Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Chusmeru mengatakan industri pariwisata perlu merancang strategi yang kompetitif dan juga inovatif untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan.
"Industri pariwisata ditantang untuk memiliki strategi yang kompetitif dan inovatif baik untuk produk maupun juga pelayanan, guna memperpanjang lama tinggal wisatawan di suatu objek wisata," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Dia menjelaskan kondisi pandemi COVID-19 diperkirakan akan mengubah orientasi, motivasi dan juga perilaku berwisata yang selanjutnya akan berpengaruh pada standar pelayanan industri pariwisata serta kebijakan pemerintah di sektor pariwisata.
Baca juga: Kuota pengunjung Candi Borobudur jadi 4.000 orang per hari
"Industri pariwisata pada awal tahun 2021 diprakirakan belum akan dapat mengejar kuantitas wisatawan, karena secara psikologis proses pemulihan akan berlangsung cukup lama," katanya.
Begitu pula pengelola objek dan daya tarik wisata, kata dia, diperkirakan masih akan menerapkan kuota atau batas jumlah kunjungan bagi wisatawan guna mencegah terjadinya kerumunan.
"Objek dan daya tarik wisata di awal tahun 2021 diperkirakan masih belum dapat dikunjungi wisatawan sebanyak jumlah kunjungan sebelum pandemi, guna mencegah kerumunan," katanya.
Hal tersebut, kata dia, akan dapat berpengaruh pada pendapatan atau retribusi objek wisata.
"Oleh sebab itu maka diperlukan strategi promosi bagi produk maupun juga pelayanan, baik hotel maupun destinasi wisata agar wisatawan dapat lebih lama tinggal dan berbelanja lebih banyak di tempat wisata tersebut. Untuk itu perlu strategi yang kompetitif dan inovatif, baik untuk produk maupun pelayanan," katanya.
Dia menambahkan bahwa bagi wisatawan, motivasi kunjungan wisata akan sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kondisi kesehatan dan juga pilihan destinasi.
"Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini wisatawan juga akan mempertimbangkan lebih banyak mengenai kondisi ekonominya sebelum memutuskan untuk pergi berwisata," katanya.
Hal itu, kata dia, diperkirakan juga akan berpengaruh pada lama tinggal wisatawan di lokasi wisata dan besarnya pengeluaran di satu destinasi.
"Tentu saja hal ini harus dicermati dengan seksama oleh para pengusaha di sektor pariwisata agar harga produk dan pelayanan yang ditawarkan bisa makin terjangkau bagi wisatawan," katanya.
Dia juga menambahkan bahwa perlu sinergi dari para pihak terkait dalam rangka merancang strategi yang kompetitif dan juga inovatif untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan.
"Dengan demikian upaya merancang strategi yang kompetitif dan inovatif itu perlu melibatkan para pihak terkait agar dapat memberikan hasil yang lebih optimal," katanya.
Dia berharap strategi yang tepat sasaran akan dapat berdampak positif bagi industri pariwisata terkait.
Baca juga: Sejumlah objek wisata di Banyumas ditutup kembali
Baca juga: Pemkab Kudus dorong desa kembangkan objek wisata baru
"Industri pariwisata ditantang untuk memiliki strategi yang kompetitif dan inovatif baik untuk produk maupun juga pelayanan, guna memperpanjang lama tinggal wisatawan di suatu objek wisata," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Dia menjelaskan kondisi pandemi COVID-19 diperkirakan akan mengubah orientasi, motivasi dan juga perilaku berwisata yang selanjutnya akan berpengaruh pada standar pelayanan industri pariwisata serta kebijakan pemerintah di sektor pariwisata.
Baca juga: Kuota pengunjung Candi Borobudur jadi 4.000 orang per hari
"Industri pariwisata pada awal tahun 2021 diprakirakan belum akan dapat mengejar kuantitas wisatawan, karena secara psikologis proses pemulihan akan berlangsung cukup lama," katanya.
Begitu pula pengelola objek dan daya tarik wisata, kata dia, diperkirakan masih akan menerapkan kuota atau batas jumlah kunjungan bagi wisatawan guna mencegah terjadinya kerumunan.
"Objek dan daya tarik wisata di awal tahun 2021 diperkirakan masih belum dapat dikunjungi wisatawan sebanyak jumlah kunjungan sebelum pandemi, guna mencegah kerumunan," katanya.
Hal tersebut, kata dia, akan dapat berpengaruh pada pendapatan atau retribusi objek wisata.
"Oleh sebab itu maka diperlukan strategi promosi bagi produk maupun juga pelayanan, baik hotel maupun destinasi wisata agar wisatawan dapat lebih lama tinggal dan berbelanja lebih banyak di tempat wisata tersebut. Untuk itu perlu strategi yang kompetitif dan inovatif, baik untuk produk maupun pelayanan," katanya.
Dia menambahkan bahwa bagi wisatawan, motivasi kunjungan wisata akan sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kondisi kesehatan dan juga pilihan destinasi.
"Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini wisatawan juga akan mempertimbangkan lebih banyak mengenai kondisi ekonominya sebelum memutuskan untuk pergi berwisata," katanya.
Hal itu, kata dia, diperkirakan juga akan berpengaruh pada lama tinggal wisatawan di lokasi wisata dan besarnya pengeluaran di satu destinasi.
"Tentu saja hal ini harus dicermati dengan seksama oleh para pengusaha di sektor pariwisata agar harga produk dan pelayanan yang ditawarkan bisa makin terjangkau bagi wisatawan," katanya.
Dia juga menambahkan bahwa perlu sinergi dari para pihak terkait dalam rangka merancang strategi yang kompetitif dan juga inovatif untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan.
"Dengan demikian upaya merancang strategi yang kompetitif dan inovatif itu perlu melibatkan para pihak terkait agar dapat memberikan hasil yang lebih optimal," katanya.
Dia berharap strategi yang tepat sasaran akan dapat berdampak positif bagi industri pariwisata terkait.
Baca juga: Sejumlah objek wisata di Banyumas ditutup kembali
Baca juga: Pemkab Kudus dorong desa kembangkan objek wisata baru