Semarang (ANTARA) - Kalangan perempuan di Provinsi Jawa Tengah diajak berperan aktif dalam pembangunan berbagai sektor untuk memajukan daerah, meskipun banyak tantangan dan kendala yang harus dihadapi.

"(Untuk mencapainya) masih perlu perjuangan agar perempuan aktif berperan di semua sektor, termasuk politik," kata Sekretaris Komisi E DPRD Provinsi Jateng Sri Ruwiyati saat menjadi salah seorang pembicara pada Dialog Bersama Parlemen dengan tema "Kepemimpinan Perempuan Era Modern" di Hotel Pesonna, Semarang, Senin (19/4).

Politikus PDI Perjuangan itu mengungkapkan tantangan dan kendala yang dihadapi para perempuan di era modern seperti sekarang antara lain, adanya rasa takut, malu hingga kurang percaya diri saat mengambil keputusan.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu perjuangan agar kaum perempuan bisa berperan aktif di semua sektor, termasuk politik.

Menurut dia, jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Jateng saat ini yang baru 19 persen akibat beberapa faktor seperti masih ada partai politik yang menghambat peran perempuan atau ada parpol yang hanya ingin memenuhi syarat KPU yakni 30 persen wakil perempuan sehingga tidak memiliki kualitas dalam dunia politik.

"Kami sangat mendukung anggaran untuk pemberdayaan perempuan. Kami juga melakukan sosialisasi pendidikan politik perempuan guna meningkatkan perannya dalam pembangunan Jateng," ujarnya.

Ia menilai pemerintah sudah memberikan peran luar biasa yakni adanya undang-undang yang mengatur bahwa perempuan dan laki-laki itu sama serta setara, dan kesempatan kerja yang juga sama.

"Sekarang ini bahwa kita harus berani tampil, kita harus berani membuktikan bahwa perempuan itu tidak lemah. Perempuan adalah manusia-manusia yang diberi kelebihan dari Allah SWT,” katanya.

Baca juga: Tingkatkan perekonomian, DPRD Jateng sebut perlu sinergisitas antar-BUMD

Baca juga: Dukung PTM, DPRD Jateng minta sekolah dan orang tua taati prokes

Kepala Bidang Kualitas Hidup Pemberdayaan Perempuan DP3AP2KB Provinsi Jateng Sri Dewi Indrajati mengatakan perempuan sendiri punya banyak kesempatan untuk masuk menjadi tenaga profesional.

"Kesempatannya sudah dibuka oleh negara, tapi memang kadang-kadang membuat agak miris karena belum semua perempuan bisa menangkap kesempatan itu karena sebenarnya mau tapi tidak ada kesempatan," ujarnya.

Baca juga: DPRD Jateng dukung pembangunan Islamic Center Batang

Berbicara mengenai kesiapan perempuan sebenarnya ada, namun sebagian perempuan memang belum siap.

"30 persen di parlemen itu ada kesempatan tapi belum ada kesiapan, memang sebenarnya pengambilan keputusan tidak hanya di partai, DPR, ada kesempatan lainnya," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Antropologi Unnes Profesor Tri Marhaeni Pudji Astuti mengakui keberanian perempuan untuk maju dan berperan sudah bisa dijalankan saat ini, namun tidak semua yang memiliki keberanian mengingat adanya faktor sosial-budaya yang masih melekat. (Adv)

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024