Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah menyebutkan jumlah warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayahnya, Kamis bertambah 31 kasus sehingga jumlah akumulasi menjadi 990 kasus.

Menurut Kepala Dinkes Boyolali dr Ratri S Survivalina, tambahan 31 kasus dan 23 kasus di antaranya merupakan kontak erat dengan terkonfirmasi sebelumnya.

Ratri S Survivalina mengatakan dari 990 kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19 tersebut, ada 147 kasus masih dirawat di rumah sakit, 65 kasus menjalani isolasi mandiri, 741 kasus sudah dinyatakan sembuh, dan 37 kasus meninggal dunia.

"Dengan bertambahnya kasus yang kontak erat dengan warga terkonfirmasi sebelumnya ini, kami dapat mengasumsikan bahwa protokol kesehatan di Boyolali belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik," kata Ratri.

Oleh karena itu, Dinkes Boyolali terus menggerakan masyarakat untuk mengubah beberapa perilaku terkait protokol kesehatan di kehidupan masyarakat Kabupaten Boyolali.

Perilaku yang memperhatikan imbauan seperti anjuran untuk di rumah saja, memakai masker, selalu menjaga jarak, menghindari kerumunan hingga adaptasi kebiasaan baru dalam menjaga kebersihan diri yang kini mulai digalakkan kembali oleh masyarakat.

Baca juga: Jateng waspadai klaster COVID di ponpes dan sekolah

"Kami juga menggerakan kegiatan masyarakat agar selalu mencuci tangan, Hal ini, juga dalam rangka peringatan Hari Cuci Tangan se-Dunia," kata Ratri.

Menurut Ratri tingkat kesadaran masyarakat dengan adanya pandemi COVID-19 ini, semakin meningkat. Hal ini, menjadi salah satu keuntungan dengan adanya pandemi COVID-19, perilaku masyarakat mulai menerapkan standart kesehatan di kehidupan sehari hari.

"Hal itu, termasuk salah satunya cuci tangan pakai sabun," kata Ratri disela kegiatan gerakan cuci tangan dalam rangka peringatan Hari Cuci Tangan se-Dunia.

Menurut Ratri dengan mengambil tema "Kebersihan Tangan Untuk Semua, sekaligus untuk mengingatkan bahwa tanggung jawab mencegah penularan COVID-19 menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat di dunia.

Selain itu, pihaknya menilai hingga saat ini, telah banyak tempat cuci tangan baik di sejumlah fasilitas publik, kantor-kantor maupun instansi pemerintahan. Sehingga, masyarakat mulai terbiasa untuk mengubah perilaku menuju hidup yang sehat.

Masyarakat mulai terbiasa untuk mengubah perilaku, dan budayanya, sehingga apa yang disebut dengan adaptasi kebiasaan baru, memang bisa benar-benar terlaksana.

"Adaptasi kebiasaan baru yang mengarah ke peningkatan standart kesehatan dapat mencegah tertularnya COVID-19," katanya.

Baca juga: Ganjar ingatkan penolak UU Cipta Kerja pahami pandemi COVID
Baca juga: Soal isu men-covid-kan, Petir minta Moeldoko dan Ganjar bijak

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024