Semarang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan pola pembentukan kristal es yang membeku di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, yang lebih dikenal dengan Embun Upas bisa diprakirakan dengan baik melalui data pengamatan cuaca yang akurat serta peralatan terstandar yang berada di lokasi.

"Dengan data pengamatan cuaca yang akurat, pola embun upas bisa diprakirakan serta akan menjadi daya tarik wisata," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Achadi Subarkah Raharjo di Semarang, Senin.

Ia menjelaskan bahwa kemarau di Indonesia secara regional dipengaruhi oleh mesin cuaca yang dinamakan Monsoon Australia.

Menurut dia, Benua Australia ibarat memiliki kipas angin raksasa yang menghembuskan massa udara yang bersifat kering dan dingin ke wilayah selatan garis ekuator Indonesia.

Baca juga: Pemkab Batang kaji trayek bus wisata Batang-Dieng

Dataran tinggi Dieng yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut dapat mencapai suhu nol derajat Celcius atau lebih rendah pada saat kemarau.

Pola suhu tersebut, kata dia, banyak dipengaruhi oleh pertukaran radiasi di permukaan, sirkulasi angin lembah dan gunung, serta konvektif skala meso.

Ia menyebut kelembaban udara yang tinggi akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan menyebabkan terbentuknya embun upas.

Pola kelembaban udara kawasan Dieng yang menjadi jenuh atau terkondensasi saat menjelang pagi bersamaan dengan suhu udara minimum yang bahkan mencapai minus, kata dia, mengakibatkan titik-titik embun berubah menjadi kristal es.

"Seiring dengan terbitnya Matahari maka embun upas akan mencair," katanya.

Baca juga: Ganjar usul wisatawan gunakan pemandu saat Dieng dibuka kembali

Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024