Wonosoibo (ANTARA) - Festival balon udara bertajuk "Java Traditional Balloon Festival" di Lapangan Desa Pagerejo, Kretek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah diharapkan menarik wisatawan berkunjung ke Wonosobo, kata pejabat berwenang bidang kepariwisataan.

"Alhamdulillah sejak kemarin banyak wisatawan dari luar kota telah berdatangan sehingga sejumlah 'homestay' di desa ini penuh," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo, di Wonosobo, Sabtu.

Ia menyebutkan ada 80 penginapan yang disiapkan masyarakat, dan semua dipenuhi pengunjung yang ingin menyaksikan festival balon udara yang diselenggarakan pada Sabtu pagi.

Ia menyebutkan pengunjung dari luar kota tersebut, antara lain dari Jakarta, Pekalongan, Jawa Timur, dan Yogyakarta

"Semua 'homestay' penuh, karena memang kita 'setting' harganya murah, satu orang Rp100 ribu dapat makan tiga kali," katanya.

Namun, pihaknya belum merasa puas, karena festival belum bisa mendatangkan wisatawan asing.

"Bagi saya ini belum sukses meskipun banyak pengunjung, karena menurut saya kesuksesan itu kalau ada orang-orang 'bule' yang datang. Kami masih banyak pekerjaan rumah agar orang 'bule' mau datang ke sini," katanya.

Menyinggung banyak balon tidak bisa terbang, bahkan beberapa di antaranya robek karena angin terlalu kencang, dia menuturkan dengan pengalaman itu akan dilakukan evaluasi.

Akan tetapi, paling tidak tahun ini pihaknya sudah bisa mengangkat kawasan Pagerejo yang merupakan desa wisata di kawasan Gunung Sindoro.

Bupati Wonosobo Eko Purnomo mengatakan pemilihan Desa Pagerejo sebagai tempat "Java Traditional Balloon Festival" memiliki alasan tersendiri, yakni untuk mengenalkan potensi dan mempromosikan destinasi wisata khas Pegunungan Sindoro itu.

Ia mengatakan semangat masyarakat dalam festival balon udara sebagai rangkaian "Festival Sindoro Sumbing" itu menunjukkan masyarakat sekitar Sindoro dan Sumbing, termasuk melestarikan budaya berbasis pelestarian alam dan lingkungan, yang terus dikembangkan sehingga ke depan seluruh Wonosobo bebas dari kepunahan budaya dan perusakan lingkungan. 
 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024