Semarang (ANTARA) - Pakar oseanografi Universitas Diponegoro (Undip) Denny Nugroho Sugianto mengatakan wilayah hingga 9,79 kilometer (km) dari garis pantai Kota Semarang rata-rata mengalami penurunan tanah mencapai 5 hingga 13 Sentimeter (cm) per tahun gara-gara pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali.

"Dari perhitungan data GPS Geodetik, laju penurunan tanah Kota Semarang mencapai 5 hingga 13 cm," kata Denny di Semarang, Jumat.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip tersebut mengatakan penurunan tanah paling parah yang terjadi di area sekitar 83,04 kilometer persegi (km2) terjadi di Kawasan Tanjung Emas.

Baca juga: 10.000 Mangrove Bantu Atasi Abrasi Semarang

Untuk mencegah terjadinya penurunan tanah yang lebih parah maka pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali itu harus dihentikan, ujar Denny. 

Selain penurunan tanah, menurut dia, Kota Semarang juga mengalami fenomena peningkatan muka air laut yang relatif tinggi di banding kawasan pesisir lainnya.

Dari hasil analisis data satelit altimetri dan observasi pasang surat, peningkatan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang mencapai 9,27 milimeter (mm) per tahun.

Peningkatan muka air laut tersebut jauh dibanding yang terjadi di Jakarta yang mencapai 4,38 mm atau di Surabaya yang mencapai 5,47 mm per tahun.

Kenaikan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang selama kurun waktu 1994 hingga 2014 telah mengakibatkan mundurnya garis pantai yang mencapai 1,43 km hingga 1,74 km.

Baca juga: IARMI Semarang tanam mangrove cegah abrasi pantura


Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024