Temanggung (ANTARA) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah melanjutkan pemugaran Situs Liyangan di Lereng Gunung Sindoro di Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.
Ketua Tim Pemugaran Situs Liyangan BPCB Jawa Tengah, Eri Budiarto di Temanggung, Sabtu, mengatakan pemugaran kali ini melanjutkan pemugaran yang pernah dilakukan tahun lalu, yakni pagar sisi tenggara, talut pagar halaman 2, dan talut halaman 1.
Ia menuturkan pemugaran telah dimulai pada Oktober 2019 minggu kedua dan ditargetkan selesai pada akhir Desember 2019.
Baca juga: Pelajar di Temanggung diajak mengenal ekskavasi Situs Liyangan
Ia menyampaikan pemugaran ini banyak menggunakan batu baru yang didatangkan dari kawasan Gunung Merapi.
"Batu baru untuk pemugaran ini diambil dari Merapi karena bahan baku banyak di sana, tetapi kita mencoba mencari yang batunya hampir mirip dengan yang ada di sini, batu andesit yang lunak," katanya.
Menurut dia batu yang masih asli di Situs Liyangan ini sekitar 65-75 persen, maka kekurangannya harus menggunakan batu pengganti dengan cara diberi tanda diberi lubang kecil.
Baca juga: BPCB temukan arang gabah di Liyangan, diduga lumbung padi
Ia mengatakan batu yang ada di Situs Liyangan rusaknya karena faktor alam dan juga waktu penambangan juga asal sehingga ada yang hilang.
"Kami perkirakan batu bangunan yang masih sekitar 90 persen di petirtaan itu, kalau lainnya banyak yang rusak atau hilang," katanya.
Ia menyampaikan yang bekerja dalam pemugaran ini selain melibatkan juru pugar BPCB juga memanfaatkan tenaga lokal.
"Kita banyak memanfaatkan tenaga lokal sini sekitar 60-an orang, sedangkan juru pugar dari BPCB sebanyak 24 orang," katanya.
Eri menuturkan pemugaran ini bertujuan untuk melestarikan bangunan cagar budaya, bisa mengembalikan sesuai data yang ada.
Selain itu, katanya untuk meningkatkan kepariwisataan khususnya di kawasan Temanggung dan juga mengangkat ekonomi masyarakat.
Baca juga: BPCB Jateng: Tingkat mitigasi bencana masyarakat Liyangan kuno tinggi
Ketua Tim Pemugaran Situs Liyangan BPCB Jawa Tengah, Eri Budiarto di Temanggung, Sabtu, mengatakan pemugaran kali ini melanjutkan pemugaran yang pernah dilakukan tahun lalu, yakni pagar sisi tenggara, talut pagar halaman 2, dan talut halaman 1.
Ia menuturkan pemugaran telah dimulai pada Oktober 2019 minggu kedua dan ditargetkan selesai pada akhir Desember 2019.
Baca juga: Pelajar di Temanggung diajak mengenal ekskavasi Situs Liyangan
Ia menyampaikan pemugaran ini banyak menggunakan batu baru yang didatangkan dari kawasan Gunung Merapi.
"Batu baru untuk pemugaran ini diambil dari Merapi karena bahan baku banyak di sana, tetapi kita mencoba mencari yang batunya hampir mirip dengan yang ada di sini, batu andesit yang lunak," katanya.
Menurut dia batu yang masih asli di Situs Liyangan ini sekitar 65-75 persen, maka kekurangannya harus menggunakan batu pengganti dengan cara diberi tanda diberi lubang kecil.
Baca juga: BPCB temukan arang gabah di Liyangan, diduga lumbung padi
Ia mengatakan batu yang ada di Situs Liyangan rusaknya karena faktor alam dan juga waktu penambangan juga asal sehingga ada yang hilang.
"Kami perkirakan batu bangunan yang masih sekitar 90 persen di petirtaan itu, kalau lainnya banyak yang rusak atau hilang," katanya.
Ia menyampaikan yang bekerja dalam pemugaran ini selain melibatkan juru pugar BPCB juga memanfaatkan tenaga lokal.
"Kita banyak memanfaatkan tenaga lokal sini sekitar 60-an orang, sedangkan juru pugar dari BPCB sebanyak 24 orang," katanya.
Eri menuturkan pemugaran ini bertujuan untuk melestarikan bangunan cagar budaya, bisa mengembalikan sesuai data yang ada.
Selain itu, katanya untuk meningkatkan kepariwisataan khususnya di kawasan Temanggung dan juga mengangkat ekonomi masyarakat.
Baca juga: BPCB Jateng: Tingkat mitigasi bencana masyarakat Liyangan kuno tinggi