Purwokerto (ANTARA) - Bank Bukopin melakukan revitalisasi terhadap bisnis Swamitra dalam rangka mendukung perkembangan koperasi di Indonesia, kata Direktur UMKM Bank Bukopin Heri Purwanto.
"Kami merevitalisasi Swamitra atau mengubah Swamitra untuk dikemas lagi dengan baik. Kalau dulu, Swamitra itu kan kita kerja sama dengan koperasi, koperasi sebagai debitur kita," kata Heri di sela peringatan Hari Koperasi Nasional 2019 di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Dengan demikian, kata dia, Bank Bukopin membiayai berbagai pelaku usaha yang menjadi anggota koperasi. Akan tetapi sekarang, lanjut dia, Bank Bukopin lebih mengutamakan debitur-debitur itu tergabung dalam komunitas.
"Komunitas ini bukan berarti keseragaman kegiatan usahanya. Jangan disamakan dengan komunitas Harley Davidson, enggak begitu ya, berklaster," jelasnya.
Dalam hal ini, dia mencontohkan komunitas Koppas (Koperasi Pasar) yang beranggotakan pedagang-pedagang pasar. Selain itu, koperasi susu di Kabupaten Boyolali, Jateng, yang bergerak di bidang peternakan sapi perah.
"Yang seperti itu kita masuknya. Yang menjadi debitur kita adalah anggota, orang per orang. Tugas koperasi adalah mencari 'customer'-nya atau memberikan rekomendasi terhadap anggotanya yang layak kita biayai, tapi yang mengevaluasi kami juga. Koperasi juga bertugas melakukan penagihan," katanya.
Heri mengatakan, pihaknya tetap menjalin kerja sama tersebut dengan koperasi tetapi Bank Bukopin mengambil posisi ke akar rumput, yakni anggota yang benar-benar masih di bawah yang belum tersentuh perbankan tetapi layak dibiayai.
Dia mencontohkan pedagang gorengan yang memiliki omzet sebesar Rp300 ribu per hari, sedangkan modal Rp100 ribu dan biaya hidup Rp100 ribu per hari sehingga masih ada sisa Rp100 ribu.
Menurut dia, pihaknya masih bisa memberikan kredit hingga Rp10 juta dengan jangka waktu pengembalian selama enam bulan kepada pedagang gorengan tersebut.
Baca juga: Melalui aplikasi Wokee ini, Bukopin permudah layanan nasabah
"Kita benar-benar di 'grass root'. Kredit yang kita berikan minimal Rp500 ribu dan maksimal sementara ini Rp50 juta dengan tenor bisa sampai satu tahun," katanya.
Ia mengatakan cara pengajuannya juga sangat mudah karena anggota yang akan mengajukan kredit cukup memasukkan ke aplikasi yang ada pada petugas koperasi di lapangan yang terhubung dengan jaringan Bank Bukopin.
Menurut dia, pencairan kredit yang diajukan dapat dilakukan pada hari yang sama setelah disetujui oleh Bank Bukopin dan pembayarannya melalui mesin EDC (Electronic Data Capture) yang ada di koperasi.
"Syaratnya juga sederhana sekali, sama seperti persyaratan KUR mikro, tapi suku bunganya beda karena bukan kredit program. Bunganya kurang lebih 3 persen per bulan," katanya.
Ia mengatakan syarat utamanya adalah memiliki usaha, sedangkan agunannya dapat berupa hak petak pedagang di pasar. "Jadi, bukan kios, bukan toko," katanya.
Menurut dia, hak petak itu dibuktikan dengan bukti pembayaran retribusi atas tempat yang digunakan untuk berjualan.
"Selama dia punya retribusi, dia bisa kita biayai meskipun hanya berjualan di trotoar dan sebagainya. Akan tetapi bagi pedagang keliling, belum kami sentuh," katanya.
Heri mengatakan revitalisasi Swamitra yang dilakukan sebelum Lebaran 2019, hingga saat ini telah dilaksanakan oleh lima koperasi di Semarang dan Surakarta.
Sementara berdasarkan siaran pers yang dikeluarkan Bank Bukopin, Swamitra merupakan kemitraan antara Bank Bukopin dan koperasi untuk mengembangkan serta memodernisasi usaha simpan pinjam (USP) melalui pemanfaatan jaringan teknologi dan dukungan sistem manajemen yang profesional, sehingga dapat meningkatkan pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas serta dinamis.
Penyempurnaan bisnis Swamitra juga dilakukan dengan memperkuat digitalisasi pada berbagai aspek, mulai dari sistem "database" nasabah hingga sistem pelayanan.
Saat ini, Swamitra telah memiliki jaringan sebanyak 508 unit "outlet" yang tersebar di 35 kota seluruh Indonesia. Sampai bulan Juni 2019, Swamitra telah membukukan total aset sebesar Rp1,43 triliun dan total pinjaman yang diberikan sebesar Rp1,2 triliun serta memberdayakan 2.424 karyawan.
Baca juga: Bukopin targetkan laba Rp600 miliar
"Kami merevitalisasi Swamitra atau mengubah Swamitra untuk dikemas lagi dengan baik. Kalau dulu, Swamitra itu kan kita kerja sama dengan koperasi, koperasi sebagai debitur kita," kata Heri di sela peringatan Hari Koperasi Nasional 2019 di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Dengan demikian, kata dia, Bank Bukopin membiayai berbagai pelaku usaha yang menjadi anggota koperasi. Akan tetapi sekarang, lanjut dia, Bank Bukopin lebih mengutamakan debitur-debitur itu tergabung dalam komunitas.
"Komunitas ini bukan berarti keseragaman kegiatan usahanya. Jangan disamakan dengan komunitas Harley Davidson, enggak begitu ya, berklaster," jelasnya.
Dalam hal ini, dia mencontohkan komunitas Koppas (Koperasi Pasar) yang beranggotakan pedagang-pedagang pasar. Selain itu, koperasi susu di Kabupaten Boyolali, Jateng, yang bergerak di bidang peternakan sapi perah.
"Yang seperti itu kita masuknya. Yang menjadi debitur kita adalah anggota, orang per orang. Tugas koperasi adalah mencari 'customer'-nya atau memberikan rekomendasi terhadap anggotanya yang layak kita biayai, tapi yang mengevaluasi kami juga. Koperasi juga bertugas melakukan penagihan," katanya.
Heri mengatakan, pihaknya tetap menjalin kerja sama tersebut dengan koperasi tetapi Bank Bukopin mengambil posisi ke akar rumput, yakni anggota yang benar-benar masih di bawah yang belum tersentuh perbankan tetapi layak dibiayai.
Dia mencontohkan pedagang gorengan yang memiliki omzet sebesar Rp300 ribu per hari, sedangkan modal Rp100 ribu dan biaya hidup Rp100 ribu per hari sehingga masih ada sisa Rp100 ribu.
Menurut dia, pihaknya masih bisa memberikan kredit hingga Rp10 juta dengan jangka waktu pengembalian selama enam bulan kepada pedagang gorengan tersebut.
Baca juga: Melalui aplikasi Wokee ini, Bukopin permudah layanan nasabah
"Kita benar-benar di 'grass root'. Kredit yang kita berikan minimal Rp500 ribu dan maksimal sementara ini Rp50 juta dengan tenor bisa sampai satu tahun," katanya.
Ia mengatakan cara pengajuannya juga sangat mudah karena anggota yang akan mengajukan kredit cukup memasukkan ke aplikasi yang ada pada petugas koperasi di lapangan yang terhubung dengan jaringan Bank Bukopin.
Menurut dia, pencairan kredit yang diajukan dapat dilakukan pada hari yang sama setelah disetujui oleh Bank Bukopin dan pembayarannya melalui mesin EDC (Electronic Data Capture) yang ada di koperasi.
"Syaratnya juga sederhana sekali, sama seperti persyaratan KUR mikro, tapi suku bunganya beda karena bukan kredit program. Bunganya kurang lebih 3 persen per bulan," katanya.
Ia mengatakan syarat utamanya adalah memiliki usaha, sedangkan agunannya dapat berupa hak petak pedagang di pasar. "Jadi, bukan kios, bukan toko," katanya.
Menurut dia, hak petak itu dibuktikan dengan bukti pembayaran retribusi atas tempat yang digunakan untuk berjualan.
"Selama dia punya retribusi, dia bisa kita biayai meskipun hanya berjualan di trotoar dan sebagainya. Akan tetapi bagi pedagang keliling, belum kami sentuh," katanya.
Heri mengatakan revitalisasi Swamitra yang dilakukan sebelum Lebaran 2019, hingga saat ini telah dilaksanakan oleh lima koperasi di Semarang dan Surakarta.
Sementara berdasarkan siaran pers yang dikeluarkan Bank Bukopin, Swamitra merupakan kemitraan antara Bank Bukopin dan koperasi untuk mengembangkan serta memodernisasi usaha simpan pinjam (USP) melalui pemanfaatan jaringan teknologi dan dukungan sistem manajemen yang profesional, sehingga dapat meningkatkan pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas serta dinamis.
Penyempurnaan bisnis Swamitra juga dilakukan dengan memperkuat digitalisasi pada berbagai aspek, mulai dari sistem "database" nasabah hingga sistem pelayanan.
Saat ini, Swamitra telah memiliki jaringan sebanyak 508 unit "outlet" yang tersebar di 35 kota seluruh Indonesia. Sampai bulan Juni 2019, Swamitra telah membukukan total aset sebesar Rp1,43 triliun dan total pinjaman yang diberikan sebesar Rp1,2 triliun serta memberdayakan 2.424 karyawan.
Baca juga: Bukopin targetkan laba Rp600 miliar