Temanggung (ANTARA) - Permintaan ekspor kayu olahan di sejumlah perusahaan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mulai meningkat setelah terpuruk pada masa pandemi COVID-19 dalam setahun terakhir.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Temanggung Agus Sarwono di Temanggung, Selasa, mengatakan perusahaan bidang perkayuaan di Temanggung kondisinya sekarang mulai membaik, karena permintaan ekspor mulai meningkat.

Namun, yang menjadi permasalahan sekarang dari bahan baku mulai kesulitan.

Baca juga: Usaha keripik kepompong bertahan di masa pandemi
Baca juga: Masa pandemi, usaha kerajinan di Boyolali masa PPMK mulai bergairah

"Berdasarkan informasi dari Apindo, kebutuhan bahan baku berupa kayu albasia atau sengon hanya mampu terpenushi sekitar 50 persen. Kalau tahun lalu kelebihan bahan baku, sekarang kekurangan bahan baku," katanya.

Ia menuturkan bahan baku bukan hanya dari Temanggung, tetapi di luar Temanggung pun sekarang juga sulit.

Bagian Humas dan HRD CV Cipta Usaha Mandiri di Ngadirejo, Kabupaten Temanggung Purwo Giri Wicaksono menyampaikan permintaan kayu olahan paling banyak dari China dan Taiwan, sedangkan permintaan dari Malaysia, Jepang, dan Korea hanya sekitar 25 persen.

Produk kayu olahan yang diekspor dari Temanggung, antara lain barecore, blockboard, dan plywood.

Ia menyebutkan saat ini setiap minggu perusahaannya mengirimkan lima kontainer barecore ke China maupun Taiwan.

Giri mengakui saat permintaan ekspor meningkat seperti sekarang, kendalanya pada ketersediaan bahan baku.

"Guna mencukupi bahan baku, kami mendatangkan kayu albasia dari Jawa Timur, Jawa Barat, bahkan dari Sumatera dan Kalimantan," katanya. 

Baca juga: Saat pandemi, permintaan bibit kelinci di Magelang meningkat
 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024