Cilacap (ANTARA) - Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mengharapkan produksi perikanan tangkap di wilayah itu mengalami peningkatan pada 2021.

"Pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) di Cilacap merupakan suatu hal yang klasik di mana pada bulan Januari, Februari, Maret, mungkin sampai April mengalami penurunan karena masa paceklik," kata Ketua KUD Mino Saroyo Kabupaten Cilacap Untung Jayanto di Cilacap, Senin.

Kendati sebagian besar masih lesu, dia mengakui aktivitas lelang di TPI Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap sudah mulai bergeliat.

"Namun belum signifikan. Mudah-mudahan harapannya ada peningkatan," katanya.

Terkait dengan transaksi pelelangan ikan di Cilacap, dia mengatakan jika dibandingkan Januari 2020, nilai transaksi di delapan TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo mengalami peningkatan sekitar Rp1 miliar jika dibandingkan 2019.

Dalam hal ini, kata dia, nilai transaksi pada Januari 2019 sekitar Rp3 miliar, sedangkan Januari 2020 mencapai kisaran Rp4 miliar.

"Bulan Februari masih dalam pendataan," katanya.

Baca juga: Transaksi di TPI KUD Mino Saroyo tetap menggeliat

Lebih lanjut, Untung mengharapkan produksi ikan dan nilai transaksi delapan TPI di Cilacap pada  2021 bisa lebih baik dari 2020.

Ia mengatakan berdasarkan data dari delapan TPI, nilai transaksi selama 2020 yang tercatat di KUD Mino Saroyo sebesar Rp78 miliar atau meningkat sekitar Rp1 miliar dari 2019 yang sebesar Rp77 miliar.

"Mudah-mudahan di tahun 2021, harapan saya (bisa mencapai) Rp100 miliar," katanya menambahkan.

Sementara dari sisi volume, kata dia, produksi ikan pada tahun 2020 tercatat sebesar 10 juta kilogram, sedangkan tahun 2019 sekitar 7 juta kilogram.

Menurut dia, pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap penurunan harga ikan, sehingga total transaksi pelelangan ikan pada tahun 2020 hanya mencapai Rp78 miliar.

Dalam hal ini, dia mencontohkan harga ikan layur ukuran 3 ons ke atas pada tahun 2019 bisa mencapai Rp50 ribu per kilogram, namun pada tahun 2020 hingga sekarang hanya sebesar Rp40 ribu per kilogram.

"Komoditas layur dan berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan Cilacap ini mayoritas diekspor, antara lain ke China dan Korea," katanya.

Baca juga: Menteri Susi Minta KUD Mino Saroyo Mengayomi Nelayan

Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan "Pandanarang" Tarmuji mengakui aktivitas lelang di TPI Pandanarang, Pantai Teluk Penyu, Cilacap, hingga saat ini masih lesu meskipun sebagian nelayan nekat melaut untuk mencari ikan.

Akan tetapi, kata dia, hasil yang ditangkap sering kali tidak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan.

"Paling banter mereka mendapatkan hasil senilai Rp450 ribu. Itu pun hanya mencukupi kebutuhan bahan bakar, makan, dan sebagainya, sehingga kadang tidak ada sisa yang bisa dibawa pulang," katanya.

Ia mengatakan saat sekarang yang dapat ditangkap oleh nelayan Pandanarang hanyalah udang jerbung dan beberapa jenis ikan meskipun tidak banyak.

Menurut dia, hal itu disebabkan nelayan-nelayan tradisional tersebut tidak berani mencari ikan terlalu jauh karena gelombang tinggi masih berpotensi terjadi.

Setiap kali melaut, kata dia, nelayan hanya mampu membawa hasil udang jerbung berkisar 3-4 kilogram dengan harga jual sekitar Rp120.000 per kilogram untuk ukuran kecil dan Rp180.000 per kilogram untuk ukuran besar.

"Oleh karena hasil tangkapan nelayan masih minim, aktivitas lelang di TPI Pandanarang pun masih sepi. Bahkan, sejak bulan Januari juga sepi," katanya. 

Baca juga: Nelayan tak melaut, aktivitas pelelangan ikan di Cilacap sepi
Baca juga: Terdampak rob, aktivitas lelang ikan TPI Wonokerto Pekalongan dipercepat
Baca juga: Masa panen, transaksi pelelangan ikan di Cilacap meningkat

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024