Jakarta (ANTARA) - Executive Director of Disaster Management Institute of Indonesia (DMII)-Aksi Cepat Tanggap (ACT) Wahyu Novyan mengingatkan perlunya peningkatan kewaspadaan akan potensi gempa Sunda Megathrust yang dapat berdampak besar bagi masyarakat di Jawa bagian selatan.
"Dalam pengamatan kami, jalur subduksi di wilayah barat Sumatera dan selatan Jawa perlu perhatian ekstra," kata Wahyu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan sejumlah sesar (patahan) melintasi kota-kota besar di pulau Jawa, seperti Sesar Baribis-Kendeng yang melintasi kota-kota seperti Semarang, Surabaya dan bahkan Jakarta. Kemudian terdapat Sesar Lembang yang melintasi Bandung Raya yang juga memerlukan perhatian khusus.
Untuk itu, dia mendesak para pemangku kepentingan di wilayah-wilayah itu baik pemerintah, swasta dan masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam upaya mitigasi bencana secara sistematis, baik mitigasi struktural maupun kultural.
Dengan begitu, kata Wahyu, korban jiwa dan kerugian materiil bisa diminimalisir ketika bencana tiba. "Sebagai gambaran, bila gempa megathrust selatan Jawa terjadi dengan magnitudo 9,2, dari kajian kami, 1,7 juta jiwa penduduk di pesisir selatan Jawa berpotensi terdampak," kata dia.
Dia mengatakan jumlah itu sangat masif termasuk potensi kerugian material. "Cukuplah gempa Lombok, gempa Palu Donggala dan Tsunami Selat Sunda 2018, menjadi pelajaran bagi kita, bahwa mitigasi bencana adalah keharusan. Mitigasi bencana adalah harga mati," katanya.
"Dalam pengamatan kami, jalur subduksi di wilayah barat Sumatera dan selatan Jawa perlu perhatian ekstra," kata Wahyu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan sejumlah sesar (patahan) melintasi kota-kota besar di pulau Jawa, seperti Sesar Baribis-Kendeng yang melintasi kota-kota seperti Semarang, Surabaya dan bahkan Jakarta. Kemudian terdapat Sesar Lembang yang melintasi Bandung Raya yang juga memerlukan perhatian khusus.
Untuk itu, dia mendesak para pemangku kepentingan di wilayah-wilayah itu baik pemerintah, swasta dan masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam upaya mitigasi bencana secara sistematis, baik mitigasi struktural maupun kultural.
Dengan begitu, kata Wahyu, korban jiwa dan kerugian materiil bisa diminimalisir ketika bencana tiba. "Sebagai gambaran, bila gempa megathrust selatan Jawa terjadi dengan magnitudo 9,2, dari kajian kami, 1,7 juta jiwa penduduk di pesisir selatan Jawa berpotensi terdampak," kata dia.
Dia mengatakan jumlah itu sangat masif termasuk potensi kerugian material. "Cukuplah gempa Lombok, gempa Palu Donggala dan Tsunami Selat Sunda 2018, menjadi pelajaran bagi kita, bahwa mitigasi bencana adalah keharusan. Mitigasi bencana adalah harga mati," katanya.