Purbalingga (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menginformasikan bahwa petani di wilayah setempat mulai kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi karena ketersediaan yang makin menipis.

"Petani mulai kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi untuk menunjang aktivitas tanam padi mereka," kata Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Mukodam di Purbalingga, Rabu.

Dia menambahkan bahwa di sejumlah kecamatan di wilayah setempat mulai terjadi kelangkaan pupuk urea bersubsidi.

Dia menjelaskan bahwa tahun 2020 ini Kabupaten Purbalingga mendapatkan alokasi sebanyak 10.000 ton pupuk bersubsidi jenis urea.

"Hingga 31 Agustus 2020 telah tersalurkan 9.928,56 ton atau 99,3 persen dengan harga Rp1.800 per kilogram dan sisa alokasi pupuk urea adalah sebanyak 71,44 ton," katanya.

Dia mengatakan pihaknya berharap permohonan penambahan alokasi pupuk urea dapat segera terealisasi.

"Tujuannya untuk mengamankan panen musim tanam kedua tahun ini dan musim tanam periode Oktober hingga Desember mendatang, karena untuk 2020 ini masih ada periode empat bulan dan selama periode itu dibutuhkan pupuk untuk tanaman baru maupun pemupukan lanjutan agar produksi dapat diamankan," katanya.

Baca juga: Legislator nilai Pemerintah belum perlu impor beras

Dia menambahkan kebutuhan pupuk pada saat ini memang tengah meningkat tajam.

"Karena sejak awal tahun telah datang musim hujan, air tersedia cukup, petani mengolah tanah dan tanam bersamaan sehingga mempengaruhi kebutuhan dan waktu pemupukan," katanya.

Dia juga menambahkan langkah yang telah ditempuh untuk mengatasi kelangkaan pupuk antara lain dengan melakukan realokasi antarkecamatan. "Yakni dengan menggeser alokasi kecamatan yang relatif aman ke kecamatan yang kekurangan secara proporsional," katanya.

Selain itu mengusulkan tambahan alokasi pupuk bersubsidi kepada Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

"Selain itu juga dengan menyediakan pupuk nonsubsidi di setiap Kios Pupuk Lengkap  (KPL) resmi yang ditunjuk untuk menyediakan pupuk bagi petani yang membutuhkan," katanya.

Selain itu pihaknya juga mengimbau petani agar menggunakan pupuk secara hemat sesuai anjuran dosis pemupukan dan menggalakkan penggunaan pupuk organik lokal dengan memanfaatkan kompos dan jerami yang telah busuk atau dari kotoran ternak yang ada.

"Kami juga mengimbau kepada para petani agar pada pemupukan kedua ini agar menggunakan pupuk NPK untuk memenuhi kebutuhan nitrogen tanaman, atau tidak harus dengan urea, karena kelangkaan pupuk saat ini terjadi pada jenis urea," katanya.

Baca juga: Kudus siap lakukan pembelian pupuk dengan kartu tani
Baca juga: FP UNS ciptakan pupuk organik limbah pewarna "Komfera Semar"


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024