Solo (ANTARA) - Sebanyak 10.000 calon anggota jemaah umrah asal Kota Solo, Jawa Tengah, membatalkan keberangkatan akibat merebaknya wabah COVID-19.
"Sejak 27 Februari lalu hingga saat ini sebanyak 10.000 orang tersebut tidak bisa diberangkatkan," kata Ketua Persaudaraan Pengusaha Travel Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) Her Suprabu di Solo, Rabu.
Ia mengatakan nilai pembatalan tersebut sebesar Rp250 miliar dan hingga saat ini totalnya sebesar Rp420 miliar.
Menurut dia, akibat kondisi tersebut hampir seluruh biro perjalanan umrah tidak melakukan aktivitas sehingga terpaksa harus merumahkan sebagian karyawannya.
"Anggota Perpuhi sebanyak 55 biro umrah dan haji, rata-rata memiliki 5-9 karyawan tetap dan 15 karyawan tidak tetap. Dengan situasi ini, sekitar 500 karyawan tidak tetap terpaksa harus dirumahkan," katanya.
Sedangkan untuk karyawan tetap hanya sebagian yang dirumahkan dan sebagian lagi masih dipertahankan. Menurut dia, untuk jumlah karyawan yang masih dipertahankan ini jumlahnya sekitar 100 orang.
Sementara itu, terkait dengan keamanan dana jemaah, dikatakannya, terus dipantau oleh Perpuhi. Ia mengatakan jika proses lancar dan keadaan berangsur kondusif maka jemaah akan diberangkatkan kembali oleh biro umrah.
"Dana jemaah tidak akan hilang karena sudah masuk rekening khusus. Dana penampung Kementerian Agama aman, yang belum masuk ke sistem akan dipantau Perpuhi, pada saat diperlukan jangan sampai disalahgunakan," katanya.
Baca juga: Lion Air jemput 13.000 anggota jamaah umrah kembali ke Indonesia
Disinggung mengenai kapan para calon anggota jemaah umrah ini akan diberangkatkan, pihaknya belum dapat memberikan kepastian mengingat wabah COVID-19 masih terus menelan korban.
"Dari Kerajaan Saudi Arabia (KSA) belum ada info lanjutan terkait haji. Kami masih menunggu itu untuk langkah selanjutnya," katanya.
Baca juga: KBRI Riyadh jelaskan sikap Arab Saudi tangguhkan layanan umrah terkait virus corona
"Sejak 27 Februari lalu hingga saat ini sebanyak 10.000 orang tersebut tidak bisa diberangkatkan," kata Ketua Persaudaraan Pengusaha Travel Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) Her Suprabu di Solo, Rabu.
Ia mengatakan nilai pembatalan tersebut sebesar Rp250 miliar dan hingga saat ini totalnya sebesar Rp420 miliar.
Menurut dia, akibat kondisi tersebut hampir seluruh biro perjalanan umrah tidak melakukan aktivitas sehingga terpaksa harus merumahkan sebagian karyawannya.
"Anggota Perpuhi sebanyak 55 biro umrah dan haji, rata-rata memiliki 5-9 karyawan tetap dan 15 karyawan tidak tetap. Dengan situasi ini, sekitar 500 karyawan tidak tetap terpaksa harus dirumahkan," katanya.
Sedangkan untuk karyawan tetap hanya sebagian yang dirumahkan dan sebagian lagi masih dipertahankan. Menurut dia, untuk jumlah karyawan yang masih dipertahankan ini jumlahnya sekitar 100 orang.
Sementara itu, terkait dengan keamanan dana jemaah, dikatakannya, terus dipantau oleh Perpuhi. Ia mengatakan jika proses lancar dan keadaan berangsur kondusif maka jemaah akan diberangkatkan kembali oleh biro umrah.
"Dana jemaah tidak akan hilang karena sudah masuk rekening khusus. Dana penampung Kementerian Agama aman, yang belum masuk ke sistem akan dipantau Perpuhi, pada saat diperlukan jangan sampai disalahgunakan," katanya.
Baca juga: Lion Air jemput 13.000 anggota jamaah umrah kembali ke Indonesia
Disinggung mengenai kapan para calon anggota jemaah umrah ini akan diberangkatkan, pihaknya belum dapat memberikan kepastian mengingat wabah COVID-19 masih terus menelan korban.
"Dari Kerajaan Saudi Arabia (KSA) belum ada info lanjutan terkait haji. Kami masih menunggu itu untuk langkah selanjutnya," katanya.
Baca juga: KBRI Riyadh jelaskan sikap Arab Saudi tangguhkan layanan umrah terkait virus corona