Cilacap, Jateng (ANTARA) - Tinggi gelombang di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi mencapai kisaran 4-6 meter, kata analis cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Deas Achmad Rivai.
"Potensi terjadinya gelombang tinggi hingga sangat tinggi tersebut dipengaruhi peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian selatan yang arah tiupannya cenderung searah," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa.
Dalam hal ini, kata dia, pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur hingga tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.
Baca juga: BMKG catat wilayah Jateng selatan alami gangguan cuaca
Menurut dia, kondisi tersebut berpotensi mengakibatkan tinggi gelombang di laut selatan Jabar, Jateng, dan DIY mencapai 4 meter (kategori tinggi, red.) hingga 6 meter (kategori sangat tinggi, red.).
"Oleh karena itu, BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah laut selatan Jabar, Jateng, dan DIY yang berlaku sejak tanggal 13 Juli, pukul 07.00 WIB, hingga 15 Juli, pukul 07.00 WIB. Kami akan segera informasikan kepada masyarakat jika ada perkembangan lebih lanjut mengenai tinggi gelombang tersebut," katanya.
Ia mengatakan wilayah yang berpotensi terjadi gelombang tinggi hingga sangat tinggi meliputi perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, perairan selatan Garut, perairan selatan Tasikmalaya, perairan selatan Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo, dan perairan selatan Yogyakarta.
Selain itu, Samudra Hindia selatan Sukabumi, Samudra Hindia selatan Cianjur, Samudra Hindia selatan Garut, Samudra Hindia selatan Tasikmalaya, Samudra Hindia selatan Pangandaran, Samudra Hindia selatan Cilacap, Samudra Hindia selatan Kebumen, Samudra Hindia selatan, Samudra Hindia selatan Purworejo, dan Samudra Hindia selatan Yogyakarta.
Terkait dengan peningkatan tinggi gelombang tersebut, Deas mengimbau masyarakat khususnya pengguna jasa kelautan untuk memerhatikan risiko gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran.
Dalam hal ini, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter berbahaya bagi perahu nelayan, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter berbahaya bagi tongkang, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter berbahaya bagi kapal feri, serta kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter berbahaya bagi kapal berukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," demikian Achmad Rivai.
Baca juga: BMKG: Gempa di Yogyakarta bukan megathrust
Baca juga: BMKG: Hujan diprakirakan masih terjadi di Cilacap
"Potensi terjadinya gelombang tinggi hingga sangat tinggi tersebut dipengaruhi peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian selatan yang arah tiupannya cenderung searah," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa.
Dalam hal ini, kata dia, pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur hingga tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.
Baca juga: BMKG catat wilayah Jateng selatan alami gangguan cuaca
Menurut dia, kondisi tersebut berpotensi mengakibatkan tinggi gelombang di laut selatan Jabar, Jateng, dan DIY mencapai 4 meter (kategori tinggi, red.) hingga 6 meter (kategori sangat tinggi, red.).
"Oleh karena itu, BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah laut selatan Jabar, Jateng, dan DIY yang berlaku sejak tanggal 13 Juli, pukul 07.00 WIB, hingga 15 Juli, pukul 07.00 WIB. Kami akan segera informasikan kepada masyarakat jika ada perkembangan lebih lanjut mengenai tinggi gelombang tersebut," katanya.
Ia mengatakan wilayah yang berpotensi terjadi gelombang tinggi hingga sangat tinggi meliputi perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, perairan selatan Garut, perairan selatan Tasikmalaya, perairan selatan Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo, dan perairan selatan Yogyakarta.
Selain itu, Samudra Hindia selatan Sukabumi, Samudra Hindia selatan Cianjur, Samudra Hindia selatan Garut, Samudra Hindia selatan Tasikmalaya, Samudra Hindia selatan Pangandaran, Samudra Hindia selatan Cilacap, Samudra Hindia selatan Kebumen, Samudra Hindia selatan, Samudra Hindia selatan Purworejo, dan Samudra Hindia selatan Yogyakarta.
Terkait dengan peningkatan tinggi gelombang tersebut, Deas mengimbau masyarakat khususnya pengguna jasa kelautan untuk memerhatikan risiko gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran.
Dalam hal ini, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter berbahaya bagi perahu nelayan, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter berbahaya bagi tongkang, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter berbahaya bagi kapal feri, serta kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter berbahaya bagi kapal berukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," demikian Achmad Rivai.
Baca juga: BMKG: Gempa di Yogyakarta bukan megathrust
Baca juga: BMKG: Hujan diprakirakan masih terjadi di Cilacap