Temanggung (ANTARA) - Puluhan pelajar SMA di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, diajak mengenal cara ekskavasi benda bersejarah di Situs Liyangan di lereng Gunung Sindoro di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung.
"Kegiatan ini merupakan rangkaian dalam gelar Rumah Peradaban Situs Liyangan yang kami selenggarakan pada 6-8 Oktober 2019," kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Sugeng Riyanto di Temanggung, Senin.
Ia menuturkan pengenalan ekskavasi kepada para pelajar di Kabupaten Temanggung ini berlangsung selama dua hari, yakni Senin-Selasa (8/10).
Ia menyebutkan kegiatan ini diikuti oleh 40 pelajar dan 10 guru pendamping dari sejumlah SMA di Kabupaten Temanggung.
Baca juga: Balai Arkeologi gelar "Rumah Peradaban Situs Liyangan"
"Kami ingin mengenalkan bagaimana arkeolog itu bekerja sehingga menemukan data arkeologi terbuka seperti di Situs Liyangan yang merupakan peninggalan zaman Mataram Kuno ini," katanya.
Ia menuturkan selama ini mereka hanya tahu bahwa situs itu sudah terbuka seperti ini, pada hal untuk memperoleh data tersebut melalui proses ekskavasi.
"Paling tidak mereka bisa merasakan sensasi yang tertanam pada anak-anak sekolah, kemudian merasakan bagaimana ketika kita menggali sisa-sisa peradaban leluhur tersebut," katanya.
Ia menyampaikan sebelum diajak praktik ekskavasi di lapangan ada pengarahan dari dosen arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memberikan penjelasan pada anak-anak, bagaimana ekskavasi itu dan prinsip-prinsipnya.
"Pada Selasa sore setelah mereka menyelesaikan ekskavasi, kita dorong untuk membuat presentasi, mirip arkeolog bekerja begitu," katanya.
Pelajar SMAN Candiroto Temanggung yang ikut dalam pengenalan ekskavasi Naswa Yasmin Azahra menyampaikan kegembiraannya bisa mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Balai Arkeologi Yogyakarta tersebut.
"Kami merasa senang diajari metode-metode ekskavasi. Melalui kegiatan ini kami dapat ilmu baru dan tergugah untuk melestarikan, peduli pada situs seperti ini," katanya.
Menurut dia kegiatan tersebut penting dilakukan agar masyarakat tahu masa lalu nenek moyang seperti apa dan bisa untuk pelajaran ke masa depan.
Baca juga: BPCB temukan arang gabah di Liyangan, diduga lumbung padi
"Kegiatan ini merupakan rangkaian dalam gelar Rumah Peradaban Situs Liyangan yang kami selenggarakan pada 6-8 Oktober 2019," kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Sugeng Riyanto di Temanggung, Senin.
Ia menuturkan pengenalan ekskavasi kepada para pelajar di Kabupaten Temanggung ini berlangsung selama dua hari, yakni Senin-Selasa (8/10).
Ia menyebutkan kegiatan ini diikuti oleh 40 pelajar dan 10 guru pendamping dari sejumlah SMA di Kabupaten Temanggung.
Baca juga: Balai Arkeologi gelar "Rumah Peradaban Situs Liyangan"
"Kami ingin mengenalkan bagaimana arkeolog itu bekerja sehingga menemukan data arkeologi terbuka seperti di Situs Liyangan yang merupakan peninggalan zaman Mataram Kuno ini," katanya.
Ia menuturkan selama ini mereka hanya tahu bahwa situs itu sudah terbuka seperti ini, pada hal untuk memperoleh data tersebut melalui proses ekskavasi.
"Paling tidak mereka bisa merasakan sensasi yang tertanam pada anak-anak sekolah, kemudian merasakan bagaimana ketika kita menggali sisa-sisa peradaban leluhur tersebut," katanya.
Ia menyampaikan sebelum diajak praktik ekskavasi di lapangan ada pengarahan dari dosen arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memberikan penjelasan pada anak-anak, bagaimana ekskavasi itu dan prinsip-prinsipnya.
"Pada Selasa sore setelah mereka menyelesaikan ekskavasi, kita dorong untuk membuat presentasi, mirip arkeolog bekerja begitu," katanya.
Pelajar SMAN Candiroto Temanggung yang ikut dalam pengenalan ekskavasi Naswa Yasmin Azahra menyampaikan kegembiraannya bisa mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Balai Arkeologi Yogyakarta tersebut.
"Kami merasa senang diajari metode-metode ekskavasi. Melalui kegiatan ini kami dapat ilmu baru dan tergugah untuk melestarikan, peduli pada situs seperti ini," katanya.
Menurut dia kegiatan tersebut penting dilakukan agar masyarakat tahu masa lalu nenek moyang seperti apa dan bisa untuk pelajaran ke masa depan.
Baca juga: BPCB temukan arang gabah di Liyangan, diduga lumbung padi