Kudus (ANTARA) - Jalur pantai utara (pantura) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin, mengalami ketersendatan akibat banjir yang menggenangi jalur tersebut, khususnya di kilometer 10, Kecamatan Jekulo, dengan ketinggian bervariasi.
Banjir bandang tersebut, mengakibatkan kendaraan yang melintas harus dengan kecepatan rendah sehingga mengakibatkan antrean kendaraan dari arah Semarang maupun Kabupaten Pati terlihat di sepanjang Jalan Kudus-Pati dengan panjang antrean hingga dua kilometer lebih karena jalannya licin menyusul banyaknya lumpur yang terbawa air banjir.
Meskipun air banjir mulai surut, ternyata jalan masih tetap licin menyusul lumpur menutupi permukaan jalan pantura hingga ketebalan 5 centimeter.
Baca juga: Banjir bandang terjang 50 rumah di Kudus
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Bergas Catursasi Penanggungan menjelaskan bahwa banjir bandang terjadi pukul 13.00 WIB, menerjang dua desa di Kudus, yakni Desa Pladen dan Klaling, Kecamatan Jekulo.
Akibat banjir bandang, kata dia, selain menerjang kompleks perkantoran mulai dari Polsek Jekulo, Kantor Koramil Jekulo, KUA Jekulo, SMA N 1 Jekulo, dan deretan warung di depan terminal truk Klaling, juga mengakibatkan jalan pantura dipenuhi lumpur.
Untuk memperlancar arus lalu lintas, maka personel BPBD dibantu petugas Dishub Kudus melakukan pembersihan jalan dari lumpur dengan menyemprotkan air ke jalan hingga Senin sore.
Pembersihan jalan dari lumpur, dimulai dari Polsek Jekulo sampai jembatan Sungai Patiayam.
BPBD memperkirakan banjir bandang disebabkan karena hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Pegunungan Patiayam, Jekulo, Kudus.
Akibatnya, kata Bergas Catursasi Penanggungan, debit air yang memasuki aliran Sungai Klaling meningkat, kemudian meluap hingga ke jalan raya serta ke sejumlah perkantoran, pertokoan dan permukiman warga.
Sementara rumah warga yang terdampak banjir bandang, yakni di Desa Pladen yang tersebar di sejumlah rukun tetangga.
Ketinggian genangan di pemukiman warga, kata dia, bervariasi karena ada yang mencapai ketinggian 50 cm.
Dewi Irawati, pemilik warung makan di Jalan Kudus-Pati mengakui sebelum banjir melanda sekitar pukul 13.00 WIB, memang turun hujan disertai angin kencang.
Kemudian, tambah dia, air bah menerjang hingga membawa lumpur yang menutupi jalan raya sehingga kendaraan yang melintas harus pelan, karena pengendara sepeda motor juga ada yang sampai terjatuh karena tebalnya lumpur di jalan.
Akibat banjir tersebut, kata dia, warung makannya juga ikut terkena dampak karena lumpur juga masuk ke dalam tempat jualan.
Ia menambahkan banjir bandang tidak hanya sekali, namun sudah berulang kali dan belum juga pernah ada penyelesaian agar kasus serupa tidak terulang.
Banjir bandang tersebut, mengakibatkan kendaraan yang melintas harus dengan kecepatan rendah sehingga mengakibatkan antrean kendaraan dari arah Semarang maupun Kabupaten Pati terlihat di sepanjang Jalan Kudus-Pati dengan panjang antrean hingga dua kilometer lebih karena jalannya licin menyusul banyaknya lumpur yang terbawa air banjir.
Meskipun air banjir mulai surut, ternyata jalan masih tetap licin menyusul lumpur menutupi permukaan jalan pantura hingga ketebalan 5 centimeter.
Baca juga: Banjir bandang terjang 50 rumah di Kudus
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Bergas Catursasi Penanggungan menjelaskan bahwa banjir bandang terjadi pukul 13.00 WIB, menerjang dua desa di Kudus, yakni Desa Pladen dan Klaling, Kecamatan Jekulo.
Akibat banjir bandang, kata dia, selain menerjang kompleks perkantoran mulai dari Polsek Jekulo, Kantor Koramil Jekulo, KUA Jekulo, SMA N 1 Jekulo, dan deretan warung di depan terminal truk Klaling, juga mengakibatkan jalan pantura dipenuhi lumpur.
Untuk memperlancar arus lalu lintas, maka personel BPBD dibantu petugas Dishub Kudus melakukan pembersihan jalan dari lumpur dengan menyemprotkan air ke jalan hingga Senin sore.
Pembersihan jalan dari lumpur, dimulai dari Polsek Jekulo sampai jembatan Sungai Patiayam.
BPBD memperkirakan banjir bandang disebabkan karena hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Pegunungan Patiayam, Jekulo, Kudus.
Akibatnya, kata Bergas Catursasi Penanggungan, debit air yang memasuki aliran Sungai Klaling meningkat, kemudian meluap hingga ke jalan raya serta ke sejumlah perkantoran, pertokoan dan permukiman warga.
Sementara rumah warga yang terdampak banjir bandang, yakni di Desa Pladen yang tersebar di sejumlah rukun tetangga.
Ketinggian genangan di pemukiman warga, kata dia, bervariasi karena ada yang mencapai ketinggian 50 cm.
Dewi Irawati, pemilik warung makan di Jalan Kudus-Pati mengakui sebelum banjir melanda sekitar pukul 13.00 WIB, memang turun hujan disertai angin kencang.
Kemudian, tambah dia, air bah menerjang hingga membawa lumpur yang menutupi jalan raya sehingga kendaraan yang melintas harus pelan, karena pengendara sepeda motor juga ada yang sampai terjatuh karena tebalnya lumpur di jalan.
Akibat banjir tersebut, kata dia, warung makannya juga ikut terkena dampak karena lumpur juga masuk ke dalam tempat jualan.
Ia menambahkan banjir bandang tidak hanya sekali, namun sudah berulang kali dan belum juga pernah ada penyelesaian agar kasus serupa tidak terulang.