Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang meminta pengelola rumah sakit swasta di daerah itu menyediakan fasilitas untuk pasien COVID-19 guna mengantisipasi lonjakan kasus aktif penularan virus corona jenis baru itu dalam beberapa waktu terakhir.

"Rumah sakit (rujukan, red.) harus tambah tempat tidur, tidak boleh tidak. Kita juga akan beli alat pemeriksaan tes PCR, lalu rumah sakit swasta kita minta untuk menambah fasilitas atau tepat tidur pasien khusus COVID-19. Selama ini rumah sakit swasta tidak menangani COVID-19. (Tempat tidur, red.) yang disediakan minimal 10," kata Sekretaris Daerah Kota Magelang Joko Budiyono dalam rapat koordinasi evaluasi pencegahan COVID-19 di Ruang Adipura Kencana Sekretariat Daerah Kota Magelang, Selasa.

Kebijakan itu salah satu terobosan keseriusan pemkot dalam penanganan penularan COVID-19 di daerah setempat.

"Kasus COVID-19 ini perlu penanganan serius, kalau tidak serius akan membahayakan keselamatan masyarakat. Walaupun kita tidak boleh tergopoh-gopoh tapi harus ada langkah nyata," katanya.

Pemkot Magelang telah berupaya menambah tempat tidur pasien positif COVID-19 di tiga rumah sakit rujukan, yakni RSUD Tidar, RST dr Soedjono, dan RSJ Prof dr Soerojo.

Sejauh ini, Kota Magelang termasuk daerah dengan status zona oranye atau zona risiko sedang penularan virus. 

Baca juga: Poltekkes jadi tempat isolasi pasien COVID-19 di Kota Magelang

Namun demikian, Joko menginstruksikan seluruh jajarannya di tingkat kecamatan, kelurahan, hingga RT/RW untuk siaga.

Data terkini dari 17 kelurahan di Kota Magelang, 14 kelurahan masuk zona oranye, dua kelurahan zona merah, dan satu kelurahan zona kuning.

"'Warning' bagi camat dan lurah, untuk fokus di zona masing-masing RT. Kalau ada RT zona merah langsung 'lockdown' (karantina wilayah) RT, begitu juga dengan oranye/kuning untuk 'warning'," katanya dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot Magelang.

Para pamong wilayah juga harus mengoptimalkan Satgas Jogo Tonggo untuk memantau kondisi lingkungan masing-masing, termasuk camat dan lurah memastikan persediaan dan distribusi logistik, disinfeksi lingkungan, bantuan sosial dan sebagainya.

"Kalau ada warga yang positif, perhatikan kondisinya, kalau OTG arahkan untuk isolasi di tempat isolasi terpusat karena di sana lebih bisa dipantau," ungkapnya.

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz meminta jajarannya menajamkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Pasalnya, kasus COVID-19 di Kota Magelang terus mengalami kenaikan.

Tidak hanya bed occupancy rate (BOR) di tiga rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 Kota Magelang sudah nyaris penuh, angka kematian pun bertambah.

"Memang semua daerah sekarang sedang mengalami kenaikan, tidak hanya di Kota Magelang, tapi daerah lain juga. Kalau dibanding kota lain, kita masih kecil, tapi tetap harus waspada," katanya.

Ia mengatakan bahwa menangani pandemi COVID-19 hanya bisa dilakukan dengan cara bertahan yang maksudnya mengurangi mobilitas warga. 

Pihaknya berencana menjalin koordinasi dengan pemerintah daerah lain untuk mewacanakan pembatasan mobilitas warga.

"Sebaiknya kawasan perbatasan sudah mulai dijaga. Karena sumber penularan COVID-19 di Kota Magelang ini dari daerah luar. Kita akan kaji rencana memperketat wilayah perbatasan," ucapnya.

Baca juga: Pemkot Magelang menambah tempat isolasi pasien COVID-19
Baca juga: Capaian vaksinasi COVID-19 Kota Magelang terbanyak ke-3 di Jateng

Pewarta : Hari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024