Semarang (ANTARA) - Bank Jateng terus mencanangkan menjadi bank pemerintah daerah (BPD) unggulan dan terdepan dengan beragam upaya dilakukan di antaranya dengan mendorong kenaikan aset, produk simpanan, besaran kredit yang disalurkan, serta sektor lainnya.

Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menjelaskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa, Jumat (20/12) tercatat ada kenaikan aset Bank Jateng yakni hingga akhir November 2019 total aset Rp75,13 triliun.

"Pertumbuhan aset tersebut ditopang peningkatan dana pihak ketiga. Terhitung tumbuh 9,19 persen dari posisi November 2018 yang hanya Rp68,81 triliun," jelas Supriyatno.

Sementara untuk dana pihak ketiga mencapai Rp59,26 triliun atau tumbuh 11,26 persen dibandingkan posisi November 2018 sebesar Rp53,26 triliun.

"Pertumbuhan terbesar ada pada produk simpanan berjangka yang mencapai 19,89 persen, sedangkan pertumbuhan giro dan tabungan masing-masing sebesar -6,37 persen dan 12,989 persen. Untuk kredit yang disalurkan, termasuk pembiayaan syariah mencapai Rp48,77 triliun dan tumbuh 5,76 persen," katanya.

Penyaluran kredit kepada usaha produktif meningkat dari Rp1,05 triliun menjadi Rp18,01 triliun atau tumbuh 6,18 persen dibanding posisi Desember 2018. Peningkatan tersebut menjadikan komposisi penyaluran kredit produktif menjadi 36,92 persen dari total portofolio kredit.

Secara umum, kata Supriyatno, di tengah kondisi perekonomian dan kinerja perbankan yang melambat, indikator keuangan Bank Jateng sampai dengan akhir November 2019 menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

Supriyatno menambahkan Bank Jateng sebagai BPD terbesar kedua se-Indonesia telah banyak memberi kontribusi untuk negara di antaranya, menyalurkan dana sosial hingga mencapai Rp17,76 miliar di sepanjang tahun 2019 untuk mendukung upaya penyelesaian masalah kemiskinan, kemanusiaan, dan lingkungan.

"Selain itu, CSR juga ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah kerja Bank Jateng contohnya dengan merehabilitasi 864 rumah tidak layak huni (RTLH) yang tersebar di 9 kabupaten dan kota di Jawa Tengah dengan nilai total bantuan mencapai Rp11,14 miliar," katanya.
Bank Jateng juga memberi CSR berupa perlindungan ketenagakerjaan bagi 120.000 pekerja informal atau bukan penerima upah Jawa Tengah yang meliputi petani, buruh, nelayan, penjaja eceran melalui program GN Lingkaran BPJS Ketenagakerjaan dengan nilai bantuan sebesar Rp2,01 miliar.

Selain itu, bantuan pembangunan sanitasi yang sehat dan layak berupa 703 unit jamban sehat di Kabupaten Kendal dan Demak dengan nilai total Rp1,01 miliar; bantuan pembangunan sarana dan prasarana sekolah dan tempat ibadah serta sarana kesehatan berupa mobil ambulance dengan nilai bantuan sebesar Rp1,378 miliar.

Dalam kesempatan tersebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan saat ini beberapa BPD lain ingin studi banding atas kesuksesan tata kelola Bank Jateng.

"Karena itu, prestasi yang baik selama ini harus tetap dipertahankan guna meraih kinerja yang lebih bagus lagi,” kata Ganjar.

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024