Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal menawarkan peluang investasi di berbagai sektor sebesar Rp75 triliun lebih kepada para investor asing di ajang Central Java Investment Business Forum (CJIBF) dan Central Java Business Expo (CJBE) 2019 ke-15 yang diselenggarakan pada 5 November 2019 di Jakarta.
"Ada lima sektor unggulan yang ditawarkan, yakni pariwisata, manufaktur, properti, infrastruktur, dan agrikultur," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Ratna Kawuri di Semarang, Rabu.
Ia memerinci peluang investasi di sektor pariwisata yang ditawarkan seperti pengembangan Pemandian Kalianget Wonosobo senilai Rp12,20 miliar, pengembangan kawasan Kledung Temanggung senilai Rp18,74 miliar, pengembangan Wisata Pulau Panjang senilai Rp22,25 miliar, kawasan Wisata Agroedupark Tlogowening, Kabupaten Semarang, senilai Rp361,50 miliar.
Baca juga: Picu investasi, Ganjar minta kabupaten/kota segera tuntaskan Perda RTRW
Pada sektor manufaktur, lanjut dia, pembangunan Industri Perikanan Udang Terpadu di Kabupaten Cilacap senilai Rp550,02 miliar, bidang properti berupa pengembangan Solo Convention-Exhibition Hall di Kota Surakarta senilai Rp124,48 miliar.
Kemudian, sektor infrastruktur berupa pembangunan galangan kapal di Kabupaten Rembang senilai Rp45,50 miliar, sektor agrikulur berupa pengembangan pembenihan ikan nila salin di Kabupaten Pati senilai Rp11,93 miliar.
Ia menyebutkan peserta CJIBF dan CJBE 2019 diantaranya, para investor dari dalam dan luar negeri, pelaku usaha dan asosiasi usaha tingkat regional hingga pusat, duta besar negara sahabat, bupati/wali kota sebagai pemangku kepentingan di lokasi proyek investasi, organisasi perangkat daerah Provinsi Jawa Tengah yang terkait dengan sektor peluang investasi yang akan ditawarkan, DPMPTSP di 35 kabupaten/kota, BUMN dan BUMD se-Jateng, serta lembaga keuangan dan perbankan.
Baca juga: Temanggung jaring investasi melalui gelaran "Pro-Temanggung"
Ratna mengungkapkan, sampai dengan Selasa (29/10) tercatat ada 330 investor yang mendaftar dan 214 diantaranya sudah menetapkan kepeminatannya.
Selain itu juga ada sekitar 50 pengusaha asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dari sektor industri kayu dan furnitur yang akan hadir, rencananya pengusaha tersebut akan melakukan relokasi industri ke Jawa Tengah.
Dijelaskan, total investasi yang masuk pada periode 2015 hingga triwulan II 2019, baik penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp211,19 triliun.
Terdiri dari investasi PMA sebesar Rp110,85 triliun dengan 4.964 proyek yang menyerap 335.735 tenaga kerja, dan PMDN sebesar Rp100,34 triliun dengan 7.121 proyek yang menyerap 221.071 tenaga kerja.
Investasi yang masuk di Jawa Tengah, kata Ratna, paling banyak di sektor listrik, gas dan air, transportasi, gudang dan telekomunikasi, serta industri tekstil. Sedangkan daerah yang menjadi pilihan utamanya yaitu di Kabupaten Jepara, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Cilacap.
Baca juga: Investasi ke Batang tembus Rp797,5 miliar
"Ada lima sektor unggulan yang ditawarkan, yakni pariwisata, manufaktur, properti, infrastruktur, dan agrikultur," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Ratna Kawuri di Semarang, Rabu.
Ia memerinci peluang investasi di sektor pariwisata yang ditawarkan seperti pengembangan Pemandian Kalianget Wonosobo senilai Rp12,20 miliar, pengembangan kawasan Kledung Temanggung senilai Rp18,74 miliar, pengembangan Wisata Pulau Panjang senilai Rp22,25 miliar, kawasan Wisata Agroedupark Tlogowening, Kabupaten Semarang, senilai Rp361,50 miliar.
Baca juga: Picu investasi, Ganjar minta kabupaten/kota segera tuntaskan Perda RTRW
Pada sektor manufaktur, lanjut dia, pembangunan Industri Perikanan Udang Terpadu di Kabupaten Cilacap senilai Rp550,02 miliar, bidang properti berupa pengembangan Solo Convention-Exhibition Hall di Kota Surakarta senilai Rp124,48 miliar.
Kemudian, sektor infrastruktur berupa pembangunan galangan kapal di Kabupaten Rembang senilai Rp45,50 miliar, sektor agrikulur berupa pengembangan pembenihan ikan nila salin di Kabupaten Pati senilai Rp11,93 miliar.
Ia menyebutkan peserta CJIBF dan CJBE 2019 diantaranya, para investor dari dalam dan luar negeri, pelaku usaha dan asosiasi usaha tingkat regional hingga pusat, duta besar negara sahabat, bupati/wali kota sebagai pemangku kepentingan di lokasi proyek investasi, organisasi perangkat daerah Provinsi Jawa Tengah yang terkait dengan sektor peluang investasi yang akan ditawarkan, DPMPTSP di 35 kabupaten/kota, BUMN dan BUMD se-Jateng, serta lembaga keuangan dan perbankan.
Baca juga: Temanggung jaring investasi melalui gelaran "Pro-Temanggung"
Ratna mengungkapkan, sampai dengan Selasa (29/10) tercatat ada 330 investor yang mendaftar dan 214 diantaranya sudah menetapkan kepeminatannya.
Selain itu juga ada sekitar 50 pengusaha asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dari sektor industri kayu dan furnitur yang akan hadir, rencananya pengusaha tersebut akan melakukan relokasi industri ke Jawa Tengah.
Dijelaskan, total investasi yang masuk pada periode 2015 hingga triwulan II 2019, baik penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp211,19 triliun.
Terdiri dari investasi PMA sebesar Rp110,85 triliun dengan 4.964 proyek yang menyerap 335.735 tenaga kerja, dan PMDN sebesar Rp100,34 triliun dengan 7.121 proyek yang menyerap 221.071 tenaga kerja.
Investasi yang masuk di Jawa Tengah, kata Ratna, paling banyak di sektor listrik, gas dan air, transportasi, gudang dan telekomunikasi, serta industri tekstil. Sedangkan daerah yang menjadi pilihan utamanya yaitu di Kabupaten Jepara, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Cilacap.
Baca juga: Investasi ke Batang tembus Rp797,5 miliar