Purwokerto (ANTARA) - Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengingatkan masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tentang bahaya COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi virus corona jenis baru.

"Sekarang ada klaster baru yang sangat berbahaya, yaitu yang tidak bergejala, sama sekali tidak sesak napas, seperti flu biasa, selang beberapa hari tiba-tiba meninggal dunia (karena positif COVID-19)," katanya saat memberi sambutan dalam acara penyerahan bantuan alat dan mesin pertanian oleh anggota Komisi IV DPR RI Sunarna di Pendopo Rumah Dinas Wakil Bupati Banyumas, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.

Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam upaya mencegah penularan COVID-19.

Saat ditemui usai acara, Wabup mengatakan Pemerintah Kabupaten Banyumas akan terus menegakkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit di Kabupaten Banyumas dan melaksanakan tes usap secara masif guna mencegah penyebaran COVID-19.

"Kita kan sudah ada perdanya. Itu salah satu yang pertama di Indonesia ya, Perda tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit di Kabupaten Banyumas," tegasnya.

Di dalam perda tersebut, kata dia, terdapat kewajiban menggunakan masker bagi warga di Kabupaten Banyumas saat beraktivitas sehingga hal itu akan tetap ditegakkan.

Dalam hal ini, Pemkab Banyumas telah menetapkan sanksi tindak pidana ringan (tipiring) berupa denda maksimal sebesar Rp50 ribu atau kurungan selama tiga bulan bagi warga yang tidak mengenakan masker saat beraktivitas.

Bahkan, hingga saat ini sudah lebih dari 100 orang yang harus menjalani sidang tipiring yang digelar Pengadilan Negeri Purwokerto maupun Pengadilan Negeri Banyumas karena kedapatan tidak menggunakan masker saat beraktivitas.

"Kalau kemudian di Banyumas terjadi peningkatan (kasus COVID-19) itu karena kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk tetap melakukan tes usap (swab, red.) massal. Tapi saya yakin apa yang diperintahkan Pak Bupati (Bupati Banyumas Achmad Husein, red.) dengan adanya operasi masker yang kontinu maupun tes usap massal, kita betul-betul aktif mencari OTG (Orang Tanpa Gejala), bukan menunggu ya, tapi mencari, itu dengan risiko tentunya yang positif menjadi banyak," kata Wabup.

Ia mengatakan hingga saat ini, Pemkab Banyumas telah melaksanakan tes usap massal terhadap lebih dari 5.000 orang dan tes usap reguler hampir 3.000 orang.

"Kalau yang tes usap massal, jumlah yang positif dibagi jumlah total yang dites usap massal, rasio positifnya itu terakhir masih di bawah 3 persen. Ini kan hasil kerja keras bukan hanya dari pemerintah, juga dukungan dari masyarakat," ujarnya.

Jika rasio positifnya bisa bertahan terus di bawah 5 persen, kata dia, berarti Kabupaten Banyumas dianggap berhasil dalam menanggulangi COVID-19.

Ia menilai wajar jika ada zona-zona atau daerah-daerah yang positifnya banyak atau kategori zona merah di Banyumas namun masih lebih rendah dibandingkan dengan Jakarta yang rasio positifnya hampir 10 persen.

Terkait dengan pelaksanaan tes usap massal, Wabup mengatakan jika dibandingkan dengan 34 kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah, jumlah tes usap massal di Kabupaten Banyumas terbesar kedua setelah Kota Semarang.

"Ini akan terus dilakukan oleh Pak Bupati, apalagi kemarin kita sudah dukung peralatan yang dibutuhkan oleh Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, red.). Dengan demikian, Unsoed sekarang mestinya sudah bisa menguji tes usap hingga 150 sampel per hari," katanya.

Ia mengharapkan dengan beroperasinya laboratorium pengujian COVID-19 di Unsoed yang khusus untuk Kabupaten Banyumas ditambah dengan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo serta laboratorium lainnya yang ada di Yogyakarta, Salatiga, dan Semarang, pemeriksaan tes usap dalam sehari bisa mencapai 200 sampel.

Dengan demikian, kata dia, hasilnya akan cepat diketahui karena jika terlalu lama menunggu, sampel yang akan diuji dikhawatirkan bakal rusak.

"Kemarin kami rata-rata melakukan tes usap sebanyak 200 sampel tapi ternyata dari laboratorium keluarnya sehari 40 sampel, kan pusing. Nanti kalau sudah seminggu, rusak sampelnya. Jadi dengan makin banyak laboratorium yang menguji, akan semakin banyak yang diuji, dan makin cepat diketahui," katanya. 

 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024