Jakarta (ANTARA) - Akselarator GK-Plug and Play Indonesia (GK-PnP) dan Centre for Strategic and International Studies memamerkan kebolehan robot dengan kecerdasan buatan, Sophia, yang bisa mengobrol dengan manusia.
"Kecerdasan buatan dapat digunakan dalam berbagai cara, sebagai contohnya artificial intelligent dapat membantu memprediksi tren pasar sehingga perusahaan rintisan dapat memusatkan perhatian mereka pada hal-hal yang terpenting," kata Sophia saat berbicara di tengah ratusan hadirin "Youth Dialogue 2019" di Jakarta, Selasa.
Hadir dalam kesempatan itu, 500 anak muda berlatar belakang pebisnis pemula, akademisi, politikus serta para mahasiswa dan pelajar. Dalam presentasi di depan hadirin, Sophia menjawab sejumlah pertanyaan dari beberapa figur seperti Menkominfo Rudiantara, Kepala Bekraf Triawan Munaf dan lainnya.
Tanya jawab Sophia dengan hadirin menggunakan bahasa Inggris dan belum dapat mengerti bahasa Indonesia. Ketika menjawab pertanyaan yang diajukan, robot karya Hanson Robotics tersebut beberapa kali melontarkan candaan serta terbaca raut ekspresi mukanya.
Baca juga: Robot asmara berkekuatan AI ancam hubungan intim manusia
Kendati membutuhkan jeda beberapa detik dalam mencerna pertanyaan hadirin, Sophia bisa menjawab dengan baik layaknya Google Assistant. Terdapat perbedaan antara Sophia dan Google Assistant yaitu pada bentuk fisik. Sophia berbentuk robot yang menyerupai manusia, sementara Google Assistant berbentuk mesin pencari.
Menkominfo Rudiantara mengatakan Sophia merupakan fenomena yang luar biasa dalam 3,5 tahun terakhir atau sejak 2016. Kinerja kecerdasan buatannya ditopang basis megadata. Jika lancar dalam pengembangannya maka tiga tahun lagi kemampuannya bisa 10-20 kali lipat dibanding saat ini.
"Nanti untuk Sophia, data makin banyak, diksinya makin banyak, sehingga algoritmanya tentu semakin baik," kata dia,
Managing Partner GK-Plug and Play Indonesia, Wesley, mengatakan Sophia agar menjadi pengingat sekaligus inspirasi bahwa kecerdasan buatan tengah berkembang sedemikian pesat memasuki keseharian manusia.
"Di satu sisi, selain membantu manusia, memang akan menggantikan beberapa pekerjaan yang masih kita lakukan saat ini. Namun, di sisi lain memunculkan pula banyak kesempatan bagi kita untuk mengeksplorasi hal baru dan berinovasi," kata dia.
GK-PnP telah mengakselarasi lebih dari 15 perusahaan rintisan berbasis kecerdasan buatan, salah satunya start up Bahasa.ai yaitu platform yang mampu merespon langsung pertanyaan pengguna, termasuk penggunaan perbendaharaan kata bahasa Indonesia yang tak baku (slang).*
Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020 akan perkenalkan robot baru
"Kecerdasan buatan dapat digunakan dalam berbagai cara, sebagai contohnya artificial intelligent dapat membantu memprediksi tren pasar sehingga perusahaan rintisan dapat memusatkan perhatian mereka pada hal-hal yang terpenting," kata Sophia saat berbicara di tengah ratusan hadirin "Youth Dialogue 2019" di Jakarta, Selasa.
Hadir dalam kesempatan itu, 500 anak muda berlatar belakang pebisnis pemula, akademisi, politikus serta para mahasiswa dan pelajar. Dalam presentasi di depan hadirin, Sophia menjawab sejumlah pertanyaan dari beberapa figur seperti Menkominfo Rudiantara, Kepala Bekraf Triawan Munaf dan lainnya.
Tanya jawab Sophia dengan hadirin menggunakan bahasa Inggris dan belum dapat mengerti bahasa Indonesia. Ketika menjawab pertanyaan yang diajukan, robot karya Hanson Robotics tersebut beberapa kali melontarkan candaan serta terbaca raut ekspresi mukanya.
Baca juga: Robot asmara berkekuatan AI ancam hubungan intim manusia
Kendati membutuhkan jeda beberapa detik dalam mencerna pertanyaan hadirin, Sophia bisa menjawab dengan baik layaknya Google Assistant. Terdapat perbedaan antara Sophia dan Google Assistant yaitu pada bentuk fisik. Sophia berbentuk robot yang menyerupai manusia, sementara Google Assistant berbentuk mesin pencari.
Menkominfo Rudiantara mengatakan Sophia merupakan fenomena yang luar biasa dalam 3,5 tahun terakhir atau sejak 2016. Kinerja kecerdasan buatannya ditopang basis megadata. Jika lancar dalam pengembangannya maka tiga tahun lagi kemampuannya bisa 10-20 kali lipat dibanding saat ini.
"Nanti untuk Sophia, data makin banyak, diksinya makin banyak, sehingga algoritmanya tentu semakin baik," kata dia,
Managing Partner GK-Plug and Play Indonesia, Wesley, mengatakan Sophia agar menjadi pengingat sekaligus inspirasi bahwa kecerdasan buatan tengah berkembang sedemikian pesat memasuki keseharian manusia.
"Di satu sisi, selain membantu manusia, memang akan menggantikan beberapa pekerjaan yang masih kita lakukan saat ini. Namun, di sisi lain memunculkan pula banyak kesempatan bagi kita untuk mengeksplorasi hal baru dan berinovasi," kata dia.
GK-PnP telah mengakselarasi lebih dari 15 perusahaan rintisan berbasis kecerdasan buatan, salah satunya start up Bahasa.ai yaitu platform yang mampu merespon langsung pertanyaan pengguna, termasuk penggunaan perbendaharaan kata bahasa Indonesia yang tak baku (slang).*
Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020 akan perkenalkan robot baru