Solo (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan "new normal" atau normal baru menjadi standar baru bagi pelayanan hotel sejak awal pandemi COVID-19.

"Perubahan ini justru menjadi sebuah standar pelayanan permanen, tidak lagi temporer," kata perwakilan Humas PHRI Surakarta Sistho A Srestho di Solo, Jumat.

Ia mengatakan saat ini seluruh hotel sudah menyediakan fasilitas cek suhu tubuh, menyediakan hand sanitizer, dan mewajibkan para tamu dan pegawai hotel menggunakan masker.

"Hal-hal seperti ini kan dulu tidak ada, sekarang menjadi hal baru yang harus dilakukan," katanya.

Disinggung mengenai apakah tatanan kenormalan baru ini mempengaruhi tingkat okupansi tamu hotel, dikatakannya, jika diimbangi dengan upaya pemulihan oleh pemerintah maka akan mempercepat perbaikan dunia bisnis termasuk perhotelan.

"Pasti ini untuk meningkatkan okupansi butuh efek domino, tergantung seberapa cepat 'recovery' wabah ini oleh pemerintah kota dan pusat. Kalau ekonomi bisnis masih dibatasi, bandara masih ditutup, percuma karena hotel butuh kehadiran tamu fisik," katanya.

Sementara itu usai pandemi COVID-19, dikatakannya, angka okupansi hotel masih di angka 6-8 persen. Menurut dia, pada momentum Lebaran ini angka okupansi hotel masih sama dengan bulan sebelumnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memantau kemampuan daerah mengendalikan penularan virus corona penyebab COVID-19 dan kesiapan daerah menerapkan tatanan kenormalan baru.

Ia mengatakan pelaksanaan tatanan kenormalan baru akan tergantung pada parameter epidemiologi yang menunjukkan tingkat penularan virus di masing-masing daerah.

Baca juga: Objek wisata di Wonosobo siapkan diri sambut tatanan normal baru

Baca juga: Sepeda bakal jadi pilihan moda transportasi saat normal baru

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024