Purbalingga (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi bencana longsor dan tanah bergerak yang berpotensi terjadi saat musim hujan.
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, Kabupaten Purbalingga akan memasuki awal musim hujan pada dasarian (10 hari, red.) kedua atau dasarian ketiga bulan Oktober," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Muhammad Umar Fauzi di Purbalingga, Kamis.
Oleh karena itu, kata dia, berbagai upaya mitigasi terus dilakukan BPBD Kabupaten Purbalingga guna mengantisipasi terjadinya bencana longsor dan tanah bergerak.
Baca juga: Rawan longsor, warga Cilacap diimbau cek kondisi tanah sekelilingnya
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga mengedukasi masyarakat yang bermukim di daerah rawan longsor untuk ikut mengamati kondisi sekelilingnya.
"Misalnya jika ada rekahan-rekahan tanah yang rawan longsor, masyarakat diimbau untuk segera menutupnya dengan tanah liat atau material lainnya. Selain itu, jika ada drainase yang penuh dengan sampah harus segera dibersihkan," katanya.
Ia mengakui di Purbalingga ada sejumlah daerah yang rawan longsor maupun rawan tanah bergerak, terutama di wilayah utara yang merupakan pegunungan, seperti Kecamatan Karangmoncol, Rembang, Karanganyar, dan Karangjambu sehingga menjadi fokus perhatian BPBD.
Menurut dia, pihaknya terus memantau efektivitas alat peringatan dini (early warning system/EWS) yang terpasang di Desa Gunung Wuled dan Gunung Panusupan. "Alhamdulillah EWS itu masih berfungsi dengan baik," katanya.
Lebih lanjut, Umar mengatakan di Kabupaten Purbalingga juga terdapat beberapa jalur angin, seperti Kecamatan Purbalingga, Kutasari, Bojongsari, dan Kalimanah yang rawan terjadi bencana angin kencang.
Oleh karena itu, kata dia, warga setempat diimbau untuk memperkuat bangunan rumahnya yang sudah rapuh serta mengurangi kerimbunan pohon di sekitar rumah.
"Kami melalui Dinas Pekerjaan Umum juga melakukan penebangan terhadap ranting-ranting pohon di turus jalan. Petugas BPBD juga telah dilengkapi dengan berbagai peralatan," katanya.
Terkait dengan musim kemarau yang masih berlangsung, dia mengatakan hingga saat ini bencana kekeringan telah melanda di 97 desa yang tersebar di 15 kecamatan.
"Bantuan air bersih yang telah kami salurkan mencapai 13.000.573 liter yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga melalui BPBD serta dibantu institusi lain, LSM, BUMN, BUMD, organisasi, dan perorangan. Kekeringan di Purbalingga tergolong menempati angka yang tinggi di Jawa Tengah," katanya.
Baca juga: BPBD Banjarnegara terus kembangkan alat deteksi longsor
Baca juga: Jateng didominasi bencana tanah longsor, kebakaran, dan angin topan
Baca juga: Mahasiswa UNS pasang alat peringatan dini longsor di Purbalingga
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, Kabupaten Purbalingga akan memasuki awal musim hujan pada dasarian (10 hari, red.) kedua atau dasarian ketiga bulan Oktober," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Muhammad Umar Fauzi di Purbalingga, Kamis.
Oleh karena itu, kata dia, berbagai upaya mitigasi terus dilakukan BPBD Kabupaten Purbalingga guna mengantisipasi terjadinya bencana longsor dan tanah bergerak.
Baca juga: Rawan longsor, warga Cilacap diimbau cek kondisi tanah sekelilingnya
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga mengedukasi masyarakat yang bermukim di daerah rawan longsor untuk ikut mengamati kondisi sekelilingnya.
"Misalnya jika ada rekahan-rekahan tanah yang rawan longsor, masyarakat diimbau untuk segera menutupnya dengan tanah liat atau material lainnya. Selain itu, jika ada drainase yang penuh dengan sampah harus segera dibersihkan," katanya.
Ia mengakui di Purbalingga ada sejumlah daerah yang rawan longsor maupun rawan tanah bergerak, terutama di wilayah utara yang merupakan pegunungan, seperti Kecamatan Karangmoncol, Rembang, Karanganyar, dan Karangjambu sehingga menjadi fokus perhatian BPBD.
Menurut dia, pihaknya terus memantau efektivitas alat peringatan dini (early warning system/EWS) yang terpasang di Desa Gunung Wuled dan Gunung Panusupan. "Alhamdulillah EWS itu masih berfungsi dengan baik," katanya.
Lebih lanjut, Umar mengatakan di Kabupaten Purbalingga juga terdapat beberapa jalur angin, seperti Kecamatan Purbalingga, Kutasari, Bojongsari, dan Kalimanah yang rawan terjadi bencana angin kencang.
Oleh karena itu, kata dia, warga setempat diimbau untuk memperkuat bangunan rumahnya yang sudah rapuh serta mengurangi kerimbunan pohon di sekitar rumah.
"Kami melalui Dinas Pekerjaan Umum juga melakukan penebangan terhadap ranting-ranting pohon di turus jalan. Petugas BPBD juga telah dilengkapi dengan berbagai peralatan," katanya.
Terkait dengan musim kemarau yang masih berlangsung, dia mengatakan hingga saat ini bencana kekeringan telah melanda di 97 desa yang tersebar di 15 kecamatan.
"Bantuan air bersih yang telah kami salurkan mencapai 13.000.573 liter yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga melalui BPBD serta dibantu institusi lain, LSM, BUMN, BUMD, organisasi, dan perorangan. Kekeringan di Purbalingga tergolong menempati angka yang tinggi di Jawa Tengah," katanya.
Baca juga: BPBD Banjarnegara terus kembangkan alat deteksi longsor
Baca juga: Jateng didominasi bencana tanah longsor, kebakaran, dan angin topan
Baca juga: Mahasiswa UNS pasang alat peringatan dini longsor di Purbalingga