Magelang (ANTARA) - Oleh karena keterbatasan sumber daya alam, Kota Magelang membuat pola pembangunan dengan mengacu kepada pemanfaatan secara maksimal sumber daya manusia.

Upaya tersebut dilakukan melalui inovasi, baik pada SDM di pemerintah daerah maupun masyarakat setempat.

Pada tataran masyarakat, sejak 2004 inisiasi mendorong masyarakat "lebih baik membuat daripada membeli" dijadikan jargon untuk mengawali proses inovasi.

Pemerintah Kota Magelang kemudian melakukan kegiatan yang sangat sederhana apabila dibandingkan dengan perkembangan saat ini.

Kegiatan penjaringan dan penyelenggaraan kreativitas serta inovasi masyarakat bertujuan memberikan penghargaan kepada warga. Penghargaan, baik secara perorangan maupun kelompok, itu kepada mereka yang mampu menghasilkan inovasi kreatif dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bermanfaat meningkatkan kesejahteraan warga.

Kegiatan ini fokus pada sasaran untuk meningkatkan kepedulian serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menghasilkan dan memanfaatkan iptek untuk mendukung kegiatannya, sehingga bisa dihasilkan produk yang berdaya saing.

Dalam pelaksanaannya, sejak 2004 sampai dengan 2018, karya yang telah mengikuti kegiatan itu mencapai 298 peserta. Jumlah tersebut sebagai angka yang cukup untuk membuat Kota Magelang sebagai kota inovatif.

Kondisi ini dibuktikan dengan diperoleh penghargaan, secara berturut-turut pada 2017 dan 2018, Wali Kota Magelang sebagai Kepala Daerah Pelopor Inovasi di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Bahkan, pada tingkat nasional berturut-turut sejak 2016 sampai dengan 2018, Kota Magelang dinobatkan sebagai kota yang diganjar Anugerah Budhipraja melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Setidaknya, ada lima tujuan diadakan penilaian Anugerah Budhipraja, di antaranya memberikan apresiasi dan penghargaan kepada daerah atas capaian seluruh aktivitas di daerah dalam memanfaatkan segala potensi yang dimiliki melalui optimalisasi ekosistem, potensi, dan berbagai hasil iptek serta inovasi, untuk menciptakan daya saing dan kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

Selain itu, memberikan dorongan kepada seluruh pemangku kepentingan, terutama para pelaku inovasi (seluruh lembaga, daerah, dunia usaha, dan masyarakat) agar terpacu dalam mewujudkan ide kreatif melalui penciptaan nilai tambah, baik sebagai individu maupun kemitraan dan kerja sama antarunsur inovasi, dalam rangka meningkatkan daya saing daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Memetakan tingkat daya saing daerah sebagai upaya untuk mendorong kemandirian dan penguatan daya saing Provinsi Jawa Tengah, menjadikan tingkat daya saing daerah sebagai salah satu "benchmarking" dalam perumusan, penetapan, evaluasi, dan monitoring kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah,

Selain itu, mendorong implementasi indeks daya saing daerah sebagai alat dalam proses harmonisasi berbagai kebijakan dan program pembangunan pada level provinsi dan kabupaten atau kota.
 
                        Diterima pasar
Kini, upaya untuk membina masyarakat agar dapat melakukan kreativitas dan inovasi, dinaikkan kelasnya dengan mendorong karya-karya yang memiliki potensi menjadi produk yang dapat diterima pasar atau komersialisasi.

Proses "coaching" dan mentoring pun dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang.

"Coaching dilakukan mulai dari proses penyempurnaan produk, penyusunan bisnis model kanvas, sampai dengan penyempurnaan proposal yang dapat meyakinkan pemerintah pusat untuk merespons secara positif.

Mentoring dilakukan dengan peningkatan kapasitas dan kemampuan inventor agar memiliki perusahaan yang dapat berkompetisi di pasar, dilakukan dengan proses pematangan cara paparan, cara merespons konsumen, dan teknik lain yang mampu menambah nilai jual produk.

Adalah Magic Grill, alat pemanggang otomatis, pada 2019 ini lolos sebagai salah satu karya dari Kota Magelang yang difasilitasi ratusan juta rupiah oleh Kemenristekdikti melalui skema Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).

Karya yang sederhana ini diciptakan oleh Bagiyanto, salah satu warga Kota Magelang. Melalui karya itu didorong menjadi sebuah usaha inovatif yang diharapkan dapat berkembang pada masa yang akan datang. Alat pemanggang otomatis, Magic Grill (Foto: Dok. Humas Pemkot Magelang)

Penguatan karya ini dilakukan dengan mendirikan perusahaan yang dilabeli Utama Karya Mandiri.
 
Segmen Magic Grill para pedagang makanan dengan dibakar. Mereka menggunakan proses pembakaran untuk produknya.

Alat panggang otomatis itu dapat memudahkan proses pembakaran, tidak seperti alat panggang manual. Melalui alat itu tetap menghasilkan produk yang nikmat karena bahan bakar arang.

Magic Grill memiliki fokus pada tren makanan yang berubah-ubah, menjadi salah satu potensi risiko pada produknya.

Di samping itu, kejelian untuk membidik pangsa pasar merupakan salah satu potensi risiko. Magic Grill mampu menyesuaikan tren pasar karena teknologi yang diterapkan bersifat fleksibel terhadap makanan yang akan dipanggang.

Magic Grill memiliki solusi yang ditawarkan, berupa segmen pasar yang sangat luas dari rumah tangga, pedagang kuliner kecil, menengah, dan bahkan besar menjadikan bidikan pasar yang akan dimasuki.

Target awal sebelum mendapatkan perizinan dan sertifikasi akan dijalankan dalam bentuk membuat contoh usaha kuliner dengan lingkup kecil, dengan menerapkan sistem kemitraan sistem sewa atau bagi hasil.

Hal itu, selain bisa memperkenalkan produk ini di pasaran sebagai sarana promosi, juga bisa mulai membentuk kesiapan produksi dari mutu produk dan pelayanan layanan produk nantinya, sebelum masuk segmen pasar yang semakin luas agar bisa bertahan di pasar.

Setelah berbagai kesiapan elemen pendukung produksi lengkap, sistem penjualan putus dipakai untuk memenuhi kebutuhan pasar rumah tangga dan pengusaha kuliner skala menengah dan besar.

Konsep waralaba diharapkan mampu memberikan solusi dengan dukungan media sosial.

Keunikan atau keunggulan produk Magic Grill, dalam tahap akhir desain komersial kesiapan di produksi dan sistem penjualan agar produk ini tidak hanya sebagai produk kuliner yang hanya ramai atau marak sebentar saja.

Status siap komersial hanya akan ada perubahan modifikasi "custom" untuk kemasan, agar lebih mendukung sistem.

Keunikan produk karena model yang cukup atraktif apabila sedang menjalankan fungsinya sehingga dapat menarik pasar, di samping sistem otomatis yang telah diterapkan.

*) Peneliti Balitbang Kota Magelang
 

Pewarta : Andjar Prasetyo *)
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024