Semarang (ANTARA) - PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jateng & DIY memastikan keandalan listrik jelang Lebaran 2020 meskipun di tengah pandemi COVID-19, kata General Manager PLN UID Jateng & DIY, Feby Joko Priharto di Semarang, Selasa.
"Walaupun di tengah pandemi COVID-19, kami menjaga keandalan listrik, apalagi menjelang Lebaran. Kami telah membentuk Siaga Idul Fitri dengan cara yang berbeda, namun tidak mengurangi nilai keandalan. Cadangan pasokan sekitar 1.649-1.727 MW dan beban puncak sekitar 3.131 MW," kata Feby.
Feby menjelaskan jika tahun-tahun sebelumnya Siaga Idul Fitri dapat menyiapkan peralatan dan melakukan mobilisasi, saat pandemi sekarang ini hal tersebut tidak bisa dilakukan.
"Kami menyiagakan personel 24 jam, namun kami juga meminta perhatian masyarakat dan stakeholder terkait untuk ikut menjaga jaringan, karena penyebab faktor jaringan bukan saja masalah teknis, tetapi juga bisa faktor eksternal, seperti karena pohon tumbang, layang-layang, hingga pekerja bangunan. Oleh karena itu, mari kita jaga jaringan agar semakin handal dan dapat dinikmati semuanya," kata Feby.
Baca juga: Tagihan melonjak, PLN pastikan tidak ada kenaikan tarif listrik
Terkait isu terkini yang jadi keluhan di masyarakat adanya lonjakan tagihan konsumsi listrik, Feby menegaskan tidak ada kenaikan tarif listrik sejak 2017, oleh karena itu, jika terjadi kenaikan, maka ada penyebabnya seperti peningkatan pemakaian akibat adanya pandemi virus Corona yang membuat masyarakat banyak melakukan aktivitas di rumah.
"Minggu kedua Maret dan full di April, hampir semua elemen masyarakat melakukan kegiatan di rumah mulai dari anak sekolah, pekerja, serta yang terkena PSBB. Pada pembacaan Bulan April, untuk pemakaian Maret, petugas tidak membaca keluar pada stan meter, karena COVID-19 dan menggunakan rata-rata pemakaian sebelumnya," kata Feby.
Kemudian di bulan Mei untuk pemakaian bulan April (petugas sudah membaca rekening), untuk pemakaian yang kurang maka ditambahkan di April yang kondisinya sudah penuh di rumah, sehingga pemakaian April naik ditambah bulan Maret yang belum dimasukkan, sehingga ada pelanggan yang harus membayar hingga dua kali lipat dari sebelumnya.
"Pemerintah sangat memahami di tengah pandemi ini. PLN telah menjalankan keputusan pemerintah untuk memberikan stimulus berupa pembebasan tagihan rekening listrik pelanggan rumah tangga daya 450VA, pelanggan bisnis dan industri kecil daya 450 VA, serta potongan tagihan sebesar 50 persen untuk pelanggan rumah tangga 900 VA bersubsidi," kata Feby.
Feby menambahkan bagi masyarakat yang merasa penggunaan konsumsinya di Maret rendah, tetapi dirata-rata lebih tinggi, maka akan terkoreksi sejauh stan meternya sama yang tercatat di PLN.
Baca juga: PLN Pekalongan optimistis pasokan listrik jelang Lebaran
"Walaupun di tengah pandemi COVID-19, kami menjaga keandalan listrik, apalagi menjelang Lebaran. Kami telah membentuk Siaga Idul Fitri dengan cara yang berbeda, namun tidak mengurangi nilai keandalan. Cadangan pasokan sekitar 1.649-1.727 MW dan beban puncak sekitar 3.131 MW," kata Feby.
Feby menjelaskan jika tahun-tahun sebelumnya Siaga Idul Fitri dapat menyiapkan peralatan dan melakukan mobilisasi, saat pandemi sekarang ini hal tersebut tidak bisa dilakukan.
"Kami menyiagakan personel 24 jam, namun kami juga meminta perhatian masyarakat dan stakeholder terkait untuk ikut menjaga jaringan, karena penyebab faktor jaringan bukan saja masalah teknis, tetapi juga bisa faktor eksternal, seperti karena pohon tumbang, layang-layang, hingga pekerja bangunan. Oleh karena itu, mari kita jaga jaringan agar semakin handal dan dapat dinikmati semuanya," kata Feby.
Baca juga: Tagihan melonjak, PLN pastikan tidak ada kenaikan tarif listrik
Terkait isu terkini yang jadi keluhan di masyarakat adanya lonjakan tagihan konsumsi listrik, Feby menegaskan tidak ada kenaikan tarif listrik sejak 2017, oleh karena itu, jika terjadi kenaikan, maka ada penyebabnya seperti peningkatan pemakaian akibat adanya pandemi virus Corona yang membuat masyarakat banyak melakukan aktivitas di rumah.
"Minggu kedua Maret dan full di April, hampir semua elemen masyarakat melakukan kegiatan di rumah mulai dari anak sekolah, pekerja, serta yang terkena PSBB. Pada pembacaan Bulan April, untuk pemakaian Maret, petugas tidak membaca keluar pada stan meter, karena COVID-19 dan menggunakan rata-rata pemakaian sebelumnya," kata Feby.
Kemudian di bulan Mei untuk pemakaian bulan April (petugas sudah membaca rekening), untuk pemakaian yang kurang maka ditambahkan di April yang kondisinya sudah penuh di rumah, sehingga pemakaian April naik ditambah bulan Maret yang belum dimasukkan, sehingga ada pelanggan yang harus membayar hingga dua kali lipat dari sebelumnya.
"Pemerintah sangat memahami di tengah pandemi ini. PLN telah menjalankan keputusan pemerintah untuk memberikan stimulus berupa pembebasan tagihan rekening listrik pelanggan rumah tangga daya 450VA, pelanggan bisnis dan industri kecil daya 450 VA, serta potongan tagihan sebesar 50 persen untuk pelanggan rumah tangga 900 VA bersubsidi," kata Feby.
Feby menambahkan bagi masyarakat yang merasa penggunaan konsumsinya di Maret rendah, tetapi dirata-rata lebih tinggi, maka akan terkoreksi sejauh stan meternya sama yang tercatat di PLN.
Baca juga: PLN Pekalongan optimistis pasokan listrik jelang Lebaran