Semarang (ANTARA) - Seorang buruh di Kota Semarang, Jawa Tengah, melakukan aksi topo pepe atau berdiam diri di bawah terik sinar Matahari sebagai bentuk protes terhadap rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan karena dinilai memberatkan masyarakat, terutama kalangan pekerja.
Saat ditemui di sela topo pepe di Jalan Pahlawan Semarang, Rabu siang, Ahmad Zainuddin (44) mengaku tidak ada persiapan khusus dalam aksinya.
Dirinya melakukan topo pepe sejak Senin (30/9) dengan duduk bersimpuh di atas tikar tanpa peneduh dan mengakhiri aksinya setiap pukul 18.00 WIB.
Baca juga: Ini hitungan biaya kesehatan dari naiknya iuran BPJS Kesehatan
Ia mengungkapkan kendala yang dihadapinya selama topo pepe hanya suhu yang cukup tinggi berkisar 37-39 derajat Celcius, sedangkan dari aparat kepolisian sudah memberikan izin.
"Topo pepe'yang saya lakukan ini sebagai satu kesatuan aksi dari teman-teman buruh yang saat ini juga melakukan aksi bersama di 10 daerah dengan beberapa tuntutan utama," katanya.
Buruh yang juga menjabat Ketua Serikat Pekerja Federasi Kimia, Energi, Pertambangan, Minyak, Gas Bumi, dan Umum Jateng itu menolak keras rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan bagi semua kalangan masyarakat, termasuk para pekerja.
"Kami menolak revisi UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, menolak upah murah dan menolak revisi PP 78/2015, tentang Pengupahan," ujarnya.
Terkait dengan isu lokal, para buruh menuntut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo agar menetapkan UMK Jateng 2020 berdasarkan KHL 2019.
Sementara itu, ratusan buruh dari berbagai elemen yang tergabung Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Jateng menggelar aksi damai di depan gerbang DPRD Jateng dengan mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.
Para buruh bahkan sempat berjoget bersama dengan petugas kepolisian diiringi lagu berjudul Salah Apa Aku dan Pamer Bojo.
Baca juga: Wapres bandingkan kenaikan premi BPJS dengan beli rokok
Baca juga: Wali Kota Solo: kenaikan iuran BPJS menambah angka kemiskinan
Saat ditemui di sela topo pepe di Jalan Pahlawan Semarang, Rabu siang, Ahmad Zainuddin (44) mengaku tidak ada persiapan khusus dalam aksinya.
Dirinya melakukan topo pepe sejak Senin (30/9) dengan duduk bersimpuh di atas tikar tanpa peneduh dan mengakhiri aksinya setiap pukul 18.00 WIB.
Baca juga: Ini hitungan biaya kesehatan dari naiknya iuran BPJS Kesehatan
Ia mengungkapkan kendala yang dihadapinya selama topo pepe hanya suhu yang cukup tinggi berkisar 37-39 derajat Celcius, sedangkan dari aparat kepolisian sudah memberikan izin.
"Topo pepe'yang saya lakukan ini sebagai satu kesatuan aksi dari teman-teman buruh yang saat ini juga melakukan aksi bersama di 10 daerah dengan beberapa tuntutan utama," katanya.
Buruh yang juga menjabat Ketua Serikat Pekerja Federasi Kimia, Energi, Pertambangan, Minyak, Gas Bumi, dan Umum Jateng itu menolak keras rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan bagi semua kalangan masyarakat, termasuk para pekerja.
"Kami menolak revisi UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, menolak upah murah dan menolak revisi PP 78/2015, tentang Pengupahan," ujarnya.
Terkait dengan isu lokal, para buruh menuntut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo agar menetapkan UMK Jateng 2020 berdasarkan KHL 2019.
Sementara itu, ratusan buruh dari berbagai elemen yang tergabung Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Jateng menggelar aksi damai di depan gerbang DPRD Jateng dengan mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.
Para buruh bahkan sempat berjoget bersama dengan petugas kepolisian diiringi lagu berjudul Salah Apa Aku dan Pamer Bojo.
Baca juga: Wapres bandingkan kenaikan premi BPJS dengan beli rokok
Baca juga: Wali Kota Solo: kenaikan iuran BPJS menambah angka kemiskinan