Solo (ANTARA) - Yayasan Keluarga Besar Eks Tentara Pelajar Pejuang Kemerdekaan SA/CSA mengajak masyarakat mengenang sejarah dengan menggelar Festival Slamet Riyadi yang akan dilaksanakan pada tanggal 14-17 November 2019 di Benteng Vastenburg Solo.
"Pada festival ini kami ingin memberikan pesan kepada masyarakat khususnya generasi muda bahwa perjuangan tidak lagi pakai senjata. Bambu runcing sudah diganti dengan pena, buku, handphone, gawai. Kami sebagai panitia ingin mengingatkan kembali semangat patriotisme," kata Ketua Pengurus Daerah SA/CSA Surakarta Andreas Irianto di Solo, Senin.
Baca juga: Masyarakat lereng Gunung Sindoro gelar Festival Lembutan
Ia mengatakan festival tersebut didedikasikan untuk menyambut Hari Pahlawan, khususnya untuk mengenang kepahlawanan Brigjend Slamet Riyadi.
"Di usianya ke-23 tahun, dia ikut ambil bagian dalam mempertahankan kemerdekaan republik ini. Dengan digelarnya perdana festival ini, tujuannya agar generasi muda tahu patung Slamet Riyadi ini ada artinya. Perjuangan Slamet Riyadi ini peristiwanya bersejarah sekali," katanya.
Sementara itu, pada rangkaian festival tersebut akan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan, di antaranya pameran dengan tema "Perjuangan Pahlawan", festival kuliner dan multiproduk, colour run, dan sebagai puncak acara akan ada Tumpengan Slamet Riyadi.
"Untuk jumlah stan targetnya sebanyak 70 stand. Kalau untuk colour run akan diadakan di Minggu pagi di UNS," katanya.
Baca juga: Bekraf Festival 2019 perkenalkan potensi ekonomi kreatif Solo
Sementara itu, melalui kegiatan tersebut ia berharap agar generasi muda bisa mengisi kemerdekaan dengan belajar, kerja keras dan cerdas sesuai dengan porsinya.
"Sesuaikan dengan potensi diri, raih prestasi untuk turut membangun negara lebih maju," katanya.
Sebagaimana diketahui, Brigadir Jenderal TNI Ignatius Slamet Riyadi lahir di Surakarta tanggal 26 Juli 1927 dan meninggal di Ambon pada tanggal 4 November 1950. Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Slamet Riyadi memimpin tentara Indonesia di Surakarta pada masa perang kemerdekaan melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
Pada tahun 1950 atau setelah berakhirnya revolusi, Slamet Riyadi dikirim ke Maluku. Setelah operasi perlawanan selama beberapa bulan yang melintasi Pulau Ambon, Slamet Riyadi gugur tertembak jelang berakhirnya operasi.
Baca juga: Ribuan warga ikuti Haul Syech Subakir
Baca juga: Promosikan wisata, Pemkot Magelang rutin gelar Festival Tidar
"Pada festival ini kami ingin memberikan pesan kepada masyarakat khususnya generasi muda bahwa perjuangan tidak lagi pakai senjata. Bambu runcing sudah diganti dengan pena, buku, handphone, gawai. Kami sebagai panitia ingin mengingatkan kembali semangat patriotisme," kata Ketua Pengurus Daerah SA/CSA Surakarta Andreas Irianto di Solo, Senin.
Baca juga: Masyarakat lereng Gunung Sindoro gelar Festival Lembutan
Ia mengatakan festival tersebut didedikasikan untuk menyambut Hari Pahlawan, khususnya untuk mengenang kepahlawanan Brigjend Slamet Riyadi.
"Di usianya ke-23 tahun, dia ikut ambil bagian dalam mempertahankan kemerdekaan republik ini. Dengan digelarnya perdana festival ini, tujuannya agar generasi muda tahu patung Slamet Riyadi ini ada artinya. Perjuangan Slamet Riyadi ini peristiwanya bersejarah sekali," katanya.
Sementara itu, pada rangkaian festival tersebut akan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan, di antaranya pameran dengan tema "Perjuangan Pahlawan", festival kuliner dan multiproduk, colour run, dan sebagai puncak acara akan ada Tumpengan Slamet Riyadi.
"Untuk jumlah stan targetnya sebanyak 70 stand. Kalau untuk colour run akan diadakan di Minggu pagi di UNS," katanya.
Baca juga: Bekraf Festival 2019 perkenalkan potensi ekonomi kreatif Solo
Sementara itu, melalui kegiatan tersebut ia berharap agar generasi muda bisa mengisi kemerdekaan dengan belajar, kerja keras dan cerdas sesuai dengan porsinya.
"Sesuaikan dengan potensi diri, raih prestasi untuk turut membangun negara lebih maju," katanya.
Sebagaimana diketahui, Brigadir Jenderal TNI Ignatius Slamet Riyadi lahir di Surakarta tanggal 26 Juli 1927 dan meninggal di Ambon pada tanggal 4 November 1950. Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Slamet Riyadi memimpin tentara Indonesia di Surakarta pada masa perang kemerdekaan melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
Pada tahun 1950 atau setelah berakhirnya revolusi, Slamet Riyadi dikirim ke Maluku. Setelah operasi perlawanan selama beberapa bulan yang melintasi Pulau Ambon, Slamet Riyadi gugur tertembak jelang berakhirnya operasi.
Baca juga: Ribuan warga ikuti Haul Syech Subakir
Baca juga: Promosikan wisata, Pemkot Magelang rutin gelar Festival Tidar