Banyumas (ANTARA) - Pelaku wisata dan warga dari 12 desa penyangga Kawasan Wisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menggelar Festival Gebreg Suran Baturraden.

Kegiatan yang digelar pada Minggu itu diawali dengan kirab gunungan hasil bumi, jolen berisi sesaji, tumpeng robyong, tumpeng triwarna, dan tenong serta pembawa wedhus kendhit (kambing berbulu hitam namun di bagian perutnya berwarna putih melingkar seperti menggunakan ikat pinggang) yang diberangkatkan dari Wanawisata Baturraden menuju Lokawisata Baturraden.

Sesampainya di lapangan Lokawisata Baturraden, kegiatan dilanjutkan dengan upacara seserahan berupa penyerahan sesaji kepada Bupati Banyumas yang selanjutnya didoakan oleh sesepuh masyarakat dengan harapan masyarakat sekitar Gunung Slamet selalu mendapatkan keselamatan, keberkahan, dan kemakmuran dari Allah SWT.

Setelah didoakan, gunungan hasil bumi yang sebelumnya dikirab, diperebutkan oleh masyarakat yang hadir, sedangkan tumpeng robyong dan tumpeng triwarna akan dilarung di Sungai Gumiwang di tengah Lokawisata Baturraden usai penyembelihan wedhus kendhit di kompleks pemakaman petilasan atau situs Baturraden.

Baca juga: Lokawisata Baturraden Siapkan "Grebeg Suran Baturraden"

Sementara nasi beserta lauknya yang dibawa dengan tenong dimakan bersama oleh masyarakat dan wisatawan usai rangkaian kegiatan.
   

Saat ditemui wartawan di sela kegiatan, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan Grebeg Suran Baturraden digelar dalam rangka melestarikan budaya lokal.

Dia mengatakan Grebeg Suran Baturraden juga diisi dengan ritual menghanyutkan makanan untuk ikan dalam bentuk tumpeng yang dilanjutkan dengan menebar benih ikan di Sungai Gumiwang.

"(Itu, red.) supaya masyarakat juga tambah gizi kalau memancing di bawah," katanya.

Ia mengatakan kegiatan tersebut juga menjadi ajang silaturahim bagi seluruh warga Kabupaten Banyumas.

Ia mengatakan makna yang ingin disampaikan melalui Festival Grebeg Suran Baturraden adalah ajakan untuk bersyukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan rezeki bagi umat manusia serta mewujudkan gotong royong atau kebersamaan dalam masyarakat.

"Kemudian toleransi satu sama lain, tidak membedakan suku, golongan, agama, ras, karena di sini campur baur," katanya.

Menurut dia, kegiatan tersebut secara otomatis juga meningkatkan kunjungan wisatawan lokal ke Baturraden karena Festival Grebeg Suran Baturraden belum menjadi agenda wisata nasional. 

Baca juga: Grebeg Sura Baturraden bakal digelar 22 September
Baca juga: Peningkatan aktivitas Gunung Slamet tak pengaruhi kunjungan wisatwan

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024