Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bakal menggelar Kongres Sampah di Kabupaten Tuntang, Kabupaten Semarang, pada 12-13 Oktober 2019 sebagai upaya mencari solusi dalam penanganan dan pengendalian sampah yang sudah masuk kategori darurat.
"Kami ingin mencari solusi dalam penanganan sampah, baik dari sisi hulu sampai hilir, semua persoalan harus dikaji dan ditemukan solusinya," kata Putut Yulianto selaku Ketua Panitia Kongres Sampah di Semarang, Minggu.
Selain itu, Kongres Sampah yang digagas oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga diharapkan menghasilkan peta dan praktik yang baik bagi pengelolaan sampah serta meningkatkan sumber daya manusia terkait pengelolaan sampah dan aktivasi bank sampah.
Ia menyebutkan ada tiga rangkaian agenda dalam Kongres Sampah mendatang yakni pra kongres meliputi diskusi-diskusi dengan pakar, pelaksanaan kongres dan pascakongres.
Menurut dia, Kongres Sampah mendatang akan melibatkan sedikitnya 1.500 orang dari seluruh provinsi di Indonesia yang terdiri dari aktivis sampah, pemerintah dari daerah sampai pusat hingga para akademisi dan akan jadi agenda tahunan dan menghasilkan perkembangan pengelolaan sampah yang signifikan.
Pakar lingkungan Universitas Diponegoro Profesor Syafruddin menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Tengah sudah masuk kategori darurat sampah karena pada 2016 tercatat produksi sampah mencapai 5,7 juta ton dan jumlah tersebut naik 335.070 ton dibanding 2015 yang sebesar 5,3 juta ton.
Per hari, kata dia, sampah di seluruh Jateng ini total mencapai 15.671 ton sehingga dapat dibayangkan perkembangan yang luar biasa selama dua tiga tahun ini dan diperlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.
Selain itu, juga harus dilakukan semua kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat, serta harus ada pembagian tugas, kesadaran utama yang mesti dilakukan adalah membentuk gerakan pengurangan dan pengolahan sampah.
"Yang lebih 'urgent', soal keberanian pemerintah menegakkan peraturan. Sekarang ini keberanian pemerintah masih kurang, tidak pernah memberanikan diri mengampanyekan aturan sampah," katanya.
Kendati demikian, Syafruddin merasa bisa sedikit bernafas lega karena jumlah sampah di Jawa Tengah tidak terlalu besar jika dibanding Jawa Timur terlebih Jawa Barat.
"Jika di Jawa Tengah per hari sampahnya 15 ribu ton, di Jatim total sampahnya mencapai 19 ribu ton per hari, bahkan Jawa Barat sebanyak 27 ton per hari," ujarnya.
Sementara itu, para pegiat sampah pun mengapresiasi langkah Gubernur Ganjar yang menggelar Kongres Sampah sebagai upaya penanggulangan sampah di Jawa Tengah dan berharap, kongres tersebut dapat menghasilkan langkah konkret dalam upaya pengurangan sampah di masyarakat.
"Minimal, Kongres Sampah nanti dapat menghasilkan kebijakan dalam rangka mengubah perilaku masyarakat tentang sampah. Tidak perlu bicara jauh-jauh dahulu karena 'problem' sampah sebenarnya ada pada perilaku masyarakat," kata Pegiat Bank Sampah Alam Pesona Lestari Semarang, Sri Ismiyati.
Baca juga: Jateng siapkan Kongres Sampah
"Kami ingin mencari solusi dalam penanganan sampah, baik dari sisi hulu sampai hilir, semua persoalan harus dikaji dan ditemukan solusinya," kata Putut Yulianto selaku Ketua Panitia Kongres Sampah di Semarang, Minggu.
Selain itu, Kongres Sampah yang digagas oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga diharapkan menghasilkan peta dan praktik yang baik bagi pengelolaan sampah serta meningkatkan sumber daya manusia terkait pengelolaan sampah dan aktivasi bank sampah.
Ia menyebutkan ada tiga rangkaian agenda dalam Kongres Sampah mendatang yakni pra kongres meliputi diskusi-diskusi dengan pakar, pelaksanaan kongres dan pascakongres.
Menurut dia, Kongres Sampah mendatang akan melibatkan sedikitnya 1.500 orang dari seluruh provinsi di Indonesia yang terdiri dari aktivis sampah, pemerintah dari daerah sampai pusat hingga para akademisi dan akan jadi agenda tahunan dan menghasilkan perkembangan pengelolaan sampah yang signifikan.
"'Problem' sampah adalah 'problem' menurunnya solidaritas sosial, pengetahuan dan nilai-nilai budaya perlu ditanamkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, makanya semua pihak kita gandeng," ujarnya.
Pakar lingkungan Universitas Diponegoro Profesor Syafruddin menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Tengah sudah masuk kategori darurat sampah karena pada 2016 tercatat produksi sampah mencapai 5,7 juta ton dan jumlah tersebut naik 335.070 ton dibanding 2015 yang sebesar 5,3 juta ton.
Per hari, kata dia, sampah di seluruh Jateng ini total mencapai 15.671 ton sehingga dapat dibayangkan perkembangan yang luar biasa selama dua tiga tahun ini dan diperlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.
Selain itu, juga harus dilakukan semua kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat, serta harus ada pembagian tugas, kesadaran utama yang mesti dilakukan adalah membentuk gerakan pengurangan dan pengolahan sampah.
"Yang lebih 'urgent', soal keberanian pemerintah menegakkan peraturan. Sekarang ini keberanian pemerintah masih kurang, tidak pernah memberanikan diri mengampanyekan aturan sampah," katanya.
Kendati demikian, Syafruddin merasa bisa sedikit bernafas lega karena jumlah sampah di Jawa Tengah tidak terlalu besar jika dibanding Jawa Timur terlebih Jawa Barat.
"Jika di Jawa Tengah per hari sampahnya 15 ribu ton, di Jatim total sampahnya mencapai 19 ribu ton per hari, bahkan Jawa Barat sebanyak 27 ton per hari," ujarnya.
Sementara itu, para pegiat sampah pun mengapresiasi langkah Gubernur Ganjar yang menggelar Kongres Sampah sebagai upaya penanggulangan sampah di Jawa Tengah dan berharap, kongres tersebut dapat menghasilkan langkah konkret dalam upaya pengurangan sampah di masyarakat.
"Minimal, Kongres Sampah nanti dapat menghasilkan kebijakan dalam rangka mengubah perilaku masyarakat tentang sampah. Tidak perlu bicara jauh-jauh dahulu karena 'problem' sampah sebenarnya ada pada perilaku masyarakat," kata Pegiat Bank Sampah Alam Pesona Lestari Semarang, Sri Ismiyati.
Baca juga: Jateng siapkan Kongres Sampah