Kudus (ANTARA) - Tingkat mobilitas masyarakat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat tetap tinggi, meskipun sudah diupayakan dengan pemadaman lampu penerangan jalan umum (LPJU) di berbagai wilayah.
"Ternyata hasil evaluasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia pada awal pekan ini, disebutkan bahwa tingkat mobilitas warga di Kudus justru kian naik. Jika evaluasi pertama pada tanggal 6 Juli 2021 disebutkan penurunan mobilitasnya 12,2 persen, saat ini turunnya justru hanya 5,8 persen," kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Rabu.
Padahal, kata dia, sejak tanggal 7 Juli 2021 sudah dilakukan upaya pemadaman LPJU di berbagai wilayah di Kudus agar warga mengurangi mobilitasnya saat malam hari, ternyata malah tingkat mobilitasnya tinggi.
Perusahaan dan industri di Kabupaten Kudus juga diminta menerapkan aturan bekerja dari rumah (work from home/ WFH) dan pembatasan jumlah pekerja yang masuk kantor 50 persen.
Perusahaan besar di Kabupaten Kudus, seperti Djarum juga sudah memberlakukan aturan selama PPKM darurat. Sedangkan perusahaan lain yang belum menerapkan akan dilakukan pemantauan.
"Jika benar ada yang belum menerapkan, kami minta segera menerapkan karena demi kepentingan bersama menurunkan angka kasus COVID-19 di Kudus. Bagi yang sudah di rumah juga jangan aktivitas di luar rumah," ujarnya.
Meskipun demikian, dia mengaku belum memiliki instruksi khusus terkait upaya penurunan mobilitas, karena hampir semua daerah mengalaminya. Bahkan, di Jateng belum ada daerah yang bisa menurunkan mobilitas warganya sesuai target nasional sebesar 30 persen.
Hal terpenting, imbuh dia, Kabupaten Kudus mampu menurunkan angka kasus COVID-19, karena sebelumnya juga sudah melakukan upaya penyekatan akses jalan di berbagai titik di Kudus.
Pemerintah Pusat sendiri memiliki tiga indikator untuk mengetahui mobilitas warga Kudus, mulai dari facebook mobility, google traffic, dan cahaya malam yang dipotret dari satelit NASA/NOAA.
Ketika salah seorang warga Kudus mengakses facebook di rumah, kemudian mengaksesnya lagi di tempat lain selain rumah, misal di warung makan, maka turut menyumbang skor mobilitasnya.
Demikian halnya untuk google traffic, ketika database google maps melakukan pembaruan setiap menitnya ketika terjadi kepadatan di jalan-jalan Kabupaten Kudus bisa terlihat dengan jelas. Indikator ketiga dengan satelit NASA akan mencatat ketika lampu-lampu di Kabupaten Kudus banyak menyala dan kendaraan masih lalu-lalang saat malam hari semakin menambah kepadatan.
"Ternyata hasil evaluasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia pada awal pekan ini, disebutkan bahwa tingkat mobilitas warga di Kudus justru kian naik. Jika evaluasi pertama pada tanggal 6 Juli 2021 disebutkan penurunan mobilitasnya 12,2 persen, saat ini turunnya justru hanya 5,8 persen," kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Rabu.
Padahal, kata dia, sejak tanggal 7 Juli 2021 sudah dilakukan upaya pemadaman LPJU di berbagai wilayah di Kudus agar warga mengurangi mobilitasnya saat malam hari, ternyata malah tingkat mobilitasnya tinggi.
Perusahaan dan industri di Kabupaten Kudus juga diminta menerapkan aturan bekerja dari rumah (work from home/ WFH) dan pembatasan jumlah pekerja yang masuk kantor 50 persen.
Perusahaan besar di Kabupaten Kudus, seperti Djarum juga sudah memberlakukan aturan selama PPKM darurat. Sedangkan perusahaan lain yang belum menerapkan akan dilakukan pemantauan.
"Jika benar ada yang belum menerapkan, kami minta segera menerapkan karena demi kepentingan bersama menurunkan angka kasus COVID-19 di Kudus. Bagi yang sudah di rumah juga jangan aktivitas di luar rumah," ujarnya.
Meskipun demikian, dia mengaku belum memiliki instruksi khusus terkait upaya penurunan mobilitas, karena hampir semua daerah mengalaminya. Bahkan, di Jateng belum ada daerah yang bisa menurunkan mobilitas warganya sesuai target nasional sebesar 30 persen.
Hal terpenting, imbuh dia, Kabupaten Kudus mampu menurunkan angka kasus COVID-19, karena sebelumnya juga sudah melakukan upaya penyekatan akses jalan di berbagai titik di Kudus.
Pemerintah Pusat sendiri memiliki tiga indikator untuk mengetahui mobilitas warga Kudus, mulai dari facebook mobility, google traffic, dan cahaya malam yang dipotret dari satelit NASA/NOAA.
Ketika salah seorang warga Kudus mengakses facebook di rumah, kemudian mengaksesnya lagi di tempat lain selain rumah, misal di warung makan, maka turut menyumbang skor mobilitasnya.
Demikian halnya untuk google traffic, ketika database google maps melakukan pembaruan setiap menitnya ketika terjadi kepadatan di jalan-jalan Kabupaten Kudus bisa terlihat dengan jelas. Indikator ketiga dengan satelit NASA akan mencatat ketika lampu-lampu di Kabupaten Kudus banyak menyala dan kendaraan masih lalu-lalang saat malam hari semakin menambah kepadatan.