Cilacap (Antaranews Jateng) - Transaksi di delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tetap menggeliat meskipun sering terjadi gelombang tinggi, kata Ketua KUD Mino Saroyo Untung Jayanto.
"Hasil tangkapan nelayan Cilacap sejak bulan Agustus hingga saat ini sangat bagus meskipun sering terjadi gelombang tinggi. Hal itu terlihat dari nilai transaksi di seluruh TPI yang kami kelola," katanya di Cilacap, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan data, nilai transaksi pelelangan ikan pada bulan Agustus mencapai Rp16 miliar, sedangkan pada bulan September sebesar Rp13 miliar.
Sementara untuk bulan Oktober, kata dia, diperkirakan bisa lebih dari Rp13 miliar karena saat sekarang ikan bawal putih mulai bermunculan meskipun masih banyak yang berukuran kecil.
"Kalau bulan Oktober, datanya transaksinya masih diolah namun diperkirakan tetap tinggi, Insya Allah minimal sama seperti bulan September. Apalagi sekarang ikan bawal putih mulai muncul meskipun masih yang kecil-kecil," jelasnya.
Bahkan, kata dia, transaksi di TPI Pandanarang sempat mencapai Rp250 juta dalam satu hari karena saking banyaknya ikan bawal putih yang dilelang.
Biasanya, lanjut dia, transaksi di TPI Pandanarang hanya berkisar Rp50 juta hingga Rp100 juta per hari.
Menurut dia, harga ikan bawal putih berukuran kecil itu berkisar Rp100.000-Rp150.000 per kilogram.
"Kalau yang ukurannya 5 ons ke atas bisa mencapai Rp300.000-Rp500.000 per kilogram. Mudah-mudahan harga bawal putih pada bulan Januari makin bagus," katanya.
Kendati hasil tangkapan nelayan Cilacap tergolong tinggi, Untung mengatakan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Pantura tetap didatangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Cilacap.
Menurut dia, hal itu disebabkan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Cilacap memiliki nilai ekonomi tinggi dan tidak banyak dikonsumsi oleh masyarakat lokal.
"Oleh karena itu, ikan hasil tangkapan nelayan Cilacap lebih banyak yang diekspor, sekitar 80-90 persen," katanya.
"Hasil tangkapan nelayan Cilacap sejak bulan Agustus hingga saat ini sangat bagus meskipun sering terjadi gelombang tinggi. Hal itu terlihat dari nilai transaksi di seluruh TPI yang kami kelola," katanya di Cilacap, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan data, nilai transaksi pelelangan ikan pada bulan Agustus mencapai Rp16 miliar, sedangkan pada bulan September sebesar Rp13 miliar.
Sementara untuk bulan Oktober, kata dia, diperkirakan bisa lebih dari Rp13 miliar karena saat sekarang ikan bawal putih mulai bermunculan meskipun masih banyak yang berukuran kecil.
"Kalau bulan Oktober, datanya transaksinya masih diolah namun diperkirakan tetap tinggi, Insya Allah minimal sama seperti bulan September. Apalagi sekarang ikan bawal putih mulai muncul meskipun masih yang kecil-kecil," jelasnya.
Bahkan, kata dia, transaksi di TPI Pandanarang sempat mencapai Rp250 juta dalam satu hari karena saking banyaknya ikan bawal putih yang dilelang.
Biasanya, lanjut dia, transaksi di TPI Pandanarang hanya berkisar Rp50 juta hingga Rp100 juta per hari.
Menurut dia, harga ikan bawal putih berukuran kecil itu berkisar Rp100.000-Rp150.000 per kilogram.
"Kalau yang ukurannya 5 ons ke atas bisa mencapai Rp300.000-Rp500.000 per kilogram. Mudah-mudahan harga bawal putih pada bulan Januari makin bagus," katanya.
Kendati hasil tangkapan nelayan Cilacap tergolong tinggi, Untung mengatakan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Pantura tetap didatangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Cilacap.
Menurut dia, hal itu disebabkan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Cilacap memiliki nilai ekonomi tinggi dan tidak banyak dikonsumsi oleh masyarakat lokal.
"Oleh karena itu, ikan hasil tangkapan nelayan Cilacap lebih banyak yang diekspor, sekitar 80-90 persen," katanya.