Kudus (Antaranews Jateng) - Sekitar 50 rumah warga Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus diterjang banjir bandang menyusul curah hujan tinggi di kawasan itu, Selasa siang.
Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi di Kudus, Selasa, mengatakan sebelum terjadi banjir bandang selama 20 menit, di desa itu turun hujan. Debit air Sungai Londo meluap hingga airnya masuk pemukiman warga.
.
Sekitar 50 rumah warga setempat terkena dampak peristiwa tersebut. Setelah terjadi banjir bandang, warga menyingkirkan lumpur yang masuk rumah-rumah mereka.
"Sejauh ini tidak ada korban jiwa," ujarnya.
Banjir bandang di Desa Wonosoco, kata dia, tidak hanya sekali. Hampir setiap tahun terjadi peristiwa serupa.
Upaya penghijauan di sekitar Pegunungan Kendeng untuk mencegah terjadinya banjir bandnag, lanjut dia, sudah sering dilakukan, namun hingga saat ini hasilnya belum optimal.
"Masih perlu penghijauan kembali agar daya serap air hujannya semakin maksimal sehingga ketika hujan air tidak langsung terbuang ke sungai, melainkan bisa diserap tanaman yang ada," ujarnya.
Ia menjelaskan warga Desa Wonosoco mulai sadar bahwa salah satu penyebab banjir, faktor tanaman di kawasan pegunungan yang masih perlu ditanami kembali.
"Hanya saja, kami tidak bisa mengajak masyarakat di kabupaten tetangga, seperti Pati dan Grobogan untuk sama-sama melakukan penghijauan di kawasan Pegunungan Kendeng," ujarnya.
Sepanjang air hujan yang mengalir lewat aliran Sungai Wonosoco melampaui daya tampung sungai, dia memastikan banjir tetap terjadi.
Sintya, salah seorang warga Desa Wonosoco mengaku, banjir banjang pada Selasa merupakan peristiwa kedua setelah pada Senin (3/12) malam
Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi di Kudus, Selasa, mengatakan sebelum terjadi banjir bandang selama 20 menit, di desa itu turun hujan. Debit air Sungai Londo meluap hingga airnya masuk pemukiman warga.
.
Sekitar 50 rumah warga setempat terkena dampak peristiwa tersebut. Setelah terjadi banjir bandang, warga menyingkirkan lumpur yang masuk rumah-rumah mereka.
"Sejauh ini tidak ada korban jiwa," ujarnya.
Banjir bandang di Desa Wonosoco, kata dia, tidak hanya sekali. Hampir setiap tahun terjadi peristiwa serupa.
Upaya penghijauan di sekitar Pegunungan Kendeng untuk mencegah terjadinya banjir bandnag, lanjut dia, sudah sering dilakukan, namun hingga saat ini hasilnya belum optimal.
"Masih perlu penghijauan kembali agar daya serap air hujannya semakin maksimal sehingga ketika hujan air tidak langsung terbuang ke sungai, melainkan bisa diserap tanaman yang ada," ujarnya.
Ia menjelaskan warga Desa Wonosoco mulai sadar bahwa salah satu penyebab banjir, faktor tanaman di kawasan pegunungan yang masih perlu ditanami kembali.
"Hanya saja, kami tidak bisa mengajak masyarakat di kabupaten tetangga, seperti Pati dan Grobogan untuk sama-sama melakukan penghijauan di kawasan Pegunungan Kendeng," ujarnya.
Sepanjang air hujan yang mengalir lewat aliran Sungai Wonosoco melampaui daya tampung sungai, dia memastikan banjir tetap terjadi.
Sintya, salah seorang warga Desa Wonosoco mengaku, banjir banjang pada Selasa merupakan peristiwa kedua setelah pada Senin (3/12) malam