Semarang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi provinsi ini selama triwulan III 2020 secara year on year minus 3,93 persen.
Kepala BPS Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono di Semarang, Kamis, mengatakan kontraksi ekonomi yang dialami provinsi ini pada triwulan III 2020 tersebut tidak sedalam kontraksi pada triwulan II 2020 yang mencapai 5,92 persen.
Menurut dia, penerapan kebijakan adaptasi kebiasaan baru menjadi salah satu pendorong naiknya pertumbuhan ekonomi di triwulan III tersebut.
"Saat new normal ini terdapat pelonggaran, pembukaan aktivitas masyarakat," katanya.
Meski demikian, kata dia, terdapat sejumlah sektor yang tingkat pertumbuhannya masih mengalami kontraksi sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Ia menjelaskan terdapat empat sektor besar yang menjadi pendukung struktur PDRB provinsi ini.
Dari keempat sektor tersebut, kata dia, industri pengolahan memberi kontribusi terbesar terhadap penurunan perekonomian Jawa Tengah sebesar 33,72 persen.
Sektor lain yang berkontribusi terhadap pelemahan ekonomi tersebut yakni perdagangan dan konstruksi.
Di sisi lain, lanjut dia, sektor pertanian justru mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2020.
Ia menambahkan lapangan usaha di Jawa Tengah yang paling terdampak selama triwulan III 2020 yakni transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhan sebesar -37,68 persen.
"Belum banyak aktivitas yang berkaitan dengan transportasi. Contohnya sektor konstruksi, masih belum banyak sewa alat berat karena pekerjaan konstruksi belum banyak," katanya.
Baca juga: BLT Dana Desa dongkrak ekonomi Jateng
Baca juga: Bank Jateng ikut kelola uang negara Rp2 triliun untuk dorong pertumbuhan ekonomi
Kepala BPS Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono di Semarang, Kamis, mengatakan kontraksi ekonomi yang dialami provinsi ini pada triwulan III 2020 tersebut tidak sedalam kontraksi pada triwulan II 2020 yang mencapai 5,92 persen.
Menurut dia, penerapan kebijakan adaptasi kebiasaan baru menjadi salah satu pendorong naiknya pertumbuhan ekonomi di triwulan III tersebut.
"Saat new normal ini terdapat pelonggaran, pembukaan aktivitas masyarakat," katanya.
Meski demikian, kata dia, terdapat sejumlah sektor yang tingkat pertumbuhannya masih mengalami kontraksi sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Ia menjelaskan terdapat empat sektor besar yang menjadi pendukung struktur PDRB provinsi ini.
Dari keempat sektor tersebut, kata dia, industri pengolahan memberi kontribusi terbesar terhadap penurunan perekonomian Jawa Tengah sebesar 33,72 persen.
Sektor lain yang berkontribusi terhadap pelemahan ekonomi tersebut yakni perdagangan dan konstruksi.
Di sisi lain, lanjut dia, sektor pertanian justru mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2020.
Ia menambahkan lapangan usaha di Jawa Tengah yang paling terdampak selama triwulan III 2020 yakni transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhan sebesar -37,68 persen.
"Belum banyak aktivitas yang berkaitan dengan transportasi. Contohnya sektor konstruksi, masih belum banyak sewa alat berat karena pekerjaan konstruksi belum banyak," katanya.
Baca juga: BLT Dana Desa dongkrak ekonomi Jateng
Baca juga: Bank Jateng ikut kelola uang negara Rp2 triliun untuk dorong pertumbuhan ekonomi