Kudus (ANTARA) - Masyarakat mulai menyadari pentingnya program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), terlebih bagi mereka yang tidak sempat menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung untuk antsipasi kebutuhan mendadak, seperti sakit atau lainnya.

Afriani Susanti, warga Desa Dersalam, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, merasakan betapa tertekannya ketika anaknya sering kali keluar masuk rumah sakit, namun tabungan yang dimiliki tidak seberapa.

"Saya merasakan sekali, betapa harus mikir keras agar bisa menabung untuk antisipasi ketika ada anggota keluarga yang sakit mendadak atau kebutuhan mendesak lainnya," ujarnya.

Sebelum ada program JKN-KIS, dia mengakui, merasakan harus keluar banyak uang untuk sekadar memeriksakan anak pertamanya yang saat ini sudah menginjak usia 12 tahun. Saat masih bayi, sering kali periksa ke dokter dan seringkali keluar masuk rumah sakit, sehingga uang yang seharusnya dipakai untuk kebutuhan sebulan juga berkurang.

Beruntung, sejak tahun 2014 ada program JKN-KIS sehingga dirinya juga ikut mendaftarkan diri dengan biaya mandiri. Meskipun setiap bulan harus merogoh kocek hingga puluhan ribu untuk membayar iuran tiga orang, yakni suami dan anak diibaratkan sebagai tabungan masa depan.

"Bagaimana tidak, saat saya melahirkan anak 6 persalinan ditanggung oleh BPJS Kesehatan melalui program JKN-KIS. Sebelumnya, sempat pontang panting harus mempersiapkan uang untuk biaya persalinan di rumah sakit," ujarnya.

Karena kelahiran pertama secara sesar atau caesar, maka untuk yang kedua juga harus mempersiapkan diri ketika menghadapi vonis dokter harus disesar. Pada saat itu, biayanya berkisar Rp7 jutaan untuk persiapan operasi cecar," ujarnya.

Baca juga: Tak lagi bekerja, suami istri bisa jalani operasi berkat JKN-KIS

Alhamdulillah, setelah diupayakan kelahiran normal tidak bisa karena mengalami mengalami plasenta previa atau plasenta menutupi jalan lahir dan sempat mengalami pendarahan, akhirnya diambil tindakan operasi sesar dan semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Pengalaman berikutnya, ketika menderita sakit tipes dan demam berdarah tahun 2019, dirinya harus menjalani perawatan di rumah sakit.

"Tidak membayangkan jika saat itu saya harus menanggung biaya perawatannya selama empat hari di rumah sakit, karena kebetulan gaji suami sudah terkuras banyak untuk biaya kredit rumah dan pinjaman lainnya. Praktis tabungan memang tidak ada, terkecuali uang gaji setiap bulan," ujarnya.

Sedangkan dirinya yang hanya bekerja sebagai guru swasta, kata dia, honornya juga tidak besar sehingga hanya bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

"Jika sebelumnya iuran bulanannya dibayar sendiri dengan nominal yang lebih besar, sejak ada aturan baru yang mewajibkan pemberi kerja menanggung sebagian iuran bulanannya juga semakin terbantu karena cukup dengan Rp114.000 per bulan bersama pembiayaan dari pihak sekolah tempat saya mengajar, kini bisa untuk menanggung biaya kesehatan empat orang (suami, istri dan dua anak)," ujarnya. 
 
Ia menyarankan masyarakat yang belum mendaftarkan diri sebagai peserta JKN-KIS segera mendaftar, karena manfaatnya memang sangat besar dan diibaratkan tabungan masa depan, sekaligus bergotong royong membantu orang lain yang membutuhkan biaya saat sedang sakit.

Baca juga: Kejari Demak dukung kepatuhan badan usaha dalam JKN

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024