Purwokerto (ANTARA) - Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ropiudin mengatakan energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan irigasi saat musim kemarau.

"Optimalisasi energi terbarukan untuk irigasi dapat dilakukan saat musim kemarau," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Kendati demikian, peneliti senior laboratorium teknik sistem termal dan energi terbarukan Unsoed tersebut mengatakan ketersediaan sumber energi terbarukan dapat berbeda-beda pada tiap lokasi.

"Misalkan di lokasi pertanian pantai tentu berbeda dengan wilayah pegunungan. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan air pada lahan pertanian saat musim kemarau, dapat menggunakan energi terbarukan yang tersedia pada lokasi setempat," katanya.

Sementara itu, dia memberi contoh bahwa energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa dengan tenaga angin.

"Contohnya pompa air tenaga angin sangat efektif untuk pengairan sawah. Pompa air tenaga angin berarti kincir angin langsung digunakan untuk menggerakkan pompa, tidak melalui listrik sehingga sangat efektif. Pompa ini akan bekerja untuk mengangkat air yang diperlukan pada lahan pertanian," katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa sektor pertanian, baik tradisional maupun modern sangat membutuhkan energi dalam jumlah yang banyak.

"Mulai dari penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pascapanen, pengolahan hasil pertanian, hingga pengolahan sampahnya," katanya.

Karena itu, kata dia, sumber energi terbarukan sangat potensial untuk terus dikembangkan pada masa yang akan datang.

"Hal ini terkait dengan kebutuhan energi bersih dan energi yang tentunya juga terjangkau," katanya.

Dia juga mengatakan energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian antara lain tenaga surya, angin, biogas, energi mikro hidro dan briket biomassa yang tersedia di wilayah perdesaan.

"Sumber energi ini yang dapat membantu meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani. Contoh, limbah di pabrik gula bisa digunakan untuk menghasilkan energi panas tambahan. Sementara limbah basah seperti kotoran ternak, buah, dan kulit tanaman yang tidak terpakai atau bubur dari sisa produksi bisa digunakan untuk produksi biogas," katanya.

Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Unsoed itu juga mengatakan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilakukan mulai dari awal pengolahan sebelum panen hingga limbah pertanian.

"Pertanian dimulai dari pengolahan tanah hingga hasilnya bisa hadir di meja makan, bahkan sekarang arah pemanfaatan sampai ke pengolahan limbahnya," katanya.
Baca juga: Pemprov Jateng jajaki kerja sama energi terbarukan dengan Inggris
Baca juga: FPM mengajak kaum muda kembangkan energi terbarukan

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024