Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta lebih memilih menerapkan pembatasan sosial berskala mikro karena lebih efektif dari berskala besar untuk mengendalikan laju penambahan jumlah kasus positif COVID-19 di Solo.

"PSBB (pembatasan sosial berskala besar) skala mikro lebih efektif, kalau skala besar ya mati ekonominya," kata Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo di Solo, Kamis.

Ia mengatakan penerapan tersebut sudah berhasil dilakukan di beberapa daerah di Kota Solo, di antaranya Joyontakan, Manahan, dan Mojosongo. Ia mengatakan setelah isolasi skala kecil tersebut dilakukan ternyata penyebaran langsung terhenti.

Baca juga: Ganjar: Jangan jadikan tenaga medis "tentara" terdepan hadapi COVID
Baca juga: Ganjar minta sembilan daerah perketat protokol kesehatan, terutama Kota Semarang

"Tetapi sekarang kan kondisinya (wabah) sudah tersebar, jadi kami lebih banyak melakukan isolasi mandiri. Masyarakat bertugas 'jogo tonggo' di daerah masing-masing," katanya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data saat ini jumlah kumulatif kasus positif COVID-19 di Kota Solo dari awal hingga kemarin sebanyak 562 kasus. Dari total tersebut 422 di antaranya sudah dinyatakan sembuh, 84 menjalani isolasi mandiri, 32 masih menjalani perawatan di rumah sakit, dan 24 meninggal dunia.

"Mengendalikan jumlah kematian itu kan dari sisi medis, namun Pemkot tugasnya hanya berupaya melakukan pengendalian dan pencegahan penyebaran. Kondisi sekarang ini (penambahan COVID-19) Solo nampaknya susah dibendung, kecuali Solo tidak boleh ada orang masuk nah itu baru," katanya.

Ia menjelaskan, Solo menjadi sentral enam kabupaten/kota di Soloraya sehingga kalau ada warga yang terpapar maka langsung dilakukan isolasi wilayah, logistik bisa masuk, tetapi tidak boleh ada orang keluar dan masuk wilayah itu.

Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta Ahyani mengatakan untuk menekan penyebaran wabah tersebut yang paling efektif adalah menggunakan masker dan jaga jarak.

"Seperti pengalaman di Swedia, jumlah kasus di negara ini yang paling rendah untuk tingkat Eropa. Padahal di sana juga tidak ada 'lockdown', tetapi di sana cuci tangan dan jaga jarak sangat ketat. Ini memang sangat efektif mengurangi penularan," katanya.

Disinggung mengenai langkah yang sudah dilakukan di Kota Solo, pihaknya berupaya terus memperkuat protokol kesehatan di wilayah.

"Saat ini kami berupaya makin mendisiplinkan masyarakat, salah satunya dengan aktif menggelar operasi masker. Kalau memang masih tinggi maka kami melakukan pengetatan di wilayah, yang efektif PSBB mikro, dulu pernah ada Joyontakan," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024