Solo (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan investasi pasar modal di wilayah Soloraya masih terpusat di kota, yaitu di Solo seiring dengan rendahnya peminat di daerah.

"Seperti pada tahun 2018, dari total investasi selama satu tahun mencapai Rp42 triliun, Rp30 triliunnya masih terpusat di Kota Solo," kata Kepala BEI Surakarta M Wira Adibrata di Solo, Jumat.

Ia mengatakan sisanya baru menyebar di Soloraya, yaitu Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri. Menurut dia, untuk rata-rata investasi selama tahun lalu di kisaran Rp3,5 triliun per bulan .

Ia mengatakan kondisi yang sama juga terjadi pada awal tahun ini. Berdasarkan data, dikatakannya, di bulan Januari 2019 total investasi mencapai Rp5 triliun.

"Dari total ini, Rp4 triliun di antaranya dari Solo. Berdasarkan data, kabupaten yang investasinya sudah lumayan tinggi yaitu di Sukoharjo sebesar Rp700 miliar, Klaten sebanyak Rp200 miliar, dan Karanganyar Rp100 miliar," katanya.

Ia mengatakan sisanya merupakan kontribusi dari Wonogiri, Boyolali, dan Sragen yang masih berkisar di angka puluhan juta.

Meski demikian, dikatakannya, angka tersebut turun pada bulan Maret. Bahkan penurunannya cukup signifikan menjadi Rp1,8 triliun.

"Bahkan di bulan April makin turun menjadi di angka Rp1,4 triliun.  Memang dua bulan terakhir terjadi penurunan signifikan terhadap jumlah investasi karena kondisi ekonominya juga sedang dipengaruhi berbagai faktor dan sentimen negatif," katanya.

Terkait hal itu, Manager Representative Officer PT RHB Sekuritas Solo Lius Andy Hartono mengatakan pelaku pasar modal di Soloraya tujuan utamanya masih investasi.

"Mereka kebanyakan investor, bukan trader sehingga ketika kondisi ekonomi memburuk, mereka tidak terlalu terpengaruh karena jumlah investasinya juga masih kecil," katanya.***1***

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024