Kudus (ANTARA) - Permintaan kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, hingga kini belum stabil atau masih labil padahal harga jual komoditas ini menurun dibandingkan dengan harga jual sebelumnya.

"Pekan ini harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus turun menjadi Rp6.650 per kilogram, sebelumnya mencapai Rp6.800/kg," kata Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma`ruf di Kudus, Senin.

Penurunan harga jual, katanya, berlangsung bertahap, namun belum juga mampu mendongkrak permintaan kedelai impor.

Ia mengatakan permintaan per hari berkisar 15 ton, padahal sebelumnya bisa lebih.

Sebelumnya, kata dia, banyak pelaku pasar yang menggunakan bahan baku kedelai impor masih menunggu harga jual di pasaran stabil.

Ketika harga jual komoditas impor tersebut belum stabil, katanya, pelaku usaha, terutama tahu, tempe dan susu kedelai kesulitan menentukan harga jualnya karena mereka juga membutuhkan keuntungan untuk menjaga kelangsungan usahanya.

Terkait dengan akses jalan dari Semarang menuju Kudus yang terganggu adanya perbaikan jalan dan jembatan, katanya, tidak mempengaruhi harga jualnya.

"Buktinya, sekarang justru harganya turun dibandingkan sebelumnya," ujarnya.

Hanya saja, kata dia, pasokan yang diterima agak terlambat karena waktu tempuhnya menjadi lebih panjang dibandingkan saat belum ada perbaikan jalan dan jembatan.

Untuk stok kedelai impor saat ini berjumlah 70 ton, sedangkan stok kedelai lokalnya belum tersedia.

Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus mencapai 300-an, tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati. 

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024