah, tidak ada akses jalan," kata Juru Bicara Pengurus PLTH Dusun Bondan Muhammad Jamaludin di Dusun Bondan, Rabu (6/10).
Ia mengakui sejak adanya PLTH itu, Dusun Bondan mengalami banyak perubahan dari sisi ekonomi dan sebagainya termasuk memaksimalkan kegiatan belajar anak-anak di rumah pada malam hari.
"Dulu ketika saya (masih sekolah) belum seperti itu, belajar sekadarnya saja karena gelap sekali. Alhamdulillah adik-adik saya, anak-anak di Dusun Bondan sekarang bisa belajar maksimal ketika malam hari," kata dia yang juga Ketua Koperasi Bondan Sukses Sejahtera.
Hingga saat ini, kata dia, aliran listrik dari PLTH mampu menerangi sekitar 40 rumah warga dengan daya sebesar 500 watt per rumah sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan perangkat listrik seperti televisi dan penanak nasi.
Warga yang memanfaatkan aliran listrik dari PLTH tersebut hanya dibebani biaya perawatan yang relatif murah, yakni sebesar Rp25.000 per bulan.
Kendati demikian, dia mengatakan jika terjadi kendala dalam aliran listrik, pihaknya memberikan kompensasi berupa pengurangan iuran warga pada bulan berikutnya.
Selain untuk penerangan dan kebutuhan perangkat elektronik warga, listrik yang dihasilkan PLTH juga dimanfaatkan untuk kebutuhan kegiatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta fasilitas Sidesimas (Sistem Desalinasi Berbasis Masyarakat) bantuan Pertamina dan PNC yang ditujukan untuk mengolah air payau menjadi layak konsumsi.
Baca juga: Energi terbarukan bisa jadi kunci pemulihan ekonomi nasional
Jamal mengatakan kehadiran Sidesimas yang diresmikan pada tahun 2020 juga sangat membantu warga Dusun Bondan yang selama ini memenuhi kebutuhan air layak konsumsi pada musim kemarau dengan cara membeli atau mencarinya di Pulau Nusakambangan yang perjalanannya membutuhkan waktu lebih kurang tiga jam menggunakan perahu.
Menurut dia, warga yang memanfaatkan air dari fasilitas Sidesimas hanya dibebani iuran sebesar Rp1.500 per jeriken isi 30 liter sebagai biaya perawatan. Biaya tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan membeli atau mencari sendiri ke Pulau Nusakambangan.
Jika membeli, warga harus mengeluarkan uang sekitar Rp3.000-Rp5.000 per jeriken, sedangkan kalau mencari sendiri ke Pulau Nusakambangan sedikitnya butuh biaya Rp200.000 untuk operasional perahu dan belum tentu mendapatkan air karena mengantre.
"Kalau saya dulu, air satu perahu biasanya untuk kebutuhan selama satu minggu," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Sidesimas Muhammad Saepulah mengatakan air payau dari tambak yang akan diolah di fasilitas Sidesimas terlebih dahulu diendapkan dalam tandon selama satu malam agar kotorannya tidak mengganggu sistem penyaringan dan membran.
Menurut dia, fasilitas pengolahan air berkapasitas 240 liter per jam itu hanya dioperasikan dua kali dalam sehari, masing-masing selama delapan jam untuk menjaga keandalan mesin.
"Rata-rata dalam sehari menghasilkan 2.000 air tawar yang layak konsumsi. Air yang terserap oleh warga berkisar 1.000-1.500 liter per hari," katanya.
Kepala Dusun Bondan Irawan mengatakan Dusun Bondan dihuni 74 keluarga yang terdiri atas 202 jiwa. Dari 74 keluarga tersebut, baru 40 keluarga atau rumah yang teraliri listrik dari PLTH dan sisanya menggunakan panel surya karena jaraknya terlalu jauh.
"Kehadiran PLTH sangat membantu warga Dusun Bondan sehingga mereka bisa menggunakan perangkat elektronik seperti televisi dan lain-lain," katanya.
Salah seorang ibu rumah tangga, Susi Susanti mengatakan kehadiran PLTH di Dusun Bondan sangat bermanfaat bagi warga setempat. Dia mengaku sempat merasakan gelapnya Dusun Bondan pada malam hari sebelum adanya aliran listrik.
Saat itu, kata dia, penerangan pada malam hari hanya menggunakan lampu minyak yang satu liternya hanya untuk tiga hari.
"Saya baru tujuh tahun di sini karena suami saya orang sini. Dulu, saya sempat ingin pulang karena enggak betah namun sekarang tidak lagi karena sudah ada listrik," kata dia yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat.
Ekonomi tumbuh
Terkait dengan program PLTH, Pejabat Sementara Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap Ibnu Adiwena mengatakan hal itu merupakan bagian dari program pertanggungjawaban sosial perusahaan dari Pertamina untuk membangun daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
Dalam hal, Dusun Bondan merupakan salah satu wilayah terpencil di Kabupaten Cilacap yang sulit mendapatkan aliran listrik. Oleh karena itu, pihaknya mengadaptasi satu permodelan yang dilakukan di Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Awalnya di Pantai Pandansimo belum ada listrik dan ekonomi tidak tumbuh, tapi terus diinisiasi permodelan menggunakan PLTH, kombinasi kincir angin dan panel surya. Akhirnya ekonomi tumbuh sebesar 60 persen," katanya.
Baca juga: Pemprov Jateng jajaki kerja sama energi terbarukan dengan Inggris
Harapannya dengan meniru permodelan tersebut, kata dia, perekonomian masyarakat Dusun Bondan bisa tumbuh dan akses pendidikan bagi anak-anak bisa menjadi lebih baik.
Hal itu juga sesuai dengan moto Pertamina, yakni Energizing You (memberi energi pada anda, red.) yang diberi makna Pertamina selalu berusaha untuk melayani masyarakat dan memberikan energinya untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Selain itu, dia mengharapkan kehadiran PLTH di Dusun Bondan juga dapat mendukung target Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin kesatu, yakni mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun.
Menurut dia, pihaknya juga memberikan bantuan berupa fasilitas Sidesimas berupa sistem pengolahan air payau menjadi air layak konsumsi bagi warga Dusun Bondan.
"Insya Allah kami juga akan dukung dengan program koperasi karena setelah energi listriknya sudah ada, akses air bersihnya sudah ada, yang dibutuhkan adalah mengompakkan komunitas ini supaya mandiri. Dengan demikian, ketika kami keluar, exit program, mereka betul-betul bisa mandiri, tidak selamanya kami support," katanya.
Ketika Dusun Bondan telah mandiri, kata dia, pihaknya menilai pengembangan koperasi menjadi wadah yang paling baik dalam mengembangkan perekonomian warga.
Upaya yang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian warga Dusun Bondan pun tidak sebatas melalui pembangunan PLTH dan fasilitas Sidesimas.
Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi itu juga memberikan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UMKM, antara lain peningkatan omzet kelompok UMKM menjadi Rp7.500.000 per bulan dan peningkatan hasil tambak kelompok menjadi 1,5 ton per hektare.
Khusus untuk pemanfaatan fasilitas Sidesimas dari sisi ekonomi terjadi penghematan rata-rata pengeluaran pembelian air bersih per keluarga sebesar 76 persen dari Rp743.590 per bulan menjadi Rp185.897 per bulan.
Pemanfaatan energi terbarukan melalui PLTH maupun penyediaan air layak konsumsi melalui fasilitas Sidesimas itu memberikan energi positif bagi warga Dusun Bondan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Baca juga: Pertamina Cilacap raih penghargaan bidang energi baru terbarukan
Baca juga: Peneliti mengingatkan pentingnya akselerasi peningkatan kapasitas PLT EBT