Pekalongan (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menambah 12 patok penanda penurunan permukaan tanah (land subsidence)  di sejumlah titik wilayah Kota Pekalongan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan Anita Heru Kusumorini di Pekalongan, Rabu, mengatakan bahwa pemasangan 12 patok penanda penurunan muka tanah itu untuk mengetahui persis berapa penurunan tanah di daerah setempat.

"Saat ini memang masih dalam masa pemantauan dan penelitian dari berbagai pihak, di antaranya dari Badan Geologi yang memasang patok (land subsidence) di Stadion Hoegeng dan wilayah di Kecamatan Pekalongan Selatan," katanya.

Baca juga: Pakar: Penurunan tanah di Kota Semarang capai 13 cm/tahun

Dengan semakin banyak alat yang digunakan untuk mendeteksi, katanya, akan semakin jelas titik-titik di mana tanah itu sebetulnya turunnya berapa sentimeter per tahunnya dan di daerah-daerah mana saja yang perlu mendapatkan perhatian khusus dengan adanya laju penurunan tanahnya yang cepat.

Sebanyak 12 patok dari Badan Geologi itu, kata dia, akan dipasang di empat titik di mana masing-masing wilayah ditempatkan tiga patok di satu titik lokasi.

"Empat titik lokasi yang akan dipasang penanda 'land subsidence' tersebut adalah Kelurahan Panjang Baru dan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara dan Kelurahan Setono serta Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat," kata Anita.

Sebelumnya, kata dia, sudah ada dua patok tanda penurunan muka tanah yang dipasang di Stadion Hoegeng Kecamatan Pekalongan Barat yang turun sekitar 0,5 sentimeter per bulan sehingga setiap tahunnya hampir enam sentimeter.

Patok kedua yang sudah terpasang, kata dia, ada di Kecamatan Pekalongan Selatan yang menunjukkan penurunan muka tanah relatif tidak terlalu cepat atau sekitar 0,2 sentimeter per bulan.

Untuk penambahan patok penanda penurunan muka tanah yang dianggarkan dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), saat ini sudah dalam tahap pengukuran seismik untuk bisa segera dipasang.

"Titik tepat lokasi pemasangannya, kami masih melihat dari hasil geolistrik untuk mengetahui titiknya di mana sampai kedalaman berapa dan sebagainya," katanya.

Baca juga: Curah hujan tinggi dan penurunan tanah akibatkan banjir

Baca juga: Badan Geologi: Waspadai penurunan tanah di jalur pantura Jateng

Pewarta : Kutnadi
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024