Magelang (ANTARA) - Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi mengatakan acara haul Pangeran Diponegoro dapat dijadikan momentum untuk menggelorakan kembali nilai-nilai semangat perjuangan, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Effendi di Magelang, Rabu, menyebutkan perjuangan dan semangat pantang menyerah Pangeran Diponegoro dapat dilihat dalam sejarah yang sudah dibuktikan otentifikasinya, fakta-fakta pendukungnya yaitu pada tahun 1825-1830.
Baca juga: Edukasi sejarah pahlawan, Pemkot Magelang gelar haul Diponegoro
Ia menyampaikan hal tersebut dalam Haul Pangeran Diponegoro di Museum BPK RI. Kompleks museum ini merupakan bekas Gedung Karesidenan Kedu yang pada 28 Maret 1830 Pangeran Diponegoro ditangkap Jenderal De Kock karena menggelorakan Perang Jawa (1825-1830) melawan penjajahan Belanda.
Selanjutnya Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia (Jakarta) lalu ke Manado (Sulawesi Utara), dan kemudian dipindahkan ke Makassar (Sulawesi Selatan) hingga wafatnya pada 8 Januari 1855 dalam usia 70 tahun.
Effendi menuturkan Diponegoro lahir dari keluarga keraton dan seorang raja tetapi menolak tinggal di lingkungan istana dan Diponegoro memilih untuk lebih bisa bersama masyarakat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini jelas menggambarkan Diponegoro merupakan sosok yang sama sekali tidak haus akan jabatan.
"Dengan kata lain Pangeran Diponegoro bersifat rendah hati dan sekaligus memiliki jiwa kerakyatan yang tinggi. Sifat lain yang bersemayam dalam pribadi Diponegoro yang dapat kita teladani adalah sifat rela berkorban, pantang menyerah demi kepentingan masyarakat dan bangsa," katanya.
Menurut dia apabila sifat-sifat tersebut dijaga maka bangsa ini akan memiliki patriot-patriot yang tidak kenal menyerah dalam membangun bangsa ke depan.
Ia berharap khususnya kepada prajurit TNI Kodam IV/Diponegoro untuk dapat meneladani dan umumnya kepada semua masyarakat terutama yang hadir di sini untuk bisa meneladani sifat-sifat Pangeran Diponegoro, yakni kejujuran, keberanian, rela berkorban, dan sangat peduli terhadap sekelilingnya.
Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina menyampaikan momentum haul ini sangat tepat mengingat pada tanggal 8 Januari 1855 merupakan hari wafat Pangeran Diponegoro, artinya pada hari ini genap 165 tahun meninggal Pangeran Diponegoro.
"Haul dan doa bersama kali ini juga diselenggarakan untuk mendoakan beliau bersama para syuhada, pejuang tanah Jawa yang telah gugur semoga Allah SWT meridoi dan menerima amal bakti beliau dan menempatkannya di tempat yang mulia di sisi Allah SWT," katanya.
Ia berharap momentum ini akan mempererat jalinan persaudaraan dan kekeluargaan masyarakat demi terciptanya kerukunan dan kebersamaan.
Baca juga: Peserta SMN dari Sulut dapat pengalaman baru di Rindam IV/Diponegoro
Effendi di Magelang, Rabu, menyebutkan perjuangan dan semangat pantang menyerah Pangeran Diponegoro dapat dilihat dalam sejarah yang sudah dibuktikan otentifikasinya, fakta-fakta pendukungnya yaitu pada tahun 1825-1830.
Baca juga: Edukasi sejarah pahlawan, Pemkot Magelang gelar haul Diponegoro
Ia menyampaikan hal tersebut dalam Haul Pangeran Diponegoro di Museum BPK RI. Kompleks museum ini merupakan bekas Gedung Karesidenan Kedu yang pada 28 Maret 1830 Pangeran Diponegoro ditangkap Jenderal De Kock karena menggelorakan Perang Jawa (1825-1830) melawan penjajahan Belanda.
Selanjutnya Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia (Jakarta) lalu ke Manado (Sulawesi Utara), dan kemudian dipindahkan ke Makassar (Sulawesi Selatan) hingga wafatnya pada 8 Januari 1855 dalam usia 70 tahun.
Effendi menuturkan Diponegoro lahir dari keluarga keraton dan seorang raja tetapi menolak tinggal di lingkungan istana dan Diponegoro memilih untuk lebih bisa bersama masyarakat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini jelas menggambarkan Diponegoro merupakan sosok yang sama sekali tidak haus akan jabatan.
"Dengan kata lain Pangeran Diponegoro bersifat rendah hati dan sekaligus memiliki jiwa kerakyatan yang tinggi. Sifat lain yang bersemayam dalam pribadi Diponegoro yang dapat kita teladani adalah sifat rela berkorban, pantang menyerah demi kepentingan masyarakat dan bangsa," katanya.
Menurut dia apabila sifat-sifat tersebut dijaga maka bangsa ini akan memiliki patriot-patriot yang tidak kenal menyerah dalam membangun bangsa ke depan.
Ia berharap khususnya kepada prajurit TNI Kodam IV/Diponegoro untuk dapat meneladani dan umumnya kepada semua masyarakat terutama yang hadir di sini untuk bisa meneladani sifat-sifat Pangeran Diponegoro, yakni kejujuran, keberanian, rela berkorban, dan sangat peduli terhadap sekelilingnya.
Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina menyampaikan momentum haul ini sangat tepat mengingat pada tanggal 8 Januari 1855 merupakan hari wafat Pangeran Diponegoro, artinya pada hari ini genap 165 tahun meninggal Pangeran Diponegoro.
"Haul dan doa bersama kali ini juga diselenggarakan untuk mendoakan beliau bersama para syuhada, pejuang tanah Jawa yang telah gugur semoga Allah SWT meridoi dan menerima amal bakti beliau dan menempatkannya di tempat yang mulia di sisi Allah SWT," katanya.
Ia berharap momentum ini akan mempererat jalinan persaudaraan dan kekeluargaan masyarakat demi terciptanya kerukunan dan kebersamaan.
Baca juga: Peserta SMN dari Sulut dapat pengalaman baru di Rindam IV/Diponegoro