Purwokerto (ANTARA) - Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah mengajak warga, khususnya kalangan pesantren, disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.

"COVID-19 ini bisa menyerang siapa pun, bahkan dokter sekalipun, bahkan tenaga kesehatan sekalipun, dan itu bukan aib. Itu bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal status sosial, tanpa mengenal status hukum, sehingga dengan semua itu, mari kita semua menyadari tentang kita ini sekarang sedang hidup di era yang berbeda," kata juru bicara FKPP Kabupaten Banyumas Enjang Burhanudin Yusuf di Purwokerto, Banyumas, Jumat.

Ia mengemukakan pentingnya penerapan kebiasaan baru dan pola hidup sehat untuk meminimalkan risiko penularan virus corona penyebab COVID-19.

"Kalau dulu mungkin kita habis apa, tidak cuci tangan langsung makan. Sekarang dengan adanya seperti ini mengajarkan betapa pentingnya ajaran Islam tentang kebersihan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.

Ia mengatakan bahwa FKPP mendukung upaya Pemerintah Kabupaten Banyumas menanggulangi penularan COVID-19 di lingkungan pesantren.

Mengenai klaster penularan COVID-19 di pesantren yang ada di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, ia mengatakan,"Awal laporan ke kami kalau ada santri yang bergejala dan anosmia (kehilangan indra penciuman), kemudian diskrining oleh tim gugus pesantren, ditemukan 81 santri putri yang bergejala." 

Menurut dia, pengurus pesantren sudah berkomunikasi dengan FKPP Kabupaten Banyumas untuk membahas masalah itu dan FKPP menyarankan pesantren berkoordinasi dengan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 tingkat desa maupun kecamatan.

Tim Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kecamatan Kedungbanteng melakukan pemeriksaan pada 16 November dan menemukan 95 santri dengan gejala sakit.

"Kemudian kami berkoordinasi dengan Dinkes (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas), namun pada tanggal 17 November, salah seorang pengasuh pesantren tersebut meninggal dunia, sehingga kami tunda hingga tanggal 18 November," kata Enjang.

Selanjutnya, menurut dia, Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi penularan COVID-19 pada seluruh santri yang jumlahnya 427 orang dan hasilnya menunjukkan 176 santri positif COVID-19.

"Berdasarkan hasil koordinasi dengan Pak Wakil Bupati Banyumas (Sadewo Tri Lastiono), awalnya seluruh santri akan dikarantina di Rumah Karantina Pondok Slamet, tapi keputusannya karena angka COVID-19 di Banyumas naik, santri semuanya dikarantina di pesantren," katanya.

"Di sekolah yang dimiliki oleh pesantren, kebetulan juga tidak ada sekolah offline, jadi sekolah bisa dipakai untuk karantina santri atas koordinasi antara Dinkes dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)," katanya.

Enjang mengatakan 176 santri yang menjalani karantina di sekolah milik pesantren sekarang dalam kondisi sehat.

"Kalaupun mereka bergejala flu, batuk, itu tidak lama biasanya," katanya.

Ia mengemukakan bahwa pesantren berkomitmen menjaga lingkungan agar terlindung dari COVID-19.

"Selalu berkoordinasi dengan teman-teman tim gugus COVID-19 pesantren agar ketat melaksanakan protokol kesehatan di pesantren," katanya.

 


Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024