Kudus (ANTARA) - Para sarjana lulusan Universitas Muria Kudus (UMK), Jawa Tengah, didorong untuk bisa menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan untuk mengatasi pengangguran, kata Bupati Kudus Muhammad Tamzil.

"Setelah diwisuda, diharapkan langsung bergerak untuk menciptakan lapangan kerja baru," ujarnya saat menghadiri wisuda ke-62 Universitas Muria Kudus di Auditorium UMK, Rabu.

Ia mengatakan melihat dan menyaksikan wisudawan yang ada menandakan adanya kesungguhan dan semangat dari UMK, baik yayasan maupun rektorat bersama-sama memajukan UMK.

Saat ini, lanjut dia, banyak perguruan tinggi, namun pihaknya optimistis UMK bisa semakin eksis.

Selain mencetak sarjana, katanya, UMK juga mencetak wirausaha baru sesuai dengan kearifan lokal yang menajadi dasar UMK, santun, cerdas dan berjiwa wirausaha.

Sementara itu, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Jateng Dwi Yuwono Puji Sugiharto menambahkan lulusan UMK yang merupakan universitas swasta tidak ada bedanya dengan universitas negeri karena kualitas perguruan tinggi ditentukan oleh akreditasi dan skil lulusannya.

"Dunia kerja tidak membutuhkan lulusan perguruan tinggi bergengsi, melainkan membutuhkan lulusan yang memiliki kecakapan, tidak melihat lulusan dari perguruan tinggi negeri atau swasta," ujarnya.

Ia mengingatkan para lulusan akan menghadapi universitas baru, yakni dunia kerja.

Lulusan yang menganggur, katanya, bukan karena ilmunya rendah, bukan karena tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan, melainkan karena mental penumpang.

"Artinya hanya duduk di belakang dan melihat driver sukses di depan," ujarnya.

Selain itu, dia mengingatkan agar lulusan UMK jangan hanya sebagai penonton karena biasanya hanya bisa berteriak, bertepuk tangan, berkeringat melihat kesuksesan orang lain. "Harus mampu menjadi pemimpin," ujarnya.

Rektor UMK Suparnyo berharap setelah diwisuda bisa berbagi ilmu terhadap orang lain.

"Tentunya dalam mengamalkannya dilakukan secara santun dan bertanggungjawab," ujarnya.

Selain itu, dia juga berharap wisudawan harus memiliki hard skill dan soft skill yang berjalan beriringan, karena keduanya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja atau lainnya.

"Moral baik, passion, motivasi, kerja sama tim, etos kerja, leadership, kreatifitas hingga kemampuan berkomunikasi harus dimiliki untuk meniti karir di masa depan," ujarnya.

Wisudawan juga harus mampu melihat tantangan kedepan, terutama adanya revolusi inddustri 4.0. dari hasil penelitian, pekerjaan di Indonesia akan banyak tergantikan dengan mesin.

"Di dunia, 60 persen akan tergantikan dengan mesin dan 30 persen pekerjaan digantikan teknologi tinggi," ujarnya.

Jumlah mahasiswa yang diwisuda sebanyak 552 orang, termasuk mahasiswa bidik misi yang sangat membantu mahasiswa kurang mampu untuk meraih cita-citanya dalam melanjutkan studi.

Farid Hidayat, salah seorang mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling (BK) yang berpidato mewakili wisudawan mengaku bahagia bisa melanjutkan kuliah karena saat lulus SMA dirinya tidak berpikir akan kuliah. "Maklum, ayah saya hanya berprofesi sebagai sopir," ujarnya.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024