Kudus (ANTARA) - Pabrik Gula Rendeng Kudus, Jawa Tengah masih melestarikan tradisi "temanten tebu" atau "pernikahan" dua batang tebu yang digelar setiap mengawali musim giling tebu di PG Rendeng, Selasa.
Tradisi tersebut layaknya prosesi pernikahan antara "laki-laki pengantin" bernama Bagus Rosan Prakoso dan "wanita pengantin" bernama Roro Ayu Manis yang digelar di halaman PG Rendeng Kudus, Selasa.
Kedua "pasangan pengantin" terlebih dahulu diarak oleh 32 orang yang dimeriahkan oleh kesenian barongan sebelum dimasukkan ke mesin penggilingan bersama puluhan batang tebu lainnya sebagai pengiring.
Menurut Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Iryanto Hutagaol di Kudus, Selasa, tradisi temanten tebu ini memang masih dilestarikan.
Bahkan, kata dia, tradisi yang rutin digelar setiap hendak mengawali musim giling tebu sudah ada sejak PG Rendeng berdiri pada tahun 1840.
Ia berharap pelaksanaan musim giling tebu tahun ini berjalan lancar dan aman serta hasilnya sesuai target, meskipun mesin baru belum secara maksimal dioperasikan karena masih dalam penyelesaian.
Manajer PG Rendeng Kudus Agus Sulistiyanto menambahkan diadakannya selamatan giling tebu tahun ini, semoga berjalan lancar dan aman.
Beberapa tahun terakhir, kata dia, memang menunjukkan kinerja kurang baik, kemudian pemerintah memberikan kesempatan kepada PG Rendeng Kudus menerima penanaman modal dalam negeri untuk mendukung swasembada gula.
Pelaksanaan giling tebu yang akan dimulai tanggal 15 Juni 2019, diharapkan menjadi hari baik.
"Setidaknya PG Rendeng Kudus tidak merugi atau minimal mendapatkan laba, walaupun sedikit," ujarnya.
Untuk mewujudkan kembali kejayaan PG Rendeng, dia meminta dukungan petani yang menjadi mitra kerja sebagai penyuplai bahan baku tebu.
Dalam rangka menjaga kemitraan dengan petani, dia menyatakan komitmennya memegang amanah petani serta akan berupaya transparan agar tidak mengecewakan petani.
Tradisi tersebut layaknya prosesi pernikahan antara "laki-laki pengantin" bernama Bagus Rosan Prakoso dan "wanita pengantin" bernama Roro Ayu Manis yang digelar di halaman PG Rendeng Kudus, Selasa.
Kedua "pasangan pengantin" terlebih dahulu diarak oleh 32 orang yang dimeriahkan oleh kesenian barongan sebelum dimasukkan ke mesin penggilingan bersama puluhan batang tebu lainnya sebagai pengiring.
Menurut Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Iryanto Hutagaol di Kudus, Selasa, tradisi temanten tebu ini memang masih dilestarikan.
Bahkan, kata dia, tradisi yang rutin digelar setiap hendak mengawali musim giling tebu sudah ada sejak PG Rendeng berdiri pada tahun 1840.
Ia berharap pelaksanaan musim giling tebu tahun ini berjalan lancar dan aman serta hasilnya sesuai target, meskipun mesin baru belum secara maksimal dioperasikan karena masih dalam penyelesaian.
Manajer PG Rendeng Kudus Agus Sulistiyanto menambahkan diadakannya selamatan giling tebu tahun ini, semoga berjalan lancar dan aman.
Beberapa tahun terakhir, kata dia, memang menunjukkan kinerja kurang baik, kemudian pemerintah memberikan kesempatan kepada PG Rendeng Kudus menerima penanaman modal dalam negeri untuk mendukung swasembada gula.
Pelaksanaan giling tebu yang akan dimulai tanggal 15 Juni 2019, diharapkan menjadi hari baik.
"Setidaknya PG Rendeng Kudus tidak merugi atau minimal mendapatkan laba, walaupun sedikit," ujarnya.
Untuk mewujudkan kembali kejayaan PG Rendeng, dia meminta dukungan petani yang menjadi mitra kerja sebagai penyuplai bahan baku tebu.
Dalam rangka menjaga kemitraan dengan petani, dia menyatakan komitmennya memegang amanah petani serta akan berupaya transparan agar tidak mengecewakan petani.