Magelang (ANTARA) - Wajah Kota Magelang terus berubah seiring dengan kemajuannya sebagai kota jasa dan sebutan sebagai "Kota Sejuta Bunga".

Di bawah kepemimpinan Wali Kota Magelang Sigit Windyonindito dan Wakil Wali Kota Windarti Agustina, pemerintah kota setempat memiliki upaya tinggi dalam menggeliatkan sektor pertanian untuk menjaga ketahanan pangan masa depan.

Sistem pertanian perkotaan atau "urban farming" dianggap menjadi solusi tepat untuk menjawab tantangan zaman. Hal ini tengah dilakukan pemkot bersamaan dengan penguatan sektor agribisnis.

Program kegiatan agribisnis tersebut terpusat di Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang.

Inilah wujud tekad Kota Magelang menuju kota kecil yang mampu menunjukkan eksistensi di dunia pertanian, sekalipun dihadapkan dengan luasan lahan pertanian yang sempit.

Lebih jauh, daerah itu masuk kawasan pengembangan Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, dan Kabupaten Temanggung (Purwomanggung), sesuai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah.

Karenanya, kota yang terkenal dengan sebutan "Kota Gethuk" ini terus berinovasi demi menangkap peluang-peluang emas atas kebijakan itu.
 
Kepala Disperpa Kota Magelang Eri Widyo Saptoko mengklaim bahwa "urban farming" yang diterapkan di Kota Magelang berbeda dengan daerah lain.

Di sini, memfokuskan pertanian perkotaan terpadu atau "integrated urban farming", yang merupakan keterpaduan pertanian, pangan, peternakan, dan perikanan.

“Tapi sentralnya, tetap pada pertanian dan pangan,” kata dia.

Ia tidak menampik bahwa kawasan perkotaan lambat laun semakin padat.

Luas lahan pertanian di Kota Magelang pada 2018 tercatat 161,34 hektare, dengan rincian sawah 142,83 hektare dan tegalan 18,51 hektare.

“Semakin terbatasnya lahan membuat kegiatan berkebun jarang ditemukan di kota, belum lagi masyarakatnya disibukkan dengan aktivitas pekerjaan,” tuturnya.

Dengan memasyarakatkan konsep "urban farming", sebut Eri, masyarakat dapat memanfaatkan lahan sempit, seperti pekarangan rumah menjadi lahan produktif.

Selain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi harian, berkebun di sekitar tempat tinggal juga bersifat rekreasi.

“Untuk lahan yang sempit, aktivitas bisa dimulai dengan menanam cabai, tomat, terung atau sayuran seperti selada dan sawi. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk mencoba jenis tanaman lain sebagai variasi,” katanya.
 
                                                                 Rencana Aksi
Rencana aksi Disperpa dalam mengembangkan "urban farming" dimulai dari sektor pangan.

Bidang Ketahanan Pangan, Disperpa gencar melaksanakan pembinaan dan pendampingan Kelompok Wanita Tani (KWT) melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Di Kota Magelang, saat ini terdapat 17 KWT.

Kabid Ketahanan Pangan Taat Suciati menjelaskan dengan KRPL masyarakat didorong memanfaatkan pekarangan lahan sempit di lingkungannya untuk budi daya tanaman sayuran, peternakan, dan perikanan.

Orientasi kegiatan ini secara internal untuk meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kaum hawa, dalam menggeluti dunia pertanian perkotaan.

Di sisi lain, menjawab permasalahan krisis ruang terbuka hijau.

“Selain berkontribusi meningkatkan ruang terbuka hijau, KRPL masyarakat juga berkontribusi terhadap produksi sayuran, ternak dan ikan, serta mengurangi pengeluaran belanja keluarga,” ujarnya. Pelatihan pengemasan tanaman hias diselenggarakan Disperpa Kota Magelang (ANTARA/Dok. Disperpa Kota Magelang)

Di lain pihak, Disperpa terus berupaya meningkatkan angka Pola Pangan Harapan (PPH) dan pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).

Upaya ini sejalan dengan program diversifikasi pangan agar masyarakat tidak tergantung hanya pada konsumsi beras.

Kelompok Wanita Tani didorong membudidayakan tanaman sumber pangan lokal, seperti singkong, jagung, midro, uli, dan talas. Mereka juga didorong mengolahnya menjadi makanan dengan tampilan menarik dan bergizi tinggi.

Saat ini, juga sedang disusun peraturan wali kota tentang pengembangan pangan lokal. Dengan adanya peraturan itu, diharapkan ada payung hukum yang jelas apabila dinas mengadakan kegiatan terkait dengan pangan lokal.

Selain itu, Kota Magelang dapat lebih berkonsentrasi dalam pengembangan dan pengolahan pangan lokal (diversifikasi pangan).

”Setelah adanya perwal, kami akan melakukan sosialisasi kepada pengusaha katering agar mengolah pangan lokal, termasuk untuk jamuan rapat kedinasan,” katanya.

                                                                         Penguatan
Sebagai sentral dari kegiatan "urban farming", sektor pertanian difokuskan pada penguatan peran subsektor tanaman pangan (padi sawah) dan pengembangan tanaman holtikultura (hias).

Kepala Bidang Pertanian Agus Dwi Windarto mendorong para petani Kota Magelang mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada dengan harapan menjadi sentra benih padi unggul dan sentra beras organik.

Ke depan, arah kebijakan Disperpa untuk subsektor tanaman pangan adalah spesialisasi produksi benih padi varietas unggulan atau sebagai "Magelang Seed Center" dan produksi beras organik.

Untuk sektor tanaman hias, menurut Agus, konsep pengembangan Kampung Anggrek sangat menarik untuk dijalankan, mengingat banyak koleksi bunga anggrek khas Magelang, utamanya jenis Vanda tricolor.

Terkait dengan hal tersebut Penyuluh Pertanian Madya Among Wibowo menambahkan ke depan perlu dilakukan inisisasi tumbuhnya Kampung Anggrek.

Kampung Anggrek diharapkan menjadi destinasi wisata tani, media pembelajaran masyarakat, dan wisata belanja bunga anggrek.

Kampung Anggrek juga dapat berfungsi sebagai pusat koleksi bunga anggrek. Beberapa contoh koleksi anggrek yang dapat dibudidayakan, antara lain Vanda, Cattleya, Oncidium dan Dendrobium.

Inovasi Kampung Anggrek ini menawarkan konsep swalayan anggrek, di mana pengunjung dapat membeli anggrek dari berbagai jenis dan ukuran lengkap dengan peralatannya, seperti pot dan media tanam yang lain.

Mereka dapat memilih sendiri bunga-bunga anggrek yang tersedia.

Saat ini, di Kota Magelang sudah ada rintisan Kampung Anggrek di wilayah Kelurahan Tidar Selatan.

“Kampung Anggrek dapat mendukung rencana peningkatan fungsi 'green house' bunga anggrek di Disperpa sebagai swalayan bunga anggrek. Swalayan bunga anggrek memungkinkan buka sampai malam untuk mengakomodir kebutuhan wisatawan yang ingin berbelanja bunga anggrek,” katanya.

Di lain pihak, sebagai upaya pemerekan anggrek Kota Magelang dan optimalisasi fungsi Laboratorium Kultur Jaringan, Disperpa tengah menyiapkan peta jalan pengembangan anggrek.

Saat ini sudah ada rencana untuk mengoptimalkan produksi anggrek dan memberdayakan pelaku usaha tanaman anggrek.

Disperpa juga sedang menyiapkan lahan di daerah dataran tinggi di Kabupaten Magelang untuk mendukung proses aklimatisasi atau pembungaan anggrek.

Idealnya, pembesaran bibit anggrek botolan hasil kultur jaringan dilakukan di Green House Disperpa Kota Magelang hingga kira-kira 18-24 bulan.

Selanjutnya, untuk menyerempakkan berbunga, tanaman anggrek dipindahkan ke lahan aklimatisasi selama sekitar 2-3 bulan. Setelah berbunga, tanaman anggrek dibawa kembali ke Kota Magelang untuk dipasarkan ke konsumen.

Peta jalan seperti ini diyakini dapat meningkatkan keuntungan pelaku usaha anggrek di Kota Magelang yang selama ini hanya menjual bibit yang masih kecil hingga remaja.

Untuk mempermudah pola usaha pelaku usaha akan dibuat pola budi daya dengan pembagian kluster. Para petani anggrek akan dibagi dalam beberapa kluster, yakni menangani usia 0-6 bulan, 6-12 bulan, dan 12-18 bulan.

Dengan spesialisasi penanganan seperti ini, diharapkan perputaran modal bisnis petani anggrek lebih cepat dan lancar, sedangkan konektivitas budi daya anggrek pun berjalan.

Terkait dengan peningkatan kompetensi, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura Ahmad Sholikhun menyatakan sejumlah pelaku usaha tanaman hias, seperti aglaonema dan bugenvil yang sudah eksis didorong untuk kreatif berinovasi sehingga ada nilai tambah dari usaha mereka.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku yang masih pemula, Disperpa intensif memberikan pelatihan-pelatihan tanaman hortikultura (tanaman hias, anggrek, tabulampot, dan jamur).

Geliat komoditas tanaman hias di Kota Magelang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan adanya program tahunan "Magelang Agriflori Fair".

Kegiatan yang berlangsung selama empat hari itu menampilkan pameran sejumlah stan dari pelaku usaha tanaman hias, kontes, dan perlombaan, seperti kontes aglaonema, kontes reptil dan kelinci tingkat nasional.

Tak luput, sejumlah pejabat eselon dari Kementerian Pertanian serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah turut hadir dalam acara itu.


*) Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang
 

Pewarta : Among Wibowo *)
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024