Sukoharjo (ANTARA) - Usaha kerajinan tas dari bahan baku goni produksi asal Dukuh Gebyok, Desa Ngemplak, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, masa pandemi permintaan konsumen masih stabil.

"Kami memproduksi tas dan masker dari bahan goni pabrik yang dicampur dengan semacam serat nilon cukup diminati banyak konsomen sehingga pesanan selalu ada melalui online atau media sosial pada masa pandemi," kata Erina Cahya Anggraini (21), pengrajin Erlene Handycraft, di Desa Ngemplak Kartasura Sukoharjo, Sabtu.

Menurut Erina saat pandemi COVID-19 pada masa awal PPKM berdampak pada pengadaan bahan baku goni yang sulit didapatkan.Kendala pada bahan baku karena supplier yang biasanya supplay bahan goni untuk produk tas sempat tutup, jadi harus mencari pemasok lain.

Bahkan, bahan baku lainnya seperti kulit sintetis juga kesulitan dalam pengadaan. Lalu beberapa rekanan pengrajin kayu bahan baku sandal selop yang biasanya supply juga tidak produksi pada awal PPKM. Namun, perpanjangan PPKM ini pelan-pelan sudah mulai terkendali untuk bahan baku goni.

"Dibantu tiga tenaga kerja, kemampuan produksi baik aksesoris maupun sandal selop rata-rata dapat sekitar 200 buah per bulan, sedangkan masker bisa mencapai 4.000 buah per bulan. Khusus produk tas rata-rata mencapai 30 buah hingga 60 buah per bulan. Namun, jika produksi cukup rumit paling sehari hanya dapat satu buah tas," Erina.

Harga tas produksinya dijual bervariasi mulai dari Rp50.000 per buah hingga Rp250.000 per buah tergantung tingkat kerumitan pembuatannya. Harga masker dari bahan goni berlapis kain produknya dijual sekitar Rp7.000 per buah hingga Rp35.000 per buah.

Pesanan tas dan masker produksinya banyak dari lokal seperti Solo, Sukoharjo, Boyolali, Semarang, Purworejo, Ponorogo, Magetan, Tangerang, surabaya, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.

"Kami rata-rata melayani pesanan konsumen untuk tas antara 20 hingga 40 buah per bulan. Untuk masker asesoris, dan sandal selop rata-rata pesanan bisa mencapai 200 buah per bulan," kata Erina yang mengaku menekuni bisnisnya sejak tiga tahun yang lalu.

Erina mengatakan sejak awal membuka usaha Erlene Handycraft, dirinya berusaha untuk mengajak lingkungan sekitar terutama ibu-ibu rumah tangga untuk berkreasi bersama Erlene Handycraft untuk mencari tambahan penghasilan.

"Hal ini, semakin membulatkan tekad saya untuk terus berbagi ilmu sejak pandemi tiba di Indonesia, ada beberapa yang bercerita sedang diputus hubungan kerja, suami yang tidak lagi kerja, sehingga membuat ibu-ibu terpaksa menjadi tulang punggung keluarga," katanya.

Mengajak mereka bersama-sama berkreasi di Erlene Handycraft serta membuka peluang reseller untuk yang ingin menambah income menjadi salah satu jalan kami berbagi. "Tak masalah keuntungan berkurang sedikit tetapi bagi kami berbagi tak perlu hitung-hitungan lagi. Yang penting semua mau belajar bersama mengajari berjualan online dan pembuatan craft jika ada yang ingin belajar," katanya.

Baca juga: Tas pandan kombinasi lurik Sukoharjo kian laris

Baca juga: Kerajinan tas "decoupage" produk Boyolali banyak diminati

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024