Boyolali (ANTARA) - Bupati Boyolali Seno Samodro mengeluarkan kebijakan sekolah tingkat SD, SMP dan sederajat di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, tetap masuk seperti biasa mengikuti kegiatan belajar mengajar meski wabah penyakit Corona (COVID-19) melanda Indonesia.

"Berdasarkan hasil rapat koordinasi bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) setempat, ditambah Komandan Lanud Adi Soemarmo Kolonel Pnb Adrian P. Damanik, Wabup M Said Hidayat, dan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD), laporan terkini (menyatakan) Boyolali masih zero untuk kasus COVID-19," kata Bupati Boyolali Seno Samodro di rumahnya, Senin.

Menurut Bupati, terdapat seorang warganya dalam status pasien dalam pengawasan (PDP). Kondisinya saat ini dirawat di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah, dan masih dalam pemantauan.

Baca juga: Siswa asrama SMA Sedes Jambu dipulangkan ke orang tua antisipasi COVID-19

Meskipun, satu warga PDP di rumah sakit luar Boyolali, tetapi pihaknya sudah secara otomatis melakukan penjejakan (tracking) atau penelusuran riwayat kedatangan dia ke Boyolali. Namun, Boyolali hingga sekarang dilaporkan nihil COVID-19.

Kendati demikian, Pemkab Boyolali dari hasil rapat koordinasi Forkopimda setempat memutuskan segera melakukan pembersihan atau mensterilkan fasilitas umum seperti sekolah SD,SMP, SMA, terminal, pasar, kantor, tempat ibadah masjid, gereja, dan lainnya

"Kami telah menyiapkan anggarannya, dan pelaksanaan sedang dijadwalkan segera dilakukan dalam waktu dekat," kata Seno Samodro.

Menurut Bupati, dalam menangani kasus COVID-19 harus dilakukan bersama-sama dan jangan membandingkan kebijakan dengan daerah lain, setiap daerah akan berbeda. Namun, yang terpenting hasilnya sama upaya penanganan COVID-19 dan baru dapat diketahui seiring berjalannya waktu.

"Saya mencermati apa yang dilakukan Negara Inggris, Perancis dan sebagainya. Saya banyak belajar dan mengadopsi cara-cara mengantisipasi kasus COVID-19 ini," kata Bupati.

Kendati demikian, Pemkab Boyolali mengeluarkan kebijakan tidak meliburkan sekolah baik TK, SD, dan SMP di Boyolali. Karena, siswa di sekolah dinilai lebih mudah untuk mengontrol, dibanding diliburkan di rumah.

"Jika siswa diliburkan di rumah, sedangkan orang tuanya sibuk bekerja tidak bisa memantau anaknya ke mana saja. Semua cara yang dilakukan setiap daerah itu, benar, dan yang terpenting hasilnya antisipasi kasus COVID-19," kata Bupati.

Menurut dia, surat edaran untuk tidak menghadirkan massa dalam jumlah banyak adalah anjuran yang baik. Bupati tidak mungkin melarang orang shalat Jumat dan orang pergi ke gereja melaksanakan kebaktian, orang punya hajat dan lainnya yang mendatangkan orang banyak.

"Mari hidup ini, kita jalani seperti biasa, dan masyarakat jangan dibebani rasa takut yang berlebihan, sehingga muncul kepanikan di mana-mana. Hal ini, yang tidak dikehendaki pemerintah. Kami ciptakan suasana ayem tentrem, dan obat yang paling ampuh memerangi COVID-19 yakni antibody," kata Bupati.

Menurut dia, antibody tersebut dihasilkan oleh kekebalan tubuhnya masing-masing. Kekebalan tubuh manusia akan kuat dalam kondisi yang sehat.

Oleh karena itu, Bupati mengajak semua orang bersatu memerangi COVID-19, dan disepakati Boyolali segera dianggarkan untuk mengantisipasinya, termasuk pengadaan pembersih tangan (hand sanitizer) di tempat-tempat umum dan bisa dibagikan ke masyarakat.

Baca juga: Gubernur Jateng antisipasi meluas penyebaran COVID-19
Baca juga: Semua sekolah di Kudus diliburkan dua pekan antisipasi COVID-19
.
 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024