Pekalongan (ANTARA) - Sekitar 1.600 warga dari 9.000 warga terdampak banjir di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, masih mengungsi di beberapa tempat pengungsian menyusul dengan masih tingginya genangan banjir di beberapa lokasi.
Wakil Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid di Pekalongan, Rabu, mengatakan bahwa curah hujan yang masih relatif tinggi menyebabkan beberapa wilayah dengan kondisi cekung masih tergenang banjir.
"Banjir yang melanda Kota Pekalongan menyebabkan sekitar 9.000 warga terdampak mengungsi. Akan tetapi saat ini masih sekitar 1.600 yang mengungsi sehingga kami berharap banjir secepatnya surut," katanya.
Baca juga: Gereja-kelenteng jadi tempat mengungsi korban banjir di Kudus
Terkait dengan kedisiplinan pengungsi mematuhi protokol kesehatan, Afzan mengaku ada sekitar 50 persen warga yang mengungsi tidak mematuhi protokol kesehatan sehingga pemkot mengajak mereka minimal memakai masker dan menjaga jarak.
"Kami terus mengimbau pengungsi harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Jumlah tempat dengan warga mengungsi yang tidak seimbang menjadi persoalan adanya ketidakpatuhan mereka mematuhi protokol kesehatan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, untuk mengurangi persebaran COVID-19, pemkot akan melakukan pelacakan (tracing) terhadap para pengungsi agar tidak menimbulkan klaster baru.
"Kami akan melakukan pelacakan untuk menghindari pengungsi yang reaktif maupun positif menular pada warga yang lainnya. Yang jelas, kami akan berusaha mengontrol pada pengungsi," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha mengatakan saat ini banjir masih menyisakan dua wilayah kecamatan yang tergenang banjir yaitu Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat.
Adapun penyebab banjir yang tidak kunjung surut, kata dia, adalah wilayah di dua kecamatan itu kondisi permukaan tanahnya lebih rendah dibanding wilayah lainnya sehingga genangan air sulit surut.
"Selain itu, gelombang tinggi juga menyebabkan rob mengalir ke sungai yang bermuara di wilayah utara dan menambah luberan atau genangan yang ada ke permukiman penduduk," katanya.
Menurut dia, beberapa wilayah kelurahan yang masih tergenang banjir antara lain Panjang Wetan, Krapyak, Tirto dan Pasir Kraton Kramat khususnya wilayah Pasirsari, serta Randujajar.
"Untuk mengurangi volume banjir, kami mengoptimalkan pompa penyedot air di sejumlah tempat dan mendatangkan pompa mobile," katanya.
Baca juga: Pakar perumahan tegaskan pembangunan secara masif bukan akar masalah banjir
Baca juga: DPRD Jateng: Kebijakan penanganan banjir di Kudus perlu kajian ulang
Wakil Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid di Pekalongan, Rabu, mengatakan bahwa curah hujan yang masih relatif tinggi menyebabkan beberapa wilayah dengan kondisi cekung masih tergenang banjir.
"Banjir yang melanda Kota Pekalongan menyebabkan sekitar 9.000 warga terdampak mengungsi. Akan tetapi saat ini masih sekitar 1.600 yang mengungsi sehingga kami berharap banjir secepatnya surut," katanya.
Baca juga: Gereja-kelenteng jadi tempat mengungsi korban banjir di Kudus
Terkait dengan kedisiplinan pengungsi mematuhi protokol kesehatan, Afzan mengaku ada sekitar 50 persen warga yang mengungsi tidak mematuhi protokol kesehatan sehingga pemkot mengajak mereka minimal memakai masker dan menjaga jarak.
"Kami terus mengimbau pengungsi harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Jumlah tempat dengan warga mengungsi yang tidak seimbang menjadi persoalan adanya ketidakpatuhan mereka mematuhi protokol kesehatan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, untuk mengurangi persebaran COVID-19, pemkot akan melakukan pelacakan (tracing) terhadap para pengungsi agar tidak menimbulkan klaster baru.
"Kami akan melakukan pelacakan untuk menghindari pengungsi yang reaktif maupun positif menular pada warga yang lainnya. Yang jelas, kami akan berusaha mengontrol pada pengungsi," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha mengatakan saat ini banjir masih menyisakan dua wilayah kecamatan yang tergenang banjir yaitu Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat.
Adapun penyebab banjir yang tidak kunjung surut, kata dia, adalah wilayah di dua kecamatan itu kondisi permukaan tanahnya lebih rendah dibanding wilayah lainnya sehingga genangan air sulit surut.
"Selain itu, gelombang tinggi juga menyebabkan rob mengalir ke sungai yang bermuara di wilayah utara dan menambah luberan atau genangan yang ada ke permukiman penduduk," katanya.
Menurut dia, beberapa wilayah kelurahan yang masih tergenang banjir antara lain Panjang Wetan, Krapyak, Tirto dan Pasir Kraton Kramat khususnya wilayah Pasirsari, serta Randujajar.
"Untuk mengurangi volume banjir, kami mengoptimalkan pompa penyedot air di sejumlah tempat dan mendatangkan pompa mobile," katanya.
Baca juga: Pakar perumahan tegaskan pembangunan secara masif bukan akar masalah banjir
Baca juga: DPRD Jateng: Kebijakan penanganan banjir di Kudus perlu kajian ulang